Devi, sang Ibu Kandung Saya Sulit Bertemu Adit

Riau | Selasa, 24 Desember 2013 - 09:09 WIB

Devi, sang Ibu Kandung Saya Sulit Bertemu Adit
Suasana haru ketika Devi mencium pipi anak kandungnya Aditya Atmaja (Adit) sambil berurai air mata di ruang Super VIP RSUD Bangkinang, Senin (23/12/2013). Foto: Riau TV/RPG

BANGKINANG (RP) - Setelah sepekan lebih dalam perawatan intensif di RSUD Bangkinang, Aditya Atmaja (7), akhirnya dibesuk ibu kandungnya, Devi (35) dan kakaknya Andre (9), Senin (23/12).

Sang ibu tak kuasa menahan derai air mata dan langsung memeluk Adit ketika pertama kali melihat buah hatinya yang sedang dirawat di ruang Super VIP RSUD Bangkinang.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pertemuan ibu dan anak itu terjadi pukul 10.55 WIB. Devi datang bersama suaminya Rudi (42), Andre (kakak kandung Adit), dua anaknya (adik tiri Adit) serta mertuanya, Mardiah Siregar.

Rombongan ini tiba dengan mobil carteran setelah menempuh 20 jam perjalanan dari rumah mereka di Simpang Limun, Medan, Sumatera Utara (Sumut).

‘’Mobil berjalan lambat karena saya hamil dan kami sering berhenti di jalan. Makanya lama sampainya,’’ ujar Devi kepada Riau Pos sembari mengusap air matanya.

Begitu sampai di RSUD Bangkinang, rombongan Devi tak luput dari incaran puluhan awak media yang ingin mengabadikan pertemuan perdana Adit dengan ibu kandungnya setelah lama berpisah.

Devi pun berusaha menembus desakan banyak orang untuk segera menemui anaknya. Begitu masuk ke ruang tempat Adit dirawat, Devi langsung bercucuran air mata melihat luka parah yang dialami putra yang dilahirkannya pada 2006 lalu.

Awalnya Adit tampak sedikit canggung. Pertanyaan sang ibu hanya dibalas dengan anggukan dan gelengan kepala. Walaupun demikian, Adit tetap menjabat dan mencium tangan ibunya.

Setelah duduk bersama dan berbincang, akhirnya Adit mulai membuka diri dan bahkan bersedia dibantu sang ibu untuk bermain dan membuka kado bersama.

Kedatangan Andre yang merupakan satu-satunya saudara kandung Adit, cukup membuat Adit merasa lebih ceria.

Awalnya Adit juga terlihat belum terbiasa. Namun lama kelamaan, bocah korban penganiayaan ibu tiri dan ayah kandungnya ini larut juga dalam permainan bersama menyusun puzzle, bermain mobil-mobilan bahkan bernyanyi lagu kesukaannya yang berjudul ‘’Lupa-lupa Tapi Ingat’’ dari grup band Kuburan.

Sesekali tawa Adit lepas juga melihat tingkah polah abangnya yang berusaha beraksi lucu dengan mengubah mimik wajahnya untuk memancing keceriaan sang adik.

Dalam perbincangannya dengan Andre, Adit juga masih ingat dengan Tantowi (1,5 tahun), adik tirinya atau putra Ervina dan Surya (ayah kandung Adit). ‘’Aku juga punya adik, namanya Towi,’’ kata Adit.

Hati Saya Hancur

Sembari sesekali mengusap air matanya yang masih menetes, kepada Riau Pos, Devi menuturkan bahwa dia berpisah dengan Adit ketika berusia empat tahun.

Devi membantah penuturan Surya bahwa dia meninggalkan Adit sejak usia enam bulan. Devi mengaku masih mengasuh Adit hingga bocah malang itu berusia empat tahun. Kemudian dia berangkat bekerja sebagai buruh solder cd di Malaysia.

