Puluhan Hektare Sawit di Rohil Rusak

Riau | Rabu, 25 Januari 2012 - 08:39 WIB

Laporan FADHLI MUALLIM, Bangko Pusako  redaksi@riaupos.com

Puluhan hektare tanaman sawit milik warga di Dusun Pendekar Bahan, Kepenghuluan Pematang Ibul Kecamatan Bangko Pusako terancam mati.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Penyebabnya adalah genangan air yang tak kunjung surut di areal sawit warga diduga disebabkan air bercampur dengan limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang beroperasi di hulu sungai.

‘’Kalau hanya karena banjir saja keadaannya tidak seperti ini. Biasanya banjir tiga sampai empat bulan pun tidak mengakibatkan sawit mati. Asal ujung pelepahnya tidak terkena air, tapi ini tidak kena air (ujungnya) kok bisa mati,’’ jelas  Wakijo, warga pemilik sawit. Seraya mengatakan dirinya dan warga sedih dengan peristiwa tersebut.

‘’Kami tidak dapat bicara banyak, mau mengadu ke mana, sama siapa. Kita buta, tahunya hanya mengelola ladang. Kalau musibah seperti ini kalau tak ditanggapi sampai kapanpun menanam takkan ada hasilnya,’’ kata Wakijo lagi.

Sawit terlihat berwarna kecoklatan dan mengering. Sebagian pohon sawit juga rubuh.

Ir H A Kirjauhari, anggota komisi C DPRD Provinsi Riau, meninjau langsung ke lokasi dan berdiskusi dengan warga beberapa waktu lalu. Menurut Sekretaris Fraksi PAN DPRD Riau ini kejadian banjir adalah hal yang biasa.

‘’Tapi ini banjir membawa petaka bagi masyarakat petani. Sawit ini mati karena kita tahu di hulu ada beberapa PKS dan berat dugaan limbah mereka jebol ke sungai sehingga mengakibatkan sawit dan ikan mati,’’ kata Akir, demikian biasa beliau disapa.

Ini salah satu bukti bahwa air di sepanjang Sungai Rokan khususnya Sungai Bangko sudah tidak aman lagi bagi biota yang hidup di dalamnya maupun untuk dipergunakan manusia.

 ‘’Kita minta aparat terkait agar dapat menyelesaikan hal ini. Segera tindak perusahaan yang tidak taat pengendalian limbah,’’ kata Akir.

Yang lebih mengecewakan lagi, kondisi tidak mendapatkan perhatian dari perusahaan atau pabrik yang beroperasi sama sekali.

‘’Kejadian seperti ini kerap berulang, betapa ruginya kalau sampai Sungai Bangko tercemar oleh limbah dan tak tertutup kemungkinan manusia juga kena dampaknya,’’ ujarnya. (jrr)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook