Agustus, PLTG Balai Pungut Bantu Atasi Pemadaman

Riau | Sabtu, 27 Juli 2013 - 09:20 WIB

Agustus, PLTG Balai Pungut Bantu Atasi Pemadaman
Debit air di waduk PLTA Koto Panjang mengalami penurunan saat musim kemarau. Kondisi ini menjadikan PLTA dengan kapasitas 114 MW, hanya mampu mengoperasikan satu turbin dengan daya 34 MW. Foto: DOK RIAU POS

PEKANBARU (RP) - Persoalan berkurangnya pasokan listrik yang masuk ke sistem Riau sehingga menjadikan PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) melakukan pemadaman bergilir.

Kondisi ini diprediksi mulai sedikit teratasi pertengahan Agustus mendatang setelah beroperasinya secara penuh PLTG Balai Pungut (2x20 MW) di Kecamatan Pinggir, Bengkalis.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Doddy Benjamin Pangaribuan mengaku terus mendesak digesanya pembangunan pembangkit yang seharusnya sudah masuk ke interkoneksi sistem Riau.

Ia telah menggelar pertemuan dengan PLTA Pembangkit Sumatera (Kitsu) yang menjadi penanggung jawab pembangkit tersebut, Jumat (26/7).

Hasil pertemuan itu, menurut Doddy, PLTG Balai Pungut akan beroperasi dan masuk sistem pada pekan kedua Agustus mendatang.

‘’Pekan kedua Agustus PLTG Balai Pungut 2 x 16,6 MW akan beroperasi. Tidak hanya itu, masih ada lagi pembangkit yang akan masuk ke sistem yaitu PLTU Teluk Sirih 100 MW pada Oktober 2013 mendatang,’’ kata Doddy.

Selain itu, lanjutnya, penambahan pembangkit di Gardu Induk Teluk Lembu sebesar 30 MW akan menambah pasokan pada November 2013. Adapun perbaikan kerusakan pada pembangkit PLTU Ombilin unit 2 sebesar 100 MW juga akan selesai November mendatang.

Doddy juga memastikan bahwa pada 2014, PLTU Tenayanraya 2x110 MW juga akan masuk ke sistem interkoneksi.

‘’Sesuai jadwal PLTU Tenayanraya juga akan selesai tahun depan,’’ sebut Doddy. Pernyataan Doddy itu juga dikuatkan Manajer PLN Area Dumai, Didi Rahmat.

Ia mengatakan PLTG Balai Pungut akan dijadikan sebagai salah satu andalan sistem Riau. Menurut Didi, sejak Mei 2013 lalu, dua unit generator pembangkit yang telah selesai dipasang di PLTG Balai Pungut sudah dioperasikan.

Masing-masing memiliki daya terpasang sebesar 1x20 MW. Sementara itu lima generator pembangkit lainnya hingga saat ini belum bisa dibawa ke lokasi.

‘’PLN tengah berupaya melakukan percepatan penuntasan pembangunan generator pembangkit di PLTG Balai Pungut. Namun transportasi peralatan saat ini terkendala gara-gara air Sungai Mandau sedang surut. Dari tujuh generator yang direncanakan, dua sudah terpasang dan dioperasikan. Lima lagi belum bisa dibawa ke lokasi karena air sungai sedang surut. Satu generator itu beratnya 300 ton,’’ kata Didi, usai acara buka puasa bersama di kantor PLN Rayon Duri, Rabu (24/7) malam.

Ditambahkan Didi, mengenai pasokan gas untuk bahan bakar pembangkit sudah tidak ada masalah lagi. Jaringan pipa gas sudah sampai di lokasi.

Pasokan gas itu berasal dari Asamera, Sumatera Selatan. Gas yang sama juga dimanfaatkan PT CPI untuk pembangkit listriknya di ladang minyak Duri (Duri Field).

Saat ini, pembangkit besar di Riau mengalami penurunan daya. Sementara pasokan dari interkoneksi Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) tidak ada sama sekali. Pasokan sebesar 189 MW dari Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) juga harus dibagi-bagi dengan provinsi lain karena kerusakan beberapa PLTU dan PLTA.

Khusus PLTA, pasokan dari PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak hanya seperempat dari daya terpasang. Sementara PLTA Koto Panjang hanya berfungsi 1 dari tiga turbin. Ini dikarenakan menurunnnya debit air danau dan waduk.

Khusus PLTA Koto Panjang, saat ini menghasilkan daya 34 MW dari 38 MW kapasitas terpasang. Keperluan pada siang hari masih terjangkau, yaitu 20 sampai dengan 25 MW. Namun pada sore dan malam hari keperluan masyarakat meningkat sehingga tidak mencukupi.

‘’Semua turbin kita berfungsi dan kondisinya baik. Hanya kondisi air yang tak memungkinkan. Makanya satu yang dapat difungsikan,’’ ujar Plt Manager PLTA Koto Panjang Zulhendrianto ST kepada Riau Pos, Jumat (26/7).

Dijelaskannnya, elevasi air di waduk Koto Panjang saat ini adalah 75,81 meter. Padahal, batas normal air untuk menggerakkan turbin diperlukan 80,6 meter.

Bukan hanya itu, kondisi air waduk sudah pada posisi kritis dan mengkhawatirkan, karena batas minimum air untuk bisa memutar turbin adalah 73,5 meter.