‘’Saya harus menafkahi dia. Ketika itu saya tidak punya pekerjaan dan saya memilih ke Malaysia. Nah, ketika itulah, Adit diambil oleh ayahnya dan hidup bersama ibu tirinya. Sejak itu pula saya sulit bertemu Adit,’’ ucap Devi.

Menurut Devi, Adit adalah anak yang baik budi pekertinya, ceria dan tidak pernah nakal apalagi mencuri selama dalam pengasuhannya.

Ketika Adit sudah dalam pengasuhan Surya dan Ervina, Devi mengaku pernah berusaha untuk meminta Adit atau yang biasa dia panggil Raditya agar kembali kepangkuannya setelah Hari Raya Idul Fitri tahun lalu.

Akan tetapi, justru yang terjadi pertengkaran hebat, dan Surya menolak mempertemukan Devi dengan Adit, apalagi untuk membawanya.

Devi mengaku mendapatkan informasi tentang peristiwa Adit dari tetangga Surya di Deli Tua, Medan. Setelah dicek di internet, akhirnya dia yakin bahwa bocah yang dianiaya ibu tiri itu adalah Adit.

Devi sebenarnya ingin segera menemui Adit, akan tetapi karena kondisi ekonominya yang pas-pasan, Devi perlu waktu untuk berangkat ke Bangkinang.

Kegundahan Devi akhirnya terjawab dengan adanya tawaran dari pihak media untuk memfasilitasinya bertemu Adit.

Berbicara tentang perasaannya melihat penderitaan Adit, Devi mengaku sangat terpukul karena bagaimanapun Adit adalah anak yang terlahir dari rahimnya.

‘’Hancur hati saya, bagaimanapun dia lahir dari rahim saya. Saya berharap ayah dan ibu tirinya itu dihukum seberat-beratnya,’’ ucap Devi.

Devi berniat ingin mengasuh kembali Adit, dan hal itu sudah disetujui suaminya sekarang, Rudi. Bila ada pihak yang melarang dia mengasuh Adit, Devi akan tetap memperjuangkannya. Dia tak ingin lagi Adit menjadi korban penganiayaan.

Ketika ditanya tentang pengasuhan Andre, Devi mengakui juga bahwa Andre sekarang memiliki ibu asuh di Kampung Baru Medan, tak jauh dari kediamannya.

Meski tak serumah dengan Andre, akan tetapi Devi leluasa bertemu dan membawa Andre ke rumahnya. Andre diasuh oleh salah satu warga di kampung, bekas tetangga Devi.

Andre diantar oleh ibu tirinya karena Ervina enggan menyerahkan langsung kepada Devi.

Sementara itu kepada media, Andre juga mengakui kekejaman ibu tirinya Ervina. Ia mengaku paha kanannya pernah ditusuk pakai garpu dan paha kirinya pernah dikenakan besi panas.

Pada kesempatan terpisah, Kapolres Kampar AKBP Ery Apriyono SIK melalui Kasat Reskrim Polres Kampar AKP Eka Ariandy Putra SIK kepada Riau Pos mengatakan, proses pemeriksaan terhadap kasus Adit masih terus berjalan.

Penyidik masih melakukan pemeriksaan lebih mendalam terhadap tersangka Surya dan Ervina.

‘’Pemeriksaan masih terus berlanjut, karena kasus ini mesti didalami guna menggali keterangan yang lebih jelas untuk mengungkap berbagai peristiwa penganiayaan yang dialami Adit,’’ ujar Kasat.

Psikolog Riau Bahril Hidayat Lubis MPsi mengatakan, bahwa sikap canggung Adit ketika bertemu sang ibu sangat normal untuk anak di bawah usia 10 tahun.

Sebab, anak di usia itu yang lama tak bertemu dengan pengasuh utamanya yakni sang ibu dalam keadaan bagaimanapun akan tetap menunjukkan sikap malu ataupun canggung, sehingga perlu waktu untuk terbiasa bersama lagi.

‘’Itu gejala yang wajar bagi anak di bawah usia 10 tahun,’’ ujar Bahril.(why)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook