BISNIS MADU NAN MENGGIURKAN (2-HABIS)

Lima Jeriken Madu Sebanding 1 Truk Sawit

Riau | Selasa, 26 Maret 2019 - 09:18 WIB

Lima Jeriken Madu Sebanding 1 Truk Sawit
POHON SIALANG: Lebah menggelayut di pohon sialang jenis kempas di Kampung Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit, Siak, Sabtu (23/3/2019). GEMA SETARA/RIAU POS

Bisnis Madu sangat menjanjikan. Selain pasarnya terbuka, keuntungan yang didapat cukup besar. Lima jeriken madu hasilnya sama dengan satu truk yang mengangkut kelapa sawit.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

LAMAN Wikipedia menyebut, lebah madu mencakup sekitar tujuh spesies lebah dalam genus apis, dari sekitar 20.000 spesies yang ada. Saat ini dikenal sekitar 44 subspesies. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nectar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari malam, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu.

Lebah madu yang ada di alam Indonesia adalah A. andreniformis, A. cerana dan A. dorsata, serta khusus di Kalimantan terdapat A. koschevnikovi. Ketujuh jenis lebah madu tersebut  apis andreniformis (black dwarf honey bee). Lebah madu ini adalah hewan asli Asia tropis dan subtropis, termasuk Cina bagian tenggara, India, Burma, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan dan Filipina (Palawan).

Mengutip UU Hamidy dalam bukunya Rimba Kepungan Sialang menyebutkan betapa pentingnya rimba kepungan sialang bagi masyarakat. Hasil madu lebah rimba kepungan sialang, memberi bukti yang nyata bagaimana sistem mereka dalam asas kemakmuran  bersama itu. Dengan demikian, hutan rimba bagi mereka hampir identik dengan kehidupan itu sendiri, sebab telah terbaca oleh mereka bagaimana hutan tanah itu memberikan sumber-sumbernya, sebabnya mereka membuat pembagian hutan tanah begitu rupa.

Pohon sialang adalah balai lebah, yang berarti tempat lebah mengambil tempat;  tetapi juga sekaligus tempat lebah menyediakan bahan-bahan pangan bagi manusia sekitarnya. Meskipun pekerjaan memanjat pohon sialang, dewasa ini tampak penuh risiko yang besar, namun belum pernah membunuh minat para warga dusun di pinggiran hutan itu, untuk tidak lagi memanjat  dan mengelola rimba kepungan sialang mereka.

Tantangan yang tampak amat berat itu, tidak mustahil untuk diperbaiki atau diatasi dalam masa-masa mendatang, dalam upaya pembinaan dan pengembangan rimba kepungan sialang. Hal itu sebagian bergantung kepada kemampuan dan kemauan kita  dalam rangka  melestarikan hutan rimba dan lingkungan hidup kita.

Sebelumnya Riau Pos berkunjung ke rumah Ridwan Muhammad di Kabupaten Siak. Dia menyambut kami pada Jumat (22/3) setelah Isya. Dia oleh masyarakat Kabupaten Siak dikenal sebagai tauke madu. Petani dan pencari madu lebah sialang menjual hasil panen kepadanya. ‘’Inilah kantor sayo Bang,’’ ujarnya setelah mengucapkan salam. Saat Riau Pos datang ada dua pelanggannya yang sedang menimbang madu.

Puluhan jeriken teratur rapi dalam ruangan yang dia sebut kantor tadi. Ada yang berisi penuh madu dan ada pula yang masih kosong. Selain itu terdapat pula madu yang ditempatkan dalam kantong-kantong plastik bening.   Tak hanya itu, ada juga jeriken yang dimasukkan ke dalam karung goni dan kemudian dilapisi dengan kantong plastik bening yang berukuran cukup besar. ‘’Kalau yang dibungkus seperti ini biasanya untuk pengiriman ke luar negeri Bang,’’ ujarnya.

Bisnis dan menampung madu lebah dari seluruh pelosok di Kabupaten Siak sendiri baru ia lakoni sejak 2015 lalu. Menurut dia, bisnis ini cukup menjanjikan. Hampir  setiap bulan dia menampung hampir 7 ton madu lebah sialang dari masyarakat. Madu sebanyak itu dia pastikan habis terjual dalam rentang waktu satu bulan itu juga. Dia membeli madu lebah dari para pencari dengan harga yang sangat berpatutan. Selain itu, dia juga mengelola hampir 60 batang pohon sialang yang dikerjasamakan dengan masyarakat setempat.

