PEKANBARU (RP) - Pertamina mulai memasok kuota tambahan 20 persen BBM solar subsidi ke SPBU di Riau, Rabu (24/4). Tambahan pasokan itu menjadikan jatah Riau 2.400 kiloliter per hari.
Namun, tambahan pasokan belum juga mampu mengurai antrean kendaraan di SPBU. Bahkan kondisi itu juga dimanfaatkan segelintir orang untuk mengambil keuntungan pribadi.
Seperti yang diungkap Satlantas Polresta Pekanbaru dengan mengamankan satu kendaraan pribadi yang berulang kali mengisi solar subsidi di SPBU Jalan Sudirman. Di dalam mobil ditemukan mini tank berisikan solar sekitar 400 liter.
Sementara, kepastian penambahan penyaluran solar subsidi itu diungkapkan Kepala Cabang Pertamina Pekanbaru Freddy Anwar. ‘’Per hari ini (kemarin, red) sesuai persetujuan pemerintah pusat, Pertamina sudah menyalurkan tambahan solar subsidi lebih kurang 20 persen dari kondisi normal biasanya,’’ kata Freddy.
Dijelaskannya, biasanya Pertamina mendistribusikan 2.000 kiloliter per hari dan dengan kuota tambahan, solar subsidi yang disalurkan ke semua SPBU-SPBU mejadi 2.400 Kl perhari. ‘’Kita berharap tambahan ini, antrean panjang yang terjadi, bisa teratasi,’’ tuturnya.
Penambahan kuota solar subsidi mampu mengatasi antrean panjang? Sepertinya belum. Pantauan Riau Pos, Rabu (24/4), antrean kendaraan hendak mengisi solar masih terlihat di SPBU. Bahkan ada juga SPBU yang sudah kehabisan stok dan terpaksa menutup penjualan.
Seperti halnya yang terjadi di SPBU Jalan Garuda Sakti, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Antrean kendaraan yang akan mengisi solar subsidi meluber ke jalan raya. Akibatnya, Jalan Garuda Sakti yang terbilang sempit, terjadi kemacetan panjang. Kendaraan tonase besar, baik truk memiliki bak maupun truk tanki, berderet antre.
Rion, pengawas SPBU Jalan Garuda Sakti mengaku, telah mendapat tambahan kuota dari Pertamina. ‘’Hari ini ada masuk 20 KL solar, dari yang biasanya 10 KL per hari. Sekarang sudah 20 KL per hari,’’ ujarnya tanpa mau menanggapi kenapa antrean masih saja terjadi.
Pasokan tambahan solar subsidi rupanya belum diterima SPBU lain. Seperti halnya SPBU 14-282-636, Jalan Soekarno-Hatta, Pekanbaru. ‘’Belum ada tambahan kuota. Akibatnya masih terjadi seperti sekarang ini,’’ kata Dani, pengawas SPBU Jalan Soekarno-Hatta, Pekanbaru.
Hal yang sama juga diungkapkan Senduru, pengawas SPBU Pasar Pagi Arengka, Pekanbaru. ‘’Hari ini baru masuk 16 KL, tapi sehari yang lalu tidak ada kiriman. Jumlah tersebut belum mencukupi keperluan, karena kiriman untuk dua hari sudah habis beberapa jam saja,’’ terangnya.
Sementara itu, antrean kendaraan kerap menjadi pemandangan rutin di sejumlah SPBU di Kecamatan Bagan Sinembah, Rohul. Berbagai jenis kendaraan mayoritas berupa truk pengangkut material bangunan, TBS Sawit selalu terlihat di SPBU menunggu giliran pengisian BBM jenis solar.
Puluhan kendaraan jenis truk kerap mengantre hingga ke pinggir jalan lintas provinsi. Pantauan Riau Pos, Rabu (24/4) di SPBU pada lintasan kecamatan Bagan Sinembah, Kecamatan Bangko Pusako puluhan kendaraan masih antre hingga malam hari.