Pengaktifan satu turbin, menurut Zulhendrianto, juga sebagai pola penghematan air, karena pada saat beban tinggi bisa saja memaksa menambah aktifnya turbin yang lain.

‘’Tapi jika itu dilaksanakan, maka air akan cepat habis dan malah lebih riskan,’’ ujarnya.

Kondisi air ini, kata Zulhendrianto, disebabkan musim kemarau yang panjang dan rusaknya hutan di sekeliling PLTA. Sehingga begitu hujan waduk langsung penuh dan sebaliknya begitu kemarau langsung kering.

Zulhendrianto juga berharap semua pihak baik masyarakat terutama pemerintah untuk memberikan prioritas penyelamatan hutan di sekitar waduk. Karena hutan yang sudah berubah fungsi menjadi kebun dan rumah warga. Sedangkan solusi jangka pendek adalah meminta warga untuk hemat energi dengan mematikan sebagian lampu atau peralatan listrik hingga keperluan daya bisa menurun. Ketika ditanya kemungkinan hujan buatan, menurutnya, PLN sudah pernah melakukannya pada akhir Juni lalu. Tapi hasilnya belum maksimal karena hujan buatan juga tergantung pada potensi hujan.

PLTU Tenayan Raya

Di bagian lain, proses pembangunan PLTU 2x100 MW di atas lahan seluas 40 hektare di Kecamatan Tenayanraya hingga tanggal 19 Juli lalu baru mencapai 45 persen dari 64 persen yang ditargetkan. Banyak kendala yang dihadapi. Antara lain, pasokan material yang sering terlambat serta Jalan 70 yang merupakan jalan akses masuk menuju lokasi PLTU tersebut.  Enginering Mecanical PLTU Tenayanraya, Imam Wahyudi, menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan untuk menggesa pembangunan tersebut agar selesai tepat waktu.     

‘’Progress over all proyek PLTU Riau sampai dengan 19 Juli 2013 sebesar 45 persen dari rencana sebesar 64 persen. Hal ini disebabkan terlambatnya jadwal konstruksi untuk pekerjaan mekanikal (khususnya peralatan utama boiler dan main power building, red) karena terkendala material, alat dan man power. Material barang impor luar negeri juga selalu terlambat. Selanjutnya, Jalan 70 juga masih jadi kendala. Saat hujan, jalan ini masih sulit digunakan sebagai akses masuk ke PLTU untuk mendukung kegiatan konstruksi baik untuk suplai alat, material maupun man power,’’ kata Imam menjawab Riau Pos, Jumat (26/7).

Meski banyak kendala, pembangunan PLTU yang dikerjakan PLN yang berkonsorsium dengan PT Rekayasa Industri sebagai project leader dan PT Hubei Hongyuan Power Eng.Co. Ltd (Hypec) dari Cina ini direncanakan akan dioperasional April 2014 mendatang. ‘’Namun kami masih menargetkan COD (commercial operation date) untuk PLTU Riau akan tetap sesuai rencana yaitu pada Juli 2014 untuk unit 1 dan September 2014 untuk unit 2,’’ sambung Imam.

Tak begitu banyak persentase yang bertambah dibandingkan lima bulan silam atau sekitar Bulan Maret lalu. Saat itu, proses pembangunan baru mencapai 36 persen dari 40 persen yang ditargetkan. Memang sudah banyak perubahan. Pemasangan tiang pancang yang sebelumnya baru sampai di bagian tengah, saat ini sudah hampir sampai ke pinggir Sungai Siak

‘’Kita tetap meminimalisir berbagai kendala di lapangan. Kalau kendala alam, kadang susah juga kita mengatasi. Kalau hujan, jalan masuk ke lokasi PLTU sangat sulit,’’ sebut Imam lagi.

Lokasi PLTU ini dibangun menghadap Selatan, membelakangi Sungai Siak dengan jalan lingkar di sekelilingnya. 22 titik sarana PLTU dan sarana pendukung seperti perkantoran, masjid gudang dan rumah pemadam kebakaran, akan dibangun di sini.

Tempat penyimpanan batu bara dibangun di lokasi paling dekat dengan sungai. Ketel uap, turbin, penangkap abu elektronik, menara pendingin, rumah pompa air pendingin, pengolahan limbah cair, pengolahan air pendingin, tempat penampungan abu, rumah pompa bahan bakar, area penimbunan abu, desalinasi air dan chymney dibangun di bagian tengah. Sedangkan gardu dan travo listrik dibangun menghadap jalan di sebelah Timur.

Kepala PLN Pekanbaru ‘’Menyerah’’

Sementara Kepala Area PLN Pekanbaru Agus Sutjahjo mengaku menyerah untuk mengatasi krisis listrik di Pekanbaru. 

‘’Rasanya berat bagi saya menjadi Kepala Area Pekanbaru dengan kondisi listrik seperti saat ini,’’ katanya singkat kepada sejumlah media Jumat (26/7).

GM WRKL Doddy B Pangaribuan justru menyebutkan, pernyataan Agus itu hanya keluhan dan curhat saja, karena melihat krisis listrik di Pekanbaru.

‘’Hanya curhat sama wartawan aja, ngak mungkinlah pemimpin menyerah begitu saja,’’ kata Doddy.(rdh/wik/fad/sda/gus/ilo/egp/kun)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook