JAKARTA (RP) - Asap hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau berdampak luas. Bukan saja mengganggu sejumlah negara tetangga, tapi juga penerbangan ke Riau.
Kabar terbaru, Kementerian Perhubungan secara resmi mengimbau pihak maskapai agar tidak menerbangkan pesawatnya ke Riau. Imbauan ini bersifat sementara hingga situasi kabut asap bisa diatasi. Namun, diterbangkannya pesawat ke Riau tetap keputusan maskapai dan pilot.
‘’Ditjen Perhubungan Udara sudah mengeluarkan Notam (Notice to Airmen) Nomor: WRRR-80899/13 tentang peringatan Forecast and Raining Maker,’’ ujar Kepala Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan di kantornya, Senin (24/6).
Notam adalah informasi resmi dari pemerintah yang berisi kondisi atau perubahan di fasilitas aeronautika, pelayanan, prosedur atau kondisi berbahaya tertentu.
Bambang melanjutkan, di wilayah udara Riau saat ini sedang dilakukan kegiatan hujan buatan untuk mengatasi kebakaran hutan yang sangat besar itu.
Kegiatan itu dilaksanakan mulai 24 Juni hingga 30 Juni 2013, mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
‘’Disarankan agar semua penerbangan menghindari wilayah udara Riau atau harus (terlebih dulu) mendapat izin (clearance) dari ATC (Air Traffic Controler, red),’’ sambungnya.
Ia menegaskan, Notam ini berjangka waktu pendek dan bersifat penting untuk diketahui oleh setiap personel yang melakukan operasi penerbangan.
Humas PT Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta, Yudis Setiawan mengatakan, tidak ada imbauan khusus terhadap maskapai dari pihak AP II untuk melakukan penundaan.
Pihaknya menyerahkan seluruhnya kepada pihak maskapai dan pilot dengan melihat situasi dan kondisi alam di bandara yang dituju.
‘’Karena pilot yang bisa menentukan pesawat bisa terbang atau tidak dengan adanya asap. Biasanya pilot melihat indikator ketebalan kabut, merekalah yang bisa menentukan layak atau tidaknya pesawat untuk terbang,’’ ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, General Manager (GM) PT (persero) Angkasa Pura II Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Anggono Raras TS menjelaskan, Notam yang diterima oleh pihaknya hanya imbauan.
‘’Jadi di Riau seperti yang disebutkan, untuk hati-hati kepada maskapai. Bukan larangan. Kalau larangan seram, geger seluruh dunia,’’ tegas Anggono saat di konfirmasi, malam tadi.
Disebutkannya lagi, kalau pun memang larangan, ia langsung terima suratnya. ‘’Jika larangan saya langsung dapat suratnya,’’ sebutnya.
Ia mengungkapkan, bisa dibayangkan jika itu larangan, saat ini di SSK II ada sekitar 75 penerbangan PP setiap hari dari 13 maskapai dengan rata-rata jumlah penumpang 8.500-9.000 orang. ‘’Kalau itu terjadi banyak yang rugi,’’ tuturnya.
Situasi di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, kemarin, masih terjadi gangguan penerbangan.
Dua penerbangan dalam negeri (domestik) dan satu penerbangan luar negeri batal mendarat dan dialihkan ke bandara terdekat karena kondisi jarak pandang mencapai 500 meter.
Tiga pesawat yang batal mendarat itu adalah, Air Asia rute Bandung-Pekanbaru, Silk Air tujuan Singapura-Pekanbaru, dan Lion Air Jakarta-Pekanbaru.
Air Asia memilih mendarat di Kuala Lumpur, Malaysia, Silk Air kembali ke Singapura dan Lion ke Medan. Akibatnya, penumpukan penumpang terjadi di ruang tunggu terminal.
‘’Jarak pandang tidak aman untuk melakukan landing, makanya pilot memilih mengalihkan pendaratan ke bandara yang aman,’’ jelas Airport Duty Manager PT (Persero) Angkasa Pura II Bandara SSK II Pekanbaru, Baiquni kepada Riau Pos, kemarin.
