BAHAYA KABUT ASAP

Pahamilah Bahaya Karbonmonoksida

Riau | Minggu, 25 Oktober 2015 - 11:46 WIB

Pahamilah Bahaya Karbonmonoksida

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – jika diibaratkan sampah, polutan kabut asap sudah bertumpuk-tumpuk di dalam tubuh. Sebab sudah sekian lama terpapar asap. Apalagi yang sama sekali tidak mengantisipasinya seperti menggunakan masker dalam beraktivitas atau tidak mengurangi kegiatan di luar ruangan. Karbonmonoksida diantara zat yang paling berbahaya itu.Dihirup, bersatu dengan darah, dalam jumlah banyak bisa sebabkan kematian.

Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Provinsi Riau Erdinal SKM MKM menyatakan sebutan kalau oksigen pada kabut asap yang menipis 5-8 persen tidaklah benar. Komposisi udara di atmosfir sebutnya relatif sama. Tetapi oksigen atau 02 akan cepat diikat oleh gas-gas lain. Karbonmonoksida atau 02 yang berbahaya langsung bagi tubuh.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Contohnya Nitrogen lebih kurang 70 persen, oksigen lebih kurang 20,9 persen, ditambah gas lainnya. Oksigen akan lebih cepat diikat oleh gas-gas lain itu. Makanya, berpengaruh kepada kita dalam bernapas. Karena kita harus bersaing dengan gas-gas lain,’’ ujar Erdinal yang bertugas di RSUD Arifin Achmad Riau ini.

Inisiator Riau Melawan Asap dokter Susiana Tabrani juga menyatakan hal yang tidak jauh berbeda. Dampak terus menghirup karbonmonoksida (CO katanya, menghambat pasokan oksigen untuk tubuh. Dijelaskannya lebih rinci, Afinitas karbon monoksida (CO) dengan hemoglobin (Hb) 200 kali lebih cepat dari pada afinitas oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb).

    ‘’Proses ini akan membentuk karboksihemoglobin (COHb). Reaksi ini yang menghambat pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Jantung dan otak merupakan organ yang butuh oksigen dalam jumlah yang cukup,’’ kata Susiana.

    Karbonmonoksida akan mengganggu fungsi saraf ketika kadar COHb dalam darah berkisar sampai 5 persen. Kondisi ini akan mengganggu fungsi saraf sentral, mengganggu fungsi indra tubuh, dan penglihatan akan kabur.

‘’Karbononoksida akan menggangu fungsi jantung jika kadar COHb melebihi 5 persen. Tubuh akan mengalami gangguan paru-paru,’’ kata Susiana.

   ‘’Kondisi saat ini di Riau CO sangat banyak diudara dalam kadar tinggi. Orang bisa mengalami keracunan, sadarkan diri, lemas, mual, pusing, dan juga sesak napas. Lebih dari itu dapat mengalami kematian,’’ kata Susiana.

     ‘’Tidak ada cara lain harus pakai masker. Selagi kandungan udara mengandung karbonmonoksida maka semuanya harus pakai masker. Pakai masker standar yang bisa menepisnya seperti N95,’’ kata Susiana. Menanggapi sudah bosannya masyarakat Riau menggunakan masker, Susiana mengatakan pihaknya dalam Riau Melawan Asap sudah menyampaikan kepada pemerintah. ‘’Saya sudah sampaikan apa yang diperlukan masyarakat Riau,’’ kata Susiana.

Disebutkan Susiana, pemerintah harus memaksa oknum dan korporasi yang membakar lahan membeli AC dan Air Purifier untuk sekolah-sekolah negeri dan sekolah tak ber-AC di Riau.

‘’Satu sekolah dasar yang 30 kelas, berarti harus ada 60 AC 2 PK untuk sekelas 40 orang. Masing masing kelas ada dua AC. Perlu juga 30 unit air purifier. Masker N 95 untuk setiap siswa sempekan sekali diganti. Paksa oknum itu mengadakannya,’’ kata Susiana.

   Ditempat berbeda, Dokter spesialis paru Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, Herman Darmawan SpP mengatakan kabut asap terdiri dari partikel partikel gas dan uap serta unsur unsur terurai yang dilepas dari suatu bahan yang terbakar. Menurut Herman, partikel debu yang melayang di udara ini bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan iritasi mata. Sangat berbahaya bila mengenai bayi, Balita dan orang tua ataupun orang dengan kondisi tubuh yang menurun. Hal ini dihubungkan dengan kondisi badan, lamanya atau beratnya paparan gas tersebut,’’ kata Herman.

‘’Jika tidak mendesak, hindari keluar ruangan, berhenti merokok, pakai masker bisa keluar rumah, tutup jendela. Jangan terpapar kabut asap,’’ imbau Herman.

   Sementara Spesialis paru RSUD Arifin Achmad dr Azizman SpP mengatakan pada kondisi kronis maka masyarakat Riau akan mengalami penyakit yang serius.

‘’Masyarakat Riau rentan menderitaPenyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau mengarah pada kanker paru-paru. Jika di rontgen, akan terlihat partikel asap menempel di paru-paru yang menimbulkan kerusakan permanen pada paru-paru,’’ kata Azisman.

   Azisman mengatakan gejala yang timbul adalah pasien merasakan sesak nafas yang permanen. Sedangkan pada kanker paru, gejalanya bisa lebih banyak dan ekstrim. ‘’PPOK itu bisa sesak nafas permanen. Kalau kanker paru-paru dampaknya batuk berkepanjangan atau gagal nafas,’’ kata Azisman.(rul)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook