PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Harimau Bonita diduga sudah pernah beranak. Namun itu baru analisa sementara, setelah melihat dari bentuk fisik luarnya. Untuk kepastiannya, tim medis akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kini, harimau yang sudah menewaskan dua warga di Kecamatan Pelangiran, Inhil itu berada di kandang perawatan, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHS) Dharmasraya, Sumatera Barat. Si raja rimba ini berada di sana sejak Sabtu (21/4) pascatertangkap.
Juga telah dilakukan penanganan medis. Salah satu hasil pemeriksaan, terlihat tanda-tanda Bonita pernah melahirkan. “Kemungkinan dia sudah punya anak,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono kepada wartawan, Selasa (24/4).
Kesimpulan itu didapat dari hasil pemeriksaan tim medis yang tergabung dalam Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Tim medis sendiri dipimpin oleh drh Andita Septiandini. Suharyono menjelaskan, hasil pemeriksaan sementara tim medis didapati ciri-ciri alat reproduksi Bonita serta puting susu si belang itu baru saja melahirkan dan menyusui anaknya.
Meski begitu, dia mengatakan perlu pemeriksaan lanjutan termasuk melakukan ultrasonografi atau USG untuk menguatkan dugaan sementara tersebut. “Dilihat dari alat reproduksi dan puting susunya, cenderung habis menyusui. Sepertinya belum lama (memiliki anak, red). Tapi ini perlu pemeriksaan lebih lanjut. Belum bisa dijadikan kesimpulan. Perlu dilakukan USG juga,” lanjutnya.
Bonita adalah nama dari seekor harimau sumatera betina liar yang selama empat bulan terakhir berkeliaran di kawasan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) Kecamatan Pelangiran, Inhil. Selama periode itu, Bonita yang diperkirakan berusia empat tahun itu menerkam dua manusia hingga meninggal dunia pada Januari dan Maret 2018.
Jumat (20/4), Bonita berhasil ditembak bius oleh tim terpadu BBKSDA Riau, TNI, Polri, Pemkab Inhil, masyarakat dan sejumlah aktivis pegiat lingkungan dan satwa. Si kucing besar itu berhasil ditangkap dan direlokasi ke PRHS Dharmasraya. Pencarian Bonita menjadi upaya penyelamatan dan relokasi harimau terlama di Indonesia.
Cukup banyak informasi yang beredar selama proses pencarian Bonita. Termasuk di antaranya Bonita diduga memasuki perkebunan sawit untuk mencari anaknya. Namun, informasi tersebut hanya sekadar kabar yang berembus di kalangan masyarakat.
Meski begitu, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Ir Wiratno menilai konflik satwa liar, termasuk salah satunya Bonita cenderung akibat kesalahan manusia. Dia menjelaskan, beberapa penyebab kemungkinan terganggunya satwa liar seperti Bonita adalah ketika habitat si predator itu rusak atau ada anggota keluarga dari satwa tersebut yang mati akibat ulah manusia.(dal)