Kerusakan Jalinteng Mengkhawatirkan

Riau | Senin, 27 Februari 2012 - 09:01 WIB

Kerusakan Jalinteng Mengkhawatirkan
Sebuah Fuso dump truck terperosok ke dalam lubang yang menganga di tengah Jalan Lintas Tengah. Rusaknya jalur ini salah satunya akibat muatan kendaraan lebih dari tonase yang ditentukan. (Foto: ahmad damri/Riau Pos)

Laporan Ahmad Damri, Rengat

Kerusakan Jalan Lintas Tengah (Jalinteng) yang menghubungkan Japura-Teluk Kuantan, semakin mengkhawatirkan. Sebab, disamping membahayakan pengendara, di ruas jalan ini juga rawan kemacetan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Seperti pada Jumat dan Sabtu (24-25/2), terjadi kemacetan panjang di ruas jalan yang berdekatan dengan  Kantor Camat Kelayang. Hal ini disebabkan karena satu truk angkutan batubara dari Koto Baru, Sumbar, terjungkal di titik jalan yang rusak tersebut.

Beberapa saksi mata mengatakan, antrean terjadi beberapa jam lamanya. Satu unit angkutan batubara tersangkut di salah satu titik lubang jalan yang rusak. Akibatnya, terjadi kemacetan yang tidak bisa terelakkan. Kondisi ini dikeluhkan warga sekitar.

Salah seorang saksi mata Hatta Munir warga Air Molek yang saat kejadian melewati ruas jalan ini mengatakan, kendaraannya tidak bisa lewat karena kemacetan di ruas jalan Japura-Teluk Kuantan. Saat itu kemacetan cukup panjang, sehingga menganggu aktivfitas warga.

Hal senada juga disampaikan warga Peranap, Milly Taufik kemarin. Dimana kerusakan jalan makin parah. Sementara angkutan batubara dari Sumbar yang melewati jalan ini makin banyak. Jika tidak dibatasi ruas jalan tersebut akan semakin rawan lakalantas dan rawan kemacetan.

Di tempat terpisah anggota DPRD Riau asal Inhu-Kuansing, H Abu Bakar Siddik SSi, mengatakan, kerusakan jalan ini akibat lemahnya pengawasan dari dinas terkait di Provinsi Riau. Dimana perbaikan jalan ini dinilai lamban. Padahal DPRD Riau sudah menyetujui anggaran untuk pebaikan jalan yang menghubungkan Cerenti-Japura. Tapi belum dilaksanakan.

Selain itu sebutnya, pengawasan dari sejumlah pihak terkait juga dinilai lemah. Sebab, angkutan batubara dibiarkan melewati ruas jalan Kuansing-Inhu tersebut. ‘’Di Provinsi Sumbar, angkutan ini tidak dibenarkan melewati pelabuhan Teluk Bayur, karena pengawasan aparat di sana sangat ketat. Maka mereka memilih untuk ke Samudera Kuala Enok, karena pengawasan yang tidak tegas di Riau,’’ ujarnya.

Akibat angkutan batu bara di daerah lain, justru warga Riau yang menanggung akibat kerusakan jalan ini. Maka perlu ada upaya untuk mengatasi hal ini. Supaya jalan tidak semakin hancur. ‘’Saat ini kondisinya makin hancur. Bukan hanya di wilayah Kuansing, tapi juga di wilayah Inhu. Lebih banyak titik jalan yang rusak dari jalan yang mulus,’’ ucapnya.(ade)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook