Listrik Riau Defisit 114,8 MW

Riau | Jumat, 26 Juli 2013 - 10:50 WIB

Listrik Riau Defisit 114,8 MW
Dua remaja ini mengaji pada malam Nuzul Quran dengan penerangan lilin di sebuah rumah Jalan Taman Sari, Tangkerang Selatan, Pekanbaru, Kamis (25/7/2013). Foto: Defizal/Riau Pos

PEKANBARU (RP) - Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) melakukan pemadaman bergilir siang dan malam hari.

Perusahaan penyedia setrum ini mengakui, kebijakan ini dilakukan karena pasokan daya untuk wilayah Riau yang masuk sistem interkoneksi mengalami defisit. Saat beban puncak, defisit daya mencapai 114,8 Megawatt (MW).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kondisi ini dikeluhkan oleh warga. Terutama saat pemadaman dilakukan malam hari, seperti jelang berbuka puasa, saat tarawih dan sahur.

Untuk kondisi saat ini, PLN WRKR hanya bisa mengimbau warga melakukan penghematan pemakaian listrik, khususnya saat beban puncak terjadi. Solusi lainnya, menunggu perbaikan pembangkit yang rusak dan beroperasinya beberapa pembangkit baru.

Manajer Humas PLN WRKR Suhatman mengatakan, tidak mungkin untuk menutupi defisit di Riau dengan pasokan genset lagi.

Beberapa pembangkit di Riau yang rusak dan pasokan berkurang seperti pembangkit Riau Power (12 MW) yang mengalami gangguan dan PLTA Koto Panjang (114 MW) yang hanya bisa mengoperasikan satu dari tiga turbin (20,3 MW). Kondisi ini menjadikan pihaknya memberitahukan jadwal pemadaman bergilir pada siang dan malam ke masyarakat melalui media massa.

Suhatmam mengatakan, pasokan daya untuk sistem Riau sebesar 223,1 MW itu berasal dari PLTA Koto Panjang 20,3 MW, PLTG Teluk Lembu 20,4 MW, PLTD Teluk Lembu 2,8 MW, PLTG Riau Power 27,9 MW, PLTD Agreco 35 MW, PLTD Sewatama 15,1 MW dan PLTD Purnama Dumai 38,2 MW.

Kemudian PLTMG Navigate 16,6 MW, PLTD Balai Pungut 30,3 MW, PLTD Bagan Besar 3,2 MW, PLTMG Garuda GITL 13,3 MW. Dengan beban puncak sistem sebesar 337.9 MW, maka terjadi defisit 114,8 MW.

Selain itu, pembangkit di jaringan interkoneksi juga mengalami gangguan yakni pembangkit Pauhlimo unit 2 tidak beroperasi, PLTU Ombilin unit 1 dan 2 terjadi gangguan.

Selain itu, pasokan dari PLTA Singkarak (175 MW) dan PLTA Maninjau (68 MW) hanya 25 persen dari kapasitas terpasang.  ‘’Berkurangnya debit air inilah salah satu yang menyebabkan pemadaman di Riau ini,’’ kata Suhatman.

Dikatakannya juga, sebenarnya PLN dari sistem Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) bisa memasok lebih dari 200 MW, namun jaringan penghantar dari Palembang ke Riau tidak memungkinkan mengirimkan daya lebih dari 200 MW.

Saat ini pasokan dari sitem Sumbagsel itu 186 MW, namun itu juga harus dibagi-bagi dengan beberapa provinsi lain. Sementara pasokan dari sistem Sumbagut tidak ada sama sekali.

Sementara itu, lanjutnya, di daerah-daerah isolated atau jaringan listriknya tidak termasuk interkoneksi masih bisa menikmati pasokan listrik tanpa pemadaman bergilir.

‘’Daerah isolated seperti Tembilahan, Rengat, Pasirpangaraian, Kuantan Singingi, Selatpanjang, Bengkalis dan Siak masih menerima pasokan listrik dengan wajar karena hanya tinggal menyiapkan solar saja,’’ ujar Suhatman.

Ia mengungkapkan, salah satu solusi terdekat adalah, pihaknya berharap masuknya pasokan daya pembangkit baru di Balai Pungut Duri sebesar 2x16,5 MW akhir bulan ini.

‘’Kami juga tidak bisa menekan agar mempercepat pembangunan pembangkit karena secara struktur general manager-nya berbeda. Tapi PLN secara keseluruhan sudah diperintahkan untuk bekerja maksimal,’’ kata Suhatman. Suhatman juga berharap agar masyarakat menggunakan listrik dengan hemat. ‘’Matikan yang tidak penting sehingga kita bisa menikmati listrik bersama-sama,’’ pesan Suhatman.

Adapun pembangunan PLTG Balai Pungut 2x16,5 dikerjakan PLN Pembangkit Sumatera (Kitsu). Deputy Manager PLN WRKR, Syairul mengatakan, General Manager PLN WRKR yang akan menggelar rapat dengan pihak KITSU.

