PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Provinsi Riau menurun menjadi 17,0 persen dibandingkan tahun 2021 yakni 22,3 persen. Sementara itu, angka prevalensi stunting nasional juga turun 2,8 persen, dari tahun 2021 sebesar 24,4 persen menjadi 21,6 persen ditahun 2022.
Informasi tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin dalam acara Rakernas Program Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting, Rabu (25/1).
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Riau melalui zoom meeting di Riau Command Center (RCC) Gedung Menara Lancang Kuning, Kantor Gubernur Riau.
Kata Menkes Budi, penurunan ini terjadi dalam masa pandemi Covid-19, sehingga diharapkan untuk tahun berikutnya, di masa normal angka stunting di Indonesia bisa kembali turun, sehingga 14 persen angka stunting tahun 2024 bisa tercapai.
''Karena sudah terkendali tahun lalu, mudah-mudahan tahun ini bisa lebih baik,'' harap Budi.
Disampaikan Menkes, ada beberapa provinsi dengan penurunan stunting paling besar, yakni Provinsi Kalimantan Selatan Selatan (2021 angka stunting 30,0 persen, 2022 turun menjadi 24,6 persen).
Kemudian, Provinsi Kalimantan Utara (2021 angka stunting 27,5 persen, 2022 turun menjadi 22,1 persen), Provinsi Sumatera Selatan (2021 angka stunting 24,8 persen, 2022 turun menjadi 18,6 persen), dan Provinsi Riau (2021 angka stunting 22,3 persen, 2022 turun menjadi 17,0 persen).
''Kami ucapkan selamat kepada provinsi dengan penurunan stunting paling besar, itu turunnya 5 persen,'' ujar Budi.
Sementara itu, Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Riau yang juga Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Provinsi Riau, Fariza atas capaian tersebut merasa bersyukur karena Riau telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 17,0 persen ditahun 2022.
''Hal tersebut bisa tercapai karena sinergi dan kolaborasi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, media massa dan pihak swasta,'' ujar Fariza.
Ia mengajak kolaborasi dan kerjasama yang telah terjalin bisa semakin erat untuk mencapai tujuan, dan berharap capaian yang telah diraih tidak membuat semua pihak berpuas diri, namun bisa dijadikan semangat untuk lebih baik ditahun berikutnya.
''Kita bekerja sama berdasarkan Perpres 72 Tahun 2021, yang mana masing-masing provinsi sampai ke desa/keluruhan agar dibentuk TPPS, sehingga Provinsi Riau membentuk TPPS pada tahun 2022. Mari sama-sama kita bersinergi dalam rangka penurunan stunting di Riau,'' ajak Fariza.
Koordinator Program Manager Satgas Stunting Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Fachrurozin menyebut bahwa di Riau sejak 2018 sudah mulai melakukan upaya-upaya untuk percepatan penurunan stunting, yang mana atas kerja keras yang dilakukan terbukti angka stunting di Bumi Lancang Kuning dari tahun ke tahun menurun.
Ditahun 2022, angka stunting Riau berada pada angka 17,0 persen, menurut Fachrurozin angka tersebut merupakan suatu prestasi yang harus dipertahankan dan harus bisa turun di tahun mendatang.
''Memang kita merasa bersyukur, setidaknya di tahun 2022 dengan capaian 17,0 persen ini menjadi suatu prestasi yang patut dipertahankan dan akan diupayakan untuk turun lagi di tahun berikutnya,'' pungkasnya.(sol)