Vice President Corporate Communication PT Garuda Indonesia, Pujobroto mengatakan, kabut asap di Riau telah menimbulkan efek domino bagi penerbangan.
‘’Ada efek domino, karena berdampak pada rotasi pesawat. Akibat asap, banyak penerbangan yang terpaksa delay, dan itu secara otomatis akan berpengaruh pada penerbangan rute selanjutnya,’’ kata Pujo.
Sepekan terakhir, lanjutnya, tidak hanya penerbangan menuju dan dari Riau yang terganggu. Tetapi juga berdampak pada penerbangan dengan tujuan Singapura.
‘’Akibat kabut asap, penerbangan ke Riau terpaksa ditunda selama 1-2 jam, padahal pesawat itu harus melayani ke kota lain. Begitu pula penerbangan ke Singapura, kadang harus ditahan hingga 45 menit,’’ jelasnya.
Sementara kondisi titik panas (hot spot) kemarin, dilaporkan mengalami peningkatan. Dari hasil pantauan satelit NOAA yang diperoleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terdata 157 hotspot yang tersebar di kabupaten/kota se Riau.
Dari jumlah itu, Kabupaten Rokan Hilir masih tetap terbanyak dengan 41 titik. Angka itu meningkat dari hari sebelumnya yang sempat berada di bawah 100 hot spot.
‘’Kita sudah membentuk beberapa tim bersama pihak terkait. Selain itu, tim pusat juga turun ke lapangan untuk melihat kondisi riil. Kondisi kabut asap sudah mulai berkurang, tapi titik api masih tergolong tinggi,’’ ujar Sekretaris BPBD Provinsi Riau, Kaifi Azmi kepada Riau Pos, Senin (24/6) di Pekanbaru.
Adapaun operasi penanggulangan asap di Provinsi Riau sudah memasuki hari keempat, namun asap pekat belum kunjung hilang.
Tim gabungan coba memadamkan titik api di wilayah Kabupaten Bengkalis, Siak dan Rokan Hilir dengan menggunakan helikopter jenis Bolco ditambah satu unit helikopter jenis Collibri dengan water bombing (bom air).
Sayang, hujan buatan yang dilakukan dengan menyemai garam ke awan menggunakan Hercules dan pesawat jenis Cassa 212 belum maksimal. Kemarin hanya terjadi hujan rintik-rintik saja di Bengkalis.
Awan kolumbus (berbentuk bunga kol) yang berpotensi membuat hujan tak terlihat di beberapa kabupaten, akibat kepulan asap tebal pasca padamnya api.
‘’Api sudah dipadamkan di beberapa titik di Rohil, kita berharap proses pembuatan hujan buatan dapat efektif, karena penyemaian garam diulang kembali petang ini (kemarin, red) atau besok pagi (pagi ini, red),’’ kata Kepala BPBD Provinsi Riau, Said Saqlul Amri kepada Riau Pos kemarin sore.
Operasi penanganan bencana asap Riau dipusatkan di Markas Operasi TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Operasi kali ini melibatkan berbagai unsur dan pihak terkait, seperti BNPB, BPPT, BMKG, BPBD, Lanud, TNI AD, Polda Riau, BLH dan Dishut Riau serta pihak terkait lainnya.
8 Warga Ditangkap, Perusahaan Diselidiki
Delapan orang warga diduga sebagai pembakar lahan ditangkap jajaran Polda Riau. Hal ini diungkapkan Kabid Humas Polda Riau, AKBP Hermansyah SIK kepada Riau Pos, kemarin.
‘’Mereka ini membuka lahannya sendiri dengan membakar hingga menyebar ke lahan lain,’’ ucap Kabid Humas.
Ia memaparkan, keempat orang ini adalah, S yang membakar kebunnya di Rupat. Api yang ditimbulkan merambah ke kebun lain. Lalu, Hp di Rokan Hilir yang membuka lahan miliknya seluas 65 hektare.
