Laporan M Ali Nurman, Pekanbaru malinurman@riaupos.co
Menjadi guru dan berkarya di dunia pendidikan adalah satu-satunya cita-cita yang ada dan bisa diimpikannya saat muda.
‘’Anak tamatan sekolah rakyat dulu kelas lima, tak ada jalur lain selain jadi guru. Jadi tak ada cita-cita lain, inilah jalur saya. Pernah saya coba bercita-cita jadi dokter, tapi Allah SWT menentukan garis hidup saya jadi guru,’’ tutur Djauzak Ahmad, tokoh pendidikan Riau, saat ditemui Riau Pos, Jumat (26/7).
Di usia yang ke-80 tahun hari ini, Djauzak mensyukuri apa yang telah diraihnya. Dengan perjalanan hidup yang sudah sangat panjang, ia hanya berharap dapat terus berbakti dan berkarya bagi bangsa, negara dan agama.
”Mudah-mudahan dikasih Allah SWT usia yang bisa berbuat banyak untuk bangsa negara dan agama. Dan saya pesan untuk anak muda, jangan lupa salat. Salat itu obat segala-galanya, karena kita langsung berhubungan dengan Tuhan. Orang yang salat selalu sabar, dan sabar itulah yang mendorong orang untuk punya semangat hidup,” katanya.
Baginya, berbagai pahit getir hidup sudah dilaluinya, mulai dari mengajar sejak usia 16 tahun hingga menjadi Direktur Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang pertama dari luar Jawa.
Tugas pertama sebagai guru kata Djauzak dengan mengajar murid kelas 3 SR. ‘’Satu tahun saya di kampung, tahun 1950 saya pindah ke Tanjungpinang dan mengajar di kelas 4 SD 01 Tanjungpinang.
Babak baru dalam kehidupan Djauzak juga dimulai pada 1950. Ia meniatkan untuk mulai ikut kursus Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nasional. Niat itu setahun dipendam hingga akhirnya pada 1951 ia ajukan permohonan berhenti mengajar di SD 4 Tanjungpinang dan masuk SMP.
Sejak 1959 hingga pensiun pada 1999, dinamika kerja lain dijalani Djauzak. Pada 1970, ia sempat menjabat sebagai Ketua PGRI di Kepulauan Riau. Di saat bersamaan pula, dari 1960 sampai 1970 ia menjadi anggota DPRD di Kepulauan Riau.
”Saya lalu pindah sebagai Kepala Bidang Perwakilan Guru di Kanwil Depdikbud Riau. Setelah itu saya jadi pengawas. Tahun 1978 saya jadi Sekretaris Kanwil Depdikbud Provinsi Riau,” ujarnya.
Usai dari jabatan sekretaris, karir Djauzak terus meroket. Pada 1986 ia diangkat menjadi Kakanwil Depdikbud Riau, hal yang tak pernah diimpikannya.
”Tahun 1991 saya jadi Direktur Pendidikan Dasar di Depdikbud. Saya satu-satunya orang dari luar Pulau Jawa menjadi Direktur Pendidikan Dasar saat itu, dan menjadi direktur ke-13. Apa yang saya terapkan di Riau, saya terapkan lagi di seluruh Indonesia, salah satunya surat edaran menggunakan ransel,” tambahnya.(ade)