Penyair Riau Baca Puisi di KPK

Riau | Jumat, 27 September 2013 - 09:13 WIB

Laporan desriandi Candra, Pekanbaru desriandicandra@riaupos.co

Tiga penyair Riau masing-masing Husnu Abadi, Fakhrunnas MA Jabbar dan Surya ‘Murdock’ Hadi, direncanakan ikut dalam seratus penyair Indonesia untuk membacakan puisi di Gedungf KPK, Rasuna Said, Jakarta, Jumat (27/9).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Baca puisi dalam rangka Gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK) itu dihadiri para pejabat KPK dan para undangan lainnya.

Penyair Fakhrunnas MA Jabbar menjelaskan kepastian keikutsertaan para penyair Riau itu telah mendapat konfirmasi dari pihak penyelenggara PMK yang dikoordinatori penyair Sosiawan Leak.

Kegiatan dijadwalkan berlangsung mulai siang hari, usai salat Jumat dan berakhir sampai rangkaian acara baca puisi dan diskusi usai.

Para penyair berdatangan dari hampir seluruh Indonesia mulai Papua, Sulawesi, Kalimantan hingga Sumatera dan Jawa. Di antara penyair yang ikut hadir adalah Ahamdun Yosi Herfanda, Isbedy Stiawan ZS, Bambang Widiatmoko dan lain-lain.

Penyair Surya Hadi juga memastikan kehadirannya dalam acara baca puisi fenomenal yang baru pertama kali di gelar di Gedung KPK.

Murdock merupakan penyair Riau yang aktif mengikuti kegiatan Gerakan PMK yang sudah dimuai tahun lalu, di mana sejumlah puisinya dimuat bersama puluhan penyair lain se-Indonesia dalam buku Puisi Menolak Korupsi Jilid 1.

 Sedangkan Fakhrunnas dan Husnu Abadi  turut serta dalam buku terbaru Puisi Menolak Korupsi Jilid I a dan II b bersama hampir 100 penyair lainnya.

Sosiawan Leak selaku Koordinator Gerakan PMK menjelaskan kegiatan ini merupakan respons nyata dari para penyair Indonesia  yang  bergabung dalam sebuah gerakan bernama Puisi Menolak Korupsi (PMK). Gerakan yang mau tak mau harus dilakukan di tengah kian sistemik dan canggihnya laku korupsi.

Gerakan yang mendesak digulirkan sebagai sarana untuk mempresentasikan seruan moral kepada masyarakat, agar mewaspadai munculnya mental korupsi sejak dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih akut.

Gerakan Puisi Menolak Korupsi sebutnya mengambil posisi sebagai gerakan kultural, melengkapi gerakan lain yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat berikut karakter dan alat perjuangnya (hukum, politik, agama, jurnalistik, intelektual dan lain-lain).

”Gerakan ini pada hakikatnya menyatu dan padu dengan semua kekuatan yang beritikad mengawal proses perjalanan masyarakat membangun kehidupan bangsa dan negara yang berkeadilan dan lebih bermartabat. Secara siknifikan gerakan ini juga menjadi sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas,’’ ucap Leak.

Menurut Leak,  Gerakan Puisi Menolak Korupsi telah berjalan sebagai gerakan yang bersifat nirlaba, independen dan mandiri (baik secara ideologi maupun ekonomi).

Kemandirian ideologi dibuktikan dengan proses penerbitan antologi puisi yang senantiasa merujuk pada tema anti korupsi. Kemandirian ekonomi diwujudkan dalam melakukan iuran secara gotong-royong guna mendanai proses penerbitan antologi tersebut, murni atas biaya dari para penyair dengan mengutamakan azas kebersamaan dan transparansi.

Hingga sekarang gerakan yang idenya dilontarkan Heru Mugiarso (Penyair Semarang) tersebut telah menerbitkan antologi puisi, merangkum karya para penyair yang berasal dari berbagai daerah, usia, dan kecenderungan puitika.

Setelah melewati proses seleksi dan penyuntingan, karya-karya tersebut terbit dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 1 (melibatkan 85 penyair, terbit Mei 2013), Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 2a (melibatkan 99 Penyair, terbit September 2013) dan Jilid 2b (melibatkan 98 Penyair).(ade)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook