JAKARTA (RP) - Sudah sepekan lamanya penanganan bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau.
Namun kabut asap masih terpapar di seluruh wilayah Riau, termasuk negara tetangga Malaysia dan Singapura. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum puas atas penanganan bencana asap dan meminta dalam sepekan ini bisa diatasi.
‘’Dalam keadaan seperti ini tidak baik kita saling tuding. Saya minta pemerintah pusat ikut membantu. Operasi kita tingkatkan. Kita berharap dalam waktu satu pekan ini sudah terjadi perubahan signifikan. Bahkan kalau bisa dihentikan (asapnya, red) pekan ini,’’ ujar Presiden dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, (26/6).
Presiden membantah, percepatan penanganan bencana asap dan kebakaran Riau dilakukan karena perintah dari Singapura dan Malaysia.
Menurutnya, percepatan dilakukan karena ia menilai pemerintah daerah Riau lamban. Belum lagi, dampak kebakaran yang sudah merugikan warga Riau sendiri hingga negara tetangga.
‘’Tidak ada yang punya hak untuk memerintah Indonesia sebagai negara berdaulat, dan tidak seorang pun bisa memerintahkan saya sebagai Presiden dari sebuah negara yang juga berdaulat. Apa yang kita lakukan dua tiga hari terakhir sepenuhnya adalah keputusan saya. Tindakan saya. Dalam keadaan seperti ini, untuk saudara kita di Riau, sekaligus tetangga kita diperlukan tindakan cepat, serius, dan bisa menyelesaikan masalah. Apalagi warga Riau sudah terjangkit penyakit penapasan dan wilayah itu masuk dalam status darurat,’’ tegas Presiden.
Setali tiga uang, kabut asap memang mulai mengakibatkan peningkatan penyakit pernapasan masyarakat Riau. Disebutkan, telah terjadi peningkatan kasus penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebanyak 30 persen.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Riau, Zul Effendi kepada Riau Pos, Rabu (26/6) di Pekanbaru menyebutkan, peningkatan itu diperoleh dari hasil koordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota se Riau.
‘’Dari informasi yang kita peroleh memang terjadi peningkatan mencapai 30 persen. Kabut asap yang melanda beberapa hari belakangan ini cukup memberikan pengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat,’’ paparnya.
Saat ditanyakan mengenai jumlah detil peningkatan kasus ISPA di kabupaten/kota se Riau, ia mengaku belum melakukan perhitungan secara terperinci. Pasalnya, masih ada beberapa daerah yang belum melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Kasus ISPA tertinggi ditemukan di Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai. Sementara Rokan Hilir yang memiliki titik api tertinggi belum memberikan laporan.
‘’Rata-rata daerah yang memiliki intensitas kabut asapnya kuat, penderita ISPA-nya juga meningkat. Selain Dumai dan Bengkalis, di Kepulauan Meranti ditemukan peningkatan kasus penyakit musiman tersebut,’’ imbuh Zul Effendi.
Ia menghimbau seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk segera mengupdate data penderita ISPA di bulan Juni ini. Selanjutnya dilaporkan ke provinsi untuk dikalkulasikan dan dilaporkan ke ti pusat.
‘’Kita sudah distribusikan hampir 100 ribu masker ke seluruh kabupaten/kota se Riau. Ini dapat kita tingkatkan jika intensitas kabut atas meningkat. Mudah-mudahan kabut asap segera berkurang dan penderita ISPA menurun,’’ harap Zul.(jpnn)