SURAT TERBUKA HM RUSLI ZAINAL

Terima Kasih Rakyat Riau

Riau | Senin, 25 November 2013 - 11:27 WIB

Status saya saat ini bukan lagi sebagai Gubernur Riau. 10 tahun sudah. Setelah melewati banyak kerja, maka sampailah jua di penghujung masa pengabdian itu.

Segala usaha dan kerja yang sebagian besar berawal dari mimpi kita bersama, telah berusaha diwujudkan sebagai bentuk tanggung jawab sekaligus ladang amal dan pengabdian.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Maka di sinilah sekarang kita semua berada, menyaksikan tahapan perubahan yang sedang kita saksikan di negeri yang kita cintai ini.

Satu dekade ini kita telah berbenah. Kita berubah. Kita bersolek molek. Kita bangkit. Kita berusaha berada dari yang semula tiada. Kita patahkan segala anggapan dari yang semula tidak dianggap. Betapa banyak yang semula hanya berangan mimpi, kini telah kita saksikan berdiri. Semua itu kini milik kita sendiri.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, kita tegaskan Riau pantas menjadi kutub pertumbuhan ekonomi bagian Barat Indonesia. Setelah terbuka dan terbangunnya berbagai infrastruktur penarik minat investasi.

Selama satu dekade ini pula, dengan lantang telah kita teriakkan ke Jakarta sana, bahwa negeri kita terus berbenah agar pantas menjadi jendela dan teras utama Indonesia. 10 tahun lamanya.

Sungguh satu kehormatan bisa mengemban amanah dan menjadi gubernur pertama pilihan rakyat. Sepanjang waktu itu, telah dikerjakan segala amanat. Telah ditunaikan segala janji.

Telah dilaksanakan segala harapan dan mimpi. Selama masa itu pula, banyak dihadapkan pada kemudahan, sekaligus kesulitan yang kadang tak bisa dimengerti banyak orang.

Tugas dan tanggung jawab besar kini sudah di batas akhir. Meski harus berkorban waktu dan hati demi tercapainya misi dan visi, sesungguhnya jiwa raga telah dipersembahkan memenuhi segenap kehendak negeri.

Telah berusaha memperjuangkan, melindungi, merangkul dan mengajak bersama. Meski kadang juga harus dihadapkan pada banyaknya tuntutan atau konflik yang tiada akhir, ancaman bahkan keinginan menjatuhkan dari mereka yang sarat kepentingan.

Ibarat kata, semua bagian-bagian besar hingga terkecil yang mewarnai masa kepemimpinan, sudah khatam saya lalui. Di antara semua itu, kenangan terbaik adalah ketika bisa menghabiskan waktu bersama rakyat.

Saya mengingat rasa haru ketika selalu mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Bengkalis. Merasa terhormat saat diarak ribuan rakyat jika ke Indragiri Hilir.

Serta tak akan terlupakan ketika pernah menaiki becak dan disambut luar biasa oleh masyarakat di Indragiri Hulu. Saya selalu ingat pernah menangkap ikan bersama masyarakat Kampar. Menyapa rakyat yang luar biasa banyaknya saat berkunjung ke Kuantan Singingi (Kuansing) dan selalu merasa mendapat kehormatan jika diundang ke Pelalawan.

Saya akan selalu ingat pernah merasakan makan siang nikmat di rumah rakyat, saat berkunjung ke Rokan Hilir. Bertemu dengan ribuan rakyat dan sesepuh masyarakat saat berkunjung ke Rokan Hulu. Melihat anak-anak hingga orangtua menyambut ramah saat bertandang ke Siak.

Serta disambut sukacita masyarakat Meranti yang baru saja bereuforia karena daerahnya menjadi kabupaten sendiri. Sebuah kebanggaan pernah berada di antara ribuan rakyat saat melakukan kunjungan kerja ke Dumai. Serta tentu saja, saya merasa begitu terhormat bisa menjadi bagian dari masyarakat Kota Pekanbaru.

Semuanya tergambar, seperti kilas balik dari rangkaian kerja yang tak mengenal waktu demi melahirkan Riau baru. Semua perjalanan panjang itu tentunya tak hanya berjalan baik-baik saja.

Ada banyak tuntutan bahkan kewajiban memberi pengorbanan lebih. Namun semuanya harus dijalani dengan sabar dan ikhlas.

Karena pemimpin bila diibaratkan lilin, memahami tugasnya menerangi meski harus terbakar diri. Harus ikhlas karena saat sumpah jabatan diucapkan, maka dirinya telah terwakafkan untuk rakyat.

Hakekatnya menjadi pemimpin bukan semata soar jabatan. Tapi sebuah tindakan yang harus disertai tanggung jawab di dalamnya. Secara umum, meski berbagai cobaan dan tantangan terus datang menghadang tiada henti, Alhamdulillah kepemimpinan dua periode ini dapat terlaksana dengan baik.

10 tahun sudah, saya habiskan setiap detik dan detak kehidupan ini guna mewujudkan banyak mimpi membangun Riau. Terkadang terlupa kapan bisa bercengkrama bersama keluarga.

Karena harus bekerja dari pagi hingga kembali pagi. Bertemu dengan banyak harapan serta banyak kekecewaan. Mendapat banyak pujian sekaligus juga banyak cacian. Semuanya saya terima sebagai bagian dari pernak pernik perjuangan.

Sesungguhnya telah tertunaikan semua janji, telah terlunasi semua tanggung jawab atas sumpah yang pernah dibuat. Sebagai pemimpin, berbagai kondisi pernah saya hadapi, namun bukan alasan untuk berhenti bekerja dan berkarya. Alhamdulillah, hingga hari ini saya masih berdiri tegak menjunjung tinggi amanah meski banyak mata memandang kalah. Bagi saya semua itu bukan masalah, karena hakekat pemimpin tak perlu jua sanjung puja dan puji.

Satu hal yang perlu diingat. Bahwa keberhasilan dalam memimpin, tidak harus dilihat dari sebanyak apa dia melakukan pembangunan.

Tapi keberhasilan seorang pemimpin, dilihat dari sejauh mana ia mampu melakukan perubahan. Meski perubahan itu dihadapkan fakta banyak kepentingan, kepemimpinan harus terjaga bukan untuk kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani dan memulai arah perubahan yang jauh Jebih baik. Saya merasa komitmen itu telah berusaha dijalankan dengan sekuat tenaga.

Saya menyadari, kerja 10 tahun terakhir ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Namun hendaknya semua itu bisa dijadikan pondasi, pembuka jalan dan menjadi spirit bagi generasi kita selanjutnya. Karena pada dasarnya, ikhtiar perjuangan tak pernah mengenal kata selesai.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook