KOTA (RIAUPOS.CO) - PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Riau telah berkomitmen membangun pengembangan kluster sebagai program Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) melalui pengembangbiakkan sapi bagi daerah yang memiliki potensi pengembangbiakkan ternak dengan tanaman. Program tersebut akan terintegrasi dalam bentuk kerangka makro dengan melibatkan lulusan sarjana
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distannak) Provinsi Riau drh Askardiya R Patrianov MP. Menurutnya, program ini selaras dengan program sarjana membangun desa.
‘’Melalui program pemberdayaan para lulusan sarjana peternakan ini, maka semua akan membuka peluang usaha dan terbukanya lapangan kerja. Caranya, dengan memberikan modal kerja untuk mengembangkan potensi peternakan di daerahnya masing-masing,’’ katanya.
Patrianov menguraikan, khusus bantuan untuk sarjana membangun desa, pada 2009, pihaknya berhasil mendapat bantuan sebesar Rp2,9 miliar, di tahun 2010 dan melonjak menjadi Rp6,1 miliar dengan jumlah ternak mencapai 350 ekor sapi potong dan jenis ternak kambing 400 ekor serta ayam, dan kerbau sekitar 50 ekor, yang dikembangkan oleh masyarakat pedesaan. Bahkan, sejauh ini Riau telah memiliki sebanyak 22 sarjana yang dibiayai oleh APBN.
Lebih jauh dijelaskan Patrianov, dana yang tidak sedikit itu, Riau mencoba membangun kawasan peternakan yang terintegrasi dengan baik.
Dicontohkannya, kawasan yang memiliki potensi tinggi untuk usaha integrasi sapi sawit, seperti Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar. Ini juga termasuk Kabupaten Kuantan Singingi. Bahkan, semua kabupaten/kota di Riau berpeluang untuk mengembangan klaster untuk integrasi sapi sawit.
Patrianov menyebutkan, program pengembangan peternakan ini, Pemprov Riau sudah lama mendapat dukungan dari pemerintah pusat.
Hal ini terbukti, sejak digulirkan tahun 2006 lalu, Provinsi Riau mulai merebut peluang dari pusat melalui program K2I (pemberantasan Kemiskinan dan Kebodohan serta peningkatan Infrastruktur), dengan target mengedepankan program strategis kesejahteraan masyarakat, agar tetap menjadi cikal bakal mempertahankan harkat dan martabat negeri Bumi Lancang Kuning.
Hal ini berhasil secara bertahap, ketika pemerintah pusat memberikan suntikan dana melalui alokasi APBN yang disalurkan ke Pemprov Riau melalui Distannak, dengan jumlah terus bertambah saban tahun.
Patrianov mengakui hal ini, Provinsi Riau mendapat dukungan dari APBN meningkat saban tahun yang dikonversikan ke jenis sapi potong melalui kegiatan integrasi ternak dan pembibitan sapi.
Menurut Patrianov, pihaknya lebih memfokuskan pada sapi potong sesuai dengan program yang digalakkan Pemprov Riau melalui program pembibitan sapi di pedesaan, sehingga sapi ini akan disebarkan ke desa-desa yang potensial se-Provinsi Riau. Hingga tahun 2010, sudah menjangkau 91 kecamatan, 119 desa dan telah dinikmati oleh 1.832 KK yang tersebar di 11 kabupaten dan kota, dan tahun 2011 dikembangkan ke Kabupaten Kepulauan Meranti.
Ini diakui Patrianov, untuk memaksimalkan pelaksanaan program, yang kini disebut Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, pihaknya akan menyalurkan ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Penyaluran ini dapat dilakukan dalam bentuk pengajuan proposal dari pihak pemerintah kabupaten/kota maupun sistem jemput bola. Hal ini tergantung dari potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
‘’Kita akan memfasilitasi meskipun tidak mengusulkan. Namun, kita lihat potensi daerah, maka akan kita tawarkan dan bila mendapat tanggapan positif akan segera disalurkan,’’ jelasnya.(adv/mal)