Seorang supir truk, Anto mengatakan, terpaksa antre karena armada angkutan darat yang dibawanya tidak bisa dijalankan lagi karena kehabisan minyak. ‘’Terpaksa menunggu di SPBU, kawan lain ada yang menunggu juga meski minyak masih ada. Minyak sedikit jadi ragu bisa sampai ke tujuan. Jadi terpaksa berhenti di sini saja dulu,’’ katanya.
Sementara itu, Rabu (24/4), sejumlah SPBU sepi aktivitas. Seperti terlihat di SPBU KM 3 Bahtera Makmur, Kecamatan Bagan Sinembah. Humas SPBU, Edi berkeyakinan kelangkaan solar terjadi karena pasokan BBM yang diterima pihaknya lebih kecil bila dibandingkan dengan kuota ideal yang diminta oleh pengelola.
‘’Kita memerlukan pasokan premium sekitar 21 KL, dan solar 24 KL, namun yang diantar hanya 18 KL saja. Jadi tidak mengherankan jika pada akhirnya SPBU cepat sepi karena stok segera habis,’’ ujarnya.
Dengan alokasi minyak sejumlah tersebut, kata Edi maka tempo 5 jam solar habis. Padahal menurutnya keperluan warga mengalami peningkatan seiring dengan kian bertambahnya aktivitas sehari-hari berkaitan dengan pengunaan transportasi, dan kegiatan lainnnya.
Terkait dengan rencana pemerintah untuk memberlakukan dua harga pada SPBU, Edi mengatakan pihaknya hanya menunggu petunjuk lanjutan dari Pertamina. ‘’Kita mengikuti saja, yang terpenting adalah pasokan minyak terpenuhi sesuai dengan yang diperlukan sehingga tidak terjadi kelangkaan dan antrean,’’ ujarnya.
Sementara Pengawas SPBU Pasirpangaraian Soni mengaku, terjadinya antrean panjang disebabkan mobil tangki BBM baru bongkar muat. Ia mengaku, sebelumnya SPBU mendapatkan jatah premium 16.000 liter per hari dan solar 16.000 liter per hari. Tapi satu bulan terakhir, adanya kebijakan Pertamina, jatah berkurang meliputi 16.000 liter per dua hari, begitu juga solar 16.000 liter per dua hari.
‘’Kalau kita kalikan, jika satu mobil mengisi 50 liter, maka jatah BBM ini hanya untuk mengisi 320 kendaraan bermotor,’’ paparnya.
Eceran Solar Rp8000
Kekosongan pasokan di tingkat SPBU mengakibatkan masyarakat terpaksa membeli pada pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal. Harga yang dijual di tingkat pengecer relatif mahal, kisaran Rp6.000-Rp8.000.
Di Jalan lintas Pekanbaru-Kuansing, tepatnya Teratak Buluh, pengecer solar pinggir jalan menjual Rp8.000 per liter. Pengecer beralasan, harga yang mereka tetapkan tersebut, sebab sulit untuk membeli solar di SPBU. ‘’Sudah semakin payah belinya di SPBU. Dua hari nunggu, baru dapat. Makanya mahal bang,’’ ucap hardi, pengecer solar pinggir jalan.
Meski terpaksa membeli pada pengecer dengan harga lebih mahal, namun masyarakat tidak punya pilihan lain. ‘’Mau tidak mau kita ya harus membeli dari pengecer, walaupun harganya beda tapi dari pada kita kehabisan minyak di jalan, jadi terpaksa membelinya,’’ kata seorang supir truk di Rokan Hulu, Muslim.
Ia membeli solar di pengecer dengan harga Rp6.000 per liter, sedangkan di SPBU biasanya hanya sekitar Rp4.500 perliter. ‘’Memang mahal selisihnya tapi bagaimana lagi kalau tak isi, tak jalan,’’ ujarnya. (gus/ali/fad/epp)