‘’Kalau berbicara pasar sangat terbuka lebar Bang. Terlebih pasar luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Korea Selatan,’’ ujarnya.

Menurut dia, untuk pasar madu yang dia kelola lebih mementingkan dan memerioritaskan pasar madu dalam negeri. Selagi pembeli dari dalam negeri  masih ada yang membeli dia akan menjualnya di dalam negeri, sebaliknya jika tidak ada pembeli baru dia pasarkan ke luar negeri.

Untuk pemasaran ke luar negeri sendiri, tambahnya sekarang tidak susah lagi. Terlebih dia sudah punya pelanggan tetap baik dari Malaysia, Singapura dan Korea Selatan. Untuk pasar Malaysia setidaknya dia punya lima sampai enam pelanggan tetap dan biasanya setiap bulan masing-masing pelanggan itu membeli hampir satu ton madu. Begitu juga untuk pembeli dari Singapura.

Dia menambahkan, penghasilan dari menampung dan menjual madu ini lumayan besar. Bahkan beberapa waktu lalu dia mendapat keuntungan bersih Rp60 juta per bulannya. ‘’Pernah dua bulan saya mendapat keuntungan yang lumayan besar,’’ ujarnya.

Dia mengatakan, dalam bisnis madu ini dia tetap menerapkan harga yang menguntungkan bagi petani atau masyarakat yang mengambil madu dan menjual kepada dirinya. Artinya, setiap musim madu dia akan tetapi membeli madu dengan harga yang tidak mencekik penjualnya.

Biasanyakan hukum pasar akan berlaku jika persediaan banyak harga jual akan semakin murah tetapi ketika persediaan sedikit harga akan membumbung tinggi. Sistim ini sangat merugikan masyarakat yang mengambil madu, karena dengan sistim itu masyarakat yang menjual madu akan terjebak, di mana saat madu banyak pun harga akan tetap dibeli murah oleh pengepulnya.

‘’Saya tidak ingin seperti itu, bisnis ini harus saling menguntungkan. Walau stok madu saya banyak dan musim panen madu berlimpah harga jual dari masyarakat tidak pernah saya turunkan. Mengapa demikian, karena proses pengambilan madu itu bukanlah mudah, nyawa menjadi taruhannya,’’ tuturnya lagi.

Sistim seperti ini juga menyebabkan, dia tidak pernah kekurangan stok madu lebah untuk kembali dijual kepada para pembelinya baik dari dalam maupun luar negeri.

‘’Yang pasti berapa pun jumlah madu yang ada tetap saya beli, jual sedikit dibeli jual banyak tetap saya beli,’’ ujarnya.

Ridwan juga menyebutkan, keuntungan dalam berbisnis madu ini cukup besar. Dia membandingkan, lima jeriken madu hasilnya sama dengan satu truk yang mengangkut kelapa sawit. Bayangkan, kalau dalam satu batang sialang itu minimal menghasilkan  200-300 kilogram madu, berapa keuntungan yang didapat. Jumlah 200-300 kilogram itu jumlah yang sangat minim sekali, biasanya kalau lagi musim pada bulan Februari-Maret atau menjelang Ramadan, satu pohon sialang bisa menghasilkan madu hingga satu ton.

‘’Bisnis madu ini tidak ada ruginya. Kalau pasar dalam negeri stagnan atau tidak ada yang berminat, kita bisa pasarkan ke luar negeri, harganya juga bersaing. Kita terima uang di tempat, untuk selanjutnya mereka yang akan atur pola pengirimannya,’’ ujarnya.  

‘’Manisnya’’ bisnis madu ini.  juga dirasakan Junaidi dan kawan-kawannya. Junaidi sendiri saat ini selain telah memiliki rumah juga berencana akan membangun sarang walet di rumahnya.

‘’Kalau membangun rumah itu murni dari hasil mencari madu. Sekarang saya sedang bersiap-siap hendak membangun rumah sarang walet. Kan tidak mungkin selamanya saya menjadi pemanjat pohon sialang. Kalau sudah berumur nanti, rasanya tak sanggup lagi saya memanjat pohon yang tinggi itu,’’ ujarnya.***

Laporan GEMA SETARA dan ABU KASIM, Siak









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook