PEKANBARU (RP) - Puluhan jurnalis dari berbagai organisasi kewartawanan yang ada di Provinsi Riau menggelar renungan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma, Rabu (24/10) malam sekitar pukul 21.30 WIB.
Aksi ini guna menunjukkan keprihatinan karena Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Letkol Pnb Bowo Budiarto tak kunjung memenuhi panggilan DPRD Riau untuk menjelaskan penganiayaan yang dilakukan bawahannya kepada jurnalis saat meliput insiden jatuhnya pesawat Hawk 200 TT 0212, pekan lalu.
Aksi solidaritas ini dimulai dengan konvoi kendaraan setelah puluhan wartawan yang berpartisipasi berkumpul di Kantor Berita Antara Riau, Jalan Sumatera, Pekanbaru. Konvoi ini kemudian berhenti di Direktorat Pamobvit Polda Riau, Jalan Patimura untuk selanjutnya bersama berjalan menuju Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma di Jalan Sudirman.
Di sini, berbagai orasi disampaikan yang intinya meminta keberanian Danlanud untuk bertemu wartawan di rumah rakyat, Kantor DPRD Riau dalam hearing terkait aksi pemukulan yang dilakukan oleh bawahannya, Letkol Adm Robert Simanjuntak terhadap wartawan yang sedang melakukan peliputan jatuhnya pesawat Hawk 200 TT 0212 beberapa waktu lalu.
‘’Kita meminta agar Danlanud berbesar hati mau menyelesaikan permasalahan ini. Karena, Danlanud sampai saat ini belum meminta maaf pada wartawan dan rakyat Riau. Dengan mengadakan ziarah ke makam pahlawan, aksi ini dapat didengar oleh yang masih hidup. Supaya disampaikan, agar Danlanud mau menjumpai wartawan,’’ ujar salah seorang peserta aksi, Syahnan Rangkuti yang juga Ketua Sowat.
Sementara itu, Ketua IJTI, Yusril Ardanis dalam aksi ini mengatakan jurnalis yang menjadi korban aksi kekerasan yang berangkat ke Jakarta masih terus berjuang dan sudah menemui Dewan Pers serta Komnas HAM.
‘’Semoga melalui kasus ini dapat merubah paradigma hubungan TNI dan wartawan,’’ ujarnya.
Selain orasi, aksi ini juga diisi dengan renungan dengan menyalakan lilin dan diiringi lagu Padamu Negeri yang dinyanyikan puluhan wartawan yang ikut serta.
Salah seorang wartawan, juga tampak membacakan puisi yang mengutuk keras aksi kekerasan terhadap jurnalis dan menilai kekerasan itu adalah perbuatan biadab.
Aksi ini ditutup dengan pembacaan doa dan mengheningkan cipta. Setelah itu wartawan yang ikut serta membubarkan diri dengan kembali menuju kantor Antara Riau.(ali)