PELALAWAN (RP) - Sepanjang Januari sampai September 2013, Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Pelalawan telah menemukan 19 kasus balita penderita gizi buruk di Kabupaten Pelalawan.
Namun, hingga saat ini semua penderita dalam proses pemulihan setelah mendapat perawatan medis.
Jumlah penderita gizi buruk ini diprediksi masih bisa saja bertambah. Pasalnya rendahnya tingkat ekonomi keluarga terkait serta minimnya edukasi tentang gizi merupakan salah satu faktor penyebab munculnya kasus gizi buruk tersebut.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kabupaten Pelalawan Darwis Alkadam MSi melalui Kabid Gizi Erizal kepada Riau Pos, Rabu (25/9) kemarin di ruang kerjanya.
Erizal menyebutkan pasca dirawat di rumah sakit, selama 3 bulan berikutnya para penderita mendapatkan tambahan makanan dari Pemkab Pelalawan.
Diungkapkannya, kasus penderita yang disebabkan kekurangan gizi tersebut ditemukan di sejumlah kecamatan antara lain di Kecamatan Teluk Meranti pada awal September lalu ditemukan 3 penderita gizi buruk tepatnya di Desa Kuala Panduk yang saat ini telah dirawat di RSUD Selasih Pangkalankerinci.
Kemudian pada bulan-bulan sebelumya juga telah ditemukan sebanyak 16 kasus gizi buruk di Kecamatan Pangkalankerinci, Pangkalan Kuras, Pangkalan Lesung dan Bandar Seikijang.
Di antara penyebab munculnya penderita gizi buruk terutama balita ini kebanyakan dari keluarga kurang mampu dan kesadaran gizi yang rendah. Selain itu, meningkatnya kasus gizi buruk ini cenderung disebabkan oleh dampak dari suatu penyakit seperti penyakit diare yang tidak dilakukan pengobatan.
Namun, akibat masyarakat menyepelekan penyakit tersebut, sehingga berdampak pada perkembangan gizi dan berat badan anak. Sedangkan kasus tersebut 70 persen didominasi oleh para pendatang seperti karyawan dan buruh perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Pelalawan, bebernya seraya menambahkan pada tahun 2012 lalu pihaknya mencatat 20 kasus yang sama yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pelalawan.
Dijelaskannya, bahwa deteksi awal terhadap gejala gizi buruk pada balita ini bersumber dari posyandu setempat. Pasalnya, saat para ibu dan anaknya mendatangi posyandu setempat, baru dapat diketahui kalau anak mereka terdeteksi gizi buruk yang langsung dirujuk ke rumah sakit. Hanya saja, hingga saat ini tingkat kunjungan masyarakat terutama ibu dan balita masih sangat minim.
Data yang kita miliki cuma 54 persen saja para ibu hamil dan balita yang mendatangi posyandu. Padahal, di posyandu ini sangat banyak pengetahuan yang bisa didapatkan. Tidak hanya soal ibu hamil, tapi juga masalah gizi dan tentang kesehatan lainnya, paparnya.
Ditanya upaya Diskes untuk menekan semakin banyaknya bermunculan penderita gizi buruk, Erizal mengatakan, bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan lintas sektor hingga ke tingkat kecamatan terkait meminimalisir masalah ini. Bahkan awal bulan lalu, pihaknya telah melaksanakan pelatihan yang diikuiti oleh perwakilan kader PKK seluruh kecamatan tentang bagaimana mengolah bahan pangan lokal menjadi bahan yang bernilai asupan gizi yang baik untuk balita termasuk pencegahan anemia bagi ibu hamil.(adv/a)