‘’Kemarin GM mengatakan bahwa beliau akan rapat dengan Kitsu di Jakarta, GM akan meminta untuk menyegerakan pembangunan pembangkit-pembangkit yang memasok listrik ke Riau,’’ kata Syairul.

Sementara informasi mengenai pemadaman terakhir, Syairul mengatakan, pasokan Sistem Sumbagsel yang sebesar 186 MW masuk ke Pengatur Beban Sumatera Barat dan dibagi-bagi ke provinsi lainnya. Kondisi ini pasokan daya yang sampai ke Riau tetap tidak mengatasi defisit listrik di Riau.

‘’Pasokan dari Sumbagsel juga tidak semuanya masuk ke Riau tapi dibagi-bagi dulu sehingga Riau masih defisit,’’ kata Syairul.

Syairul mengungkapkan, pemadaman Kamis (24/7) sebesar 50 MW yang dibagi-bagi dengan rincian area Padang 9,8 MW, Bukittinggi 4,44 MW, Payakumbuh 2,34 MW, Solok 3,69 MW, Pekanbaru 12,87 MW, Dumai 4,74 MW, Rengat 1,19 MW, Rantau Prapat 0,96 MW, Jambi 5,71 MW.

‘’Masih ada pembangkit yang mengalami gangguan sehingga pemadaman terjadi. Yang mengalami gangguan adalah pembangkit unit 2 di Teluk Lembu, Pembangkit Pauhlimo unit 2 tidak beroperasi karena gangguan, pembangkit Ombilin unit 1 dan 2 terjadi gangguan dan Riau Power juga gangguan,’’ kata Syairul.

Di bagian lain, Wakil Gubernur Riau (Wagubri) HR Mambang Mit menyebutkan, PLN supaya menyiapkan solusi kelangkaan pasokan listrik ke Riau.

 ‘’Malam kalau bisa jangan mati, karena kita yakin PLN juga mencarikan solusi untuk kendala ini,’’ ujarnya.

Warga Mengeluh

Di sisi lain, sebagian besar warga menyampaikan keluhan yang sama menyusul pemadaman listrik. ‘’Gimana mau belajar kalau lampunya sering padam kayak gini,’’ ungkap Dian, salah seorang mahasiswa Unri.

Selain mengganggu belajar, ujar Dian, padamnya lampu juga mempengaruhi aktivitas lainnya seperti mandi dan mencuci karena pemadaman listrik juga sering terjadi pada pagi hari.

‘’Pernah jadi terlambat ke kampus karena lampu padam, dan tidak ada air untuk mandi,’’ keluhnya.

Di kawasan Payung Sekaki dan Sukajadi kemarin mendapat giliran pemadaman. Salah seorang warga Sukajadi, Hendri mengungkapkan kekesalannya karena listrik padam tidak lama setelah pulang dari masjid.

‘’Untung saja tidak saat salat listriknya padam. Kan bisa-bisa merusak ibadah kita,’’ ujarnya.

Keluhan yang sama juga diungkapkan warga Labuh Baru Timur, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru yang sering merasakan padamnya listrik saat pagi.

Penyewa ruko di Jalan Melur, Riski, yang membuka usaha warnet merasakan kondisi kerugian jika listrik sudah padam tiba-tiba.

‘’Berharap untung jadi harus ada pengeluaran tambahan karena listrik padam. Belum lagi kekesalan di hati yang merusak ibadah puasa,’’ ucapnya kecewa.

Kondisi ini juga mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas di Kota Pekanbaru. Sebab jika listrik padam, beberapa traffic light di persimpangan jalan pasti mati. Kemacetan pun terjadi.

Hal itu terpantau di simpang Jalan Arengka-Durian, Simpang Jalan Durian-Ahmad Dahlan dan simpang Jalan Rajawali-Melur. Setiap hari jika sudah listrik padam terjadi kemacetan di lokasi tersebut.

Sementara di Pelalawan, puluhan warga Perum Gerhana Serikat Andalan (GSA) dan Semoga Jaya Utama (SJU), mengelar unjuk rasa di Jalan Engku Raja Lela Putra, Pangkalan Kerinci, Kamis (25/7) dini hari sekitar pukul 00.45 WIB.

Mereka menggelar aksi saat petugas PLN Pangkalan Kerinci melakukan pemadaman travo listrik di perumahan tersebut. Aksi yang mendapat pengawalan dari beberapa personil anggota Polsek Pangkalan Kerinci dilakukan menyusul seringnya pemadaman tanpa adanya pemberitahuan.  

‘’Ya kami minta PLN profesional, jika memang ada pemadaman listrik, silakan umumkan melalui media. Kapan jadwal pemadaman dan berapa lama pemadamannya. Jadi, jika melebihi jadwal, kita bisa komplain,’’ terang Ketua RT 05 RW 07 Perum GSA Kelurahan Kerinci Timur, Erizal Ali kepada Riau Pos, Kamis (25/7) dini hari kemarin.(rul/egp/amn/*3/*5)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook