Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau
Pilkada tahun ini, bertepatan pada suasana Idulfitri, maka diharapkan akan membawa spirit Idulfitri, penuh persaudaraan dan mengekalkan tali silaturahmi. Bagaimanapun juga politik harus dibekali spirit damai dan berkebaikan, sehingga masalah etik tak diabaikan dalam berkontestasi. Duel tapi sportif nan santun. Ketika Idulfitri menghadirkan nuansa silaturahmi yang kental, maka Pilkada coblosan pun seharusnya menghadirkan rasa kedamaian.
Sangat berbeda dengan peristiwa setahun lalu menjelang pencoblosan pilkada DKI putaran kedua, Kota Jakarta terasa berubah suasana. Beberapa wilayah, terasa seperti menjelang Idulfitri, di mana suara takbir bersahutan dan doa menghiasi masjid dan mushalla. Padahal ketika itu bulan April 2017 bukan hari raya Idulfitri. Sudah diketahui bersama akhirnya pasangan Anis -Sandi mengalahkan Ahok-Jarot.
Nah, saat ini pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau memang bertepatan pada suasana Idulfitri. Meski gema takbir tak lagi berkumandang. Spesial pilkada serentak 2018, coblosan dan Idulfitri adalah momentum membumikan spirit Idulfitri dalam pesta demokrasi. Saatnya membangun kesadaran untuk menjaga harmoni dan persaudaraan, saling menghargai serta menghormati dihadirkan di tengah masyarakat.
Pasti ada perbedaan pilihan dalam sebuah kontestasi politik seperti Pilkada, tapi rasa kekeluargaan, kekerabatan, persatuan dan kesatuan sebagai warga harus tetap terawat dan terjaga. Itulah nilai amal kebajikan yang bisa dicatat dari spirit Idulfitri. Berbeda pilihan bukan berarti persaudaraan menjadi terputus. Keberlangsungan hidup bermasyarakat, dan negara harus dirawat serta dijaga bersama.
Kontestasi memaksa kita terbelah dukungan, terpecah suara, berbeda bendera, berdebat bersitegang urat. Terjadi secara meluas antar parpol, kelompok,golongan, etnis, agama, bahkan bisa menjangkiti pada sebuah kerabat dan keluarga. Merupakan jalan lumrah pada alam demokrasi yang masih menjadi pilihan bernegara saat ini. Maka jauhkan permusuhan dan dendam gara-gara beda pilihan.
Biarkanlah setiap pasangan berikhtiar untuk menang, asalkan sesuai dengan kaidah yang dibenarkan oleh peraturan dan undang -undang. Jangan sakit hati atau mencibir perjuangan pasangan calon yang telah dan akan dikerjakan dari proses bacalon, calon sampai masa kampanye hingga hari coblosan. Ada empat pasangan pilgubri 2018 sesuai nomor urut yaitu; 1. Syamsuar-Edy, 2. Lukman Edy-Hardiyanto,3. Firdaus-Rusli, dan 4. Arsyadjuliandi-Suyatno.
Cukuplah cermati dan catat bila lembaga survey mengklaim pasangan 1 menjadi pemenang, begitupun survey lain manakala memenangkan pasangan 2,3 atau 4. Itu gawe yang akan dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan moral. Toh waktu pasti akan membuktikan mana yang teruji mana yang main tebakan. Mereka sedang mempertaruhkan kredibilitas dan identitas masing masing. Polmark Indonesia dan Lembaga Survey Poltracking memenangkan pasangan Syamsuar-Edy, Indonesia Development Monitoring(IDM) dan Vox Populi Survey mengunggulkan Lukman Edi-Hardiyanto, Survei Linkar Institut & Consulting dan Lamda Indonesia menempatkan Firdaus-Rusli rangking pertama, sedangkan nomor urut 4 kabarnya menggandeng Lembaga Survey Cyrus untuk kepentingan internal.
Dalam konteks Pilkada, 3 hari lagi digelar. Tidak ada salahnya menyimak imbauan Mendagri Tjahjo Kumolo. Pertama, pada saat hari pemungutan suara, 27 Juni 2018, masyarakat agar datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Seluruh pemilih datang menunaikan hak pilihnya dengan rasa senang gembira. Pesta demokrasi harus menghadirkan suka cita. Bukan ketakutan atau beban. Pilih dengan hati nurani, siapa pemimpin yang amanah.
Dipersilahkan memilih kepala daerah setempat yang akan menjadi pemimpin daerah 5 tahun ke depan yang bisa menggerakkan pembangunan, pelayanan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menghadirkan rasa aman, tertib dan damai.
Kedua agar masyarakat, pasangan calon, tim sukses, aparatur, KPU dan Bawaslu, serta tokoh masyarakat memanfaatkan Idulfitri sebagai momentum menurunkan tensi suhu politik lokal. Spirit silaturahmi Idulfitri harus menjadi perekat persatuan. Sekaligus ini saatnya untuk meneguhkan sikap saling menghargai perbedaan. Berbeda tapi tetap satu saudara, satu daerah, satu bangsa.
Tentu masyarakat akan mengapresiasi kepada penyelenggara pemilu, KPU dan Bawaslu serta aparat TNI, Polri, aparat pemerintah daerah jika betul-betul bekerja profesional. Dan yang penting tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh perempuan, pers dan tokoh agama serta lembaga-lembaga keagamana dapat bersatu padu memelihara iklim Pilkada serentak 2018 yang kondusif, tertib, lancar, aman dan damai. Selamat mencoblos pilihan Anda, Minal Aidzin Walfaidzin, mohon maaf lahir batin, amin.***