Sebelum Terbakar, Sempat Telepon Bapak

Riau | Rabu, 24 Juli 2013 - 10:32 WIB

Sebelum Terbakar, Sempat Telepon Bapak
Foto terakhir Dame Winda Sari Simarmata (7) dan adiknya Arnoldus Adi Saputra (5) semasa hidup. Foto ini diabadikan pamannya, Mogong Simarmata, beberapa hari sebelum kebakaran yang merenggut nyawa keduanya. Foto: ISTIMEWA

Laporan Kasmedi, Rengat

Kematian Dame Winda Sari Simarmata dan tiga adiknya saat kebakaran melanda rumah orangtuanya di RT 23 RW 6 Kelurahan Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida, Indragiri Hulu, Senin (22/7) dini hari lalu, masih menyisakan cerita pilu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kabar yang beredar di lingkungan tetangga, bocah tujuh tahun ini sempat menelepon dan berkirim pesan pendek (SMS) ke handphone bapaknya, Nelson Simarmata, sebelum si jago merah menghanguskan rumah papan beserta isinya tersebut.

Dikabarkan bocah yang akan masuk sekolah dasar ini sempat menelepon hingga delapan kali dan berkirim pesan yang isinya menyebutkan api sudah mulai membesar di rumah.

Saat dikonfirmasi kabar ini ke paman korban, Mogong Simarmata, ia tidak membantah dan tidak mengiyakan.

‘’Dame itu orangnya bijak, dan cukup pintar. Makanya wajar saja dia menghubungi orangtuanya saat kejadian itu,’’ ujar Mogong yang merupakan abang dari Nelson Simarmata kepada Riau Pos, Selasa (23/7) di sela-sela acara pemakaman.

Dikisahkan Mogong, sekitar beberapa pekan lalu, Dame dan adik-adiknya Arnoldus Adi Saputra Simarmata (5), Grexon Fernando Simarmata (3) dan Frederikus Simarmata (1,6) menemuinya. Kebetulan jarak rumahnya dengan rumah adiknya itu hanya sekitar 1 kilometer.

Saat itu, pertemuan antara ia dengan Dame dan adik-adiknya agak berbeda. Karena biasanya, Dame tidak mau difoto, tapi kali ini saat pertemuan itu Dame mau difoto. Foto itu yang diberikan Mogong ke Riau Pos kemarin.

Selain itu, Dame lebih terbuka kepadanya tentang apa yang akan diinginkannya. Termasuk tentang tempat rencana sekolahnya.

‘’Saya menyarankan agar si Dame mau masuk di SDN 004 Pangkalan Kasai dan dia menurut. Hal itu dimaksudkan, selain sekolah dekat ke rumah saya, dan Dame bisa menumpang minum atau makan di rumah,’’ ungkap Mogong.

Pertemuan dan kegembiraan itu pula yang menjadi pertemuan terakhir antara dirinya dan Dame bersama tiga adik-adiknya. ‘’Karena belakangan ini, saya agak sibuk dengan pekerjaan sehari-hari,’’ ujarnya.

Mogong juga mengakui sekitar beberapa hari lalu ia mengalami sakit pinggang yang luar biasa dan tidak pernah dialami sebelumnya. Bahkan selama ini tidak pernah makan obat setiap sakit, tapi kali ini harus makan obat.

‘’Mungkin ini firasat dan pertanda akan kehilangan mereka berempat,’’ kenangnya.

Lