Laporan AHMAD YULIAR, Rangsang Pesisir ahmad-yuliar@riaupos.com
Mentarang, jenis seafood yang diyakini memiliki nilai protein tinggi. Makanan ini menjadi salah satu jenis makanan yang banyak terdapat di Desa Tanah Merah, Kecamatan Rangsang Pesisir. Mentarang berada di dasar pantai berair. Bagaimana cara menangkapnya?
Bukan dipancing, bukan dijaring atau bukan pun diracun. Mentarang menjadi salah satu jenis seafood yang sulit didapatkan terutama oleh orang yang belum pernah menangkapnya sama sekali.
Proses menangkapnya pun sangat unik yakni dengan mencolek lubang yang terdapat di pantai berlumpur. Jika terasa maka ditangkap.
Petang itu, Ahad (20/10) bersama rombongan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan sejumlah elemen seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kepulauan Meranti, Ikatan Pemuda Selatpanjang (IPS) dan lainnya yang tiba dari Selatpanjang membawa sejumlah tamu yang tiba dari Kota Batam.
Rombongan berencana membawa tamu itu dan memperkenalkan bagaimana menangkap mentarang di Desa Tanah Merah, Kecamatan Rangsang Pesisir.
Puluhan kilometer ditempuh dengan kondisi jalan berlubang, jalan tanah dan rusak berat dari Kota Selatpanjang menggunakan sepeda motor.
Perjalanan dimulai menyeberang dengan menggunakan kempang atau sejenis kapal kayu pengangkut sepeda motor dan orang.
Untuk sekali menyeberang dengan kempang dari Selatpanjang ke Pelabuhan Peranggas di Desa Lemang Kecamatan Rangsang Barat dikenakan tarif Rp15.000.
Perjalanan dilanjutkan kembali menggunakan sepeda motor. Jalan yang dilalui bukan jalan aspal, melainkan jalan semenisasi. Untuk sampai menuju Desa Tanah Merah harus ditempuh sepanjang lebih kurang 40 kilometer. Desa yang terletak di sisi lain Pulau Rangsang itu menghadap ke Selat Malaka.
Di sini tampak warga telah antusias menyambut, tenda berukuran 4x6 meter pun dipasang. Beberapa perlengkapan untuk memasak mentarang pun juga telah disiapkan.
Tak lama berselang, rombongan tadi langsung diajak berendam di laut yang telah mulai surut untuk mencari atau dalam bahasa setempat disebut ‘’mencelup mentarang’’.
Mencari mentarang bukan lah hal mudah, kita harus meraba-meraba pantai yang ditutupi air tersebut untuk mencari lubang mentarang. Belum lagi ombak dari Selat Malaka yang terus menghempas tubuh para pencari mentarang.
‘’Ini sudah menjadi hiburan bagi warga. Kalau sudah musimnya, hampir semua rumah warga di darat kosong. Karena mereka semuanya ke laut mencari mentarang,’’ kata Mahadi, salah seorang tokoh masyarakat Desa Tanah Merah.
Salah seorang wisatawan dari Afsel yang kini membuka lembaga pendidikan bahasa asing di Kota Batam itu pun ikut mencari mentarang.
‘’Ini luar biasa. Pulau-pulau di Meranti sangat indah dengan keramahtamahan penduduknya. Saya akan membawa teman-teman saya yang lain untuk mengunjungi Meranti lagi,’’ ujat Shally, sambil menunjukkan seekor mentarang yang berhasil dicarinya sendiri di pantai Tanah Merah.
‘’Semua orang bisa ‘’mencelup’’ tapi tidak semua orang bisa mencelup mentarang. Ini bisa dijadikan iven besar yang mampu menarik para wisatawan. Kegiatan ini akan coba kita kembangkan ke depannya,’’ ujar Sekretaris Disparpora, Ismail Arsyad.
Mantan Kabid Pariwisata Provinsi Riau itu juga mengajak warga pesisir Selat Malaka untuk menjaga kebersihan pantai dan selalu bersikap terbuka kepada setiap tamu yang berkunjung.
‘’Ini bisa menjadi mata pencarian baru bagi masyarakat, jika sudah banyak yang datang tentunya masyarakat bisa membuka usaha-usaha yang memiliki nilai ekonomis,’’ tambahnya.***