Dua di Pangkalankerinci dan empat lagi di Rokan Hilir. Mereka diamankan dan diproses di Polres masing-masing tempat kebakaran lahan terjadi.
‘’Mereka akan dikenakan Pasal 26 junto 48 ayat 1 UU Nomor: 18/2004 tentang Perkebunan dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara dan denda 10 miliar,’’ jelas Hermansyah.
Sementara itu, terkait pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang menyebutkan, ada sekitar delapan perusahaan asing yang diduga membakar lahan hingga menimbulkan kabut asap, Kabid Humas mengatakan pihak Polda Riau akan berkordinasi dengan KLH untuk memeriksa perusahaan-perusahaan tersebut.
‘’Kita akan dalami dengan berkoordinasi bersama KLH, karena ini informasi dari mereka,’’ terangnya. ‘’Kita sudah menurunkan tim dari Krimsus (kriminal khusus) untuk bergabung dengan KLH guna mengumpulkan bukti dan saksi-saksi. Empat perusahaan yang diduga ini adalah PT LIH di Pelalawan, PT BRNS di Inhil, PT JJP di Rohil, lalu PT ACRP di Pelalawan,’’ lanjutnya.
Gapki Bantah Bakar Lahan
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau membantah anggotanya melakukan pembakaran lahan.
Hal ini disampaikan Ketua Gapki Riau Wisnu, Oriza Suharto bersama Kepala Dinas Perkebunan Riau H Zulher dalam konfrensi pers di Pekanbaru, Senin (24/6).
‘’Kita ingin meluruskan, tidak benar ada perusahaan sawit yang tergabung dalam Gapki melakukan pembakaran. Benar ada perkebunan sawit yang terbakar akibat bencana ini milik petani yang tergabung dalam KKPA, dan bukan lahan milik perusahaan,’’ ucap Wisnu.
Wisnu menyebutkan, perusahaan perkebunan sawit anggota Gapki dituding lahannya terbakar yakni PT AD, PT MAL, PT TM dan PT BR. Namun hingga kemarin belum ditemukan titik kebakaran di areal sawit perusahaan.
‘’Di Rohil, PT Minamas menyiapkan 3 unit mobil pemadam kebakaran. PT Astra menyiapkan tiga unit di Rohul, dua unit di Inhu, dua unit di Pelalawan dan satu unit tim di Siak. PTPN V juga menyiapkan tim pemadam di Rohul dan Kampar masing-masing dua unit,’’ ucap Wisnu.
PT ADEI Plantation and Industry juga membantah tudingan Meneg LH Prof Balthasar Kambuaya yang menyebut sebagai salah satu perusahaan penyumbang kabut asap di Pelalawan.
Pernyataan itu menurut Humas PT ADEI Plantation and Industry, RA Nasution tidak benar. ‘’Kita tegaskan, PT Adei tak ada melakukan pembakaran lahan dan tidak mungkin kita melakukannya,’’ ujarnya.
Sementara itu Kadisbun Riau H Zulher, dengan tegas menyatakan tidak mungkin ada perusahaan perkebunan maupun masyarakat yang sengaja membakar lahan sawit yang mereka miliki.
‘’Tak mungkin kebun yang mereka tanam dan rawat bertahun-tahun jadi sumber penghasilan hidup mereka dibakar,’’ ucap Zulher.
Sementara kabut asap di Dumai kian parah dan mencapai level tertinggi dan berbahaya yaitu 500 Polutan Standart Index (PSI), Senin (24/6).
Banyak warga Dumai yang memilih keluar kota untuk menghindari kabut asap. Apalagi bersamaan dengan libur anak sekolah. Dampaknya,travel angkutan umum kebanjiran penumpang.
‘’Lebih baik kami ke luar kota. Liburan sekaligus menghindari penyakit,’’ ujar Rina, ibu rumah tangga, Ahad (23/6) petang membawa dua anaknya libur ke Bukittinggi.(wir/jpnn/gus/rio/egp/yud/ali/izl/afr/*2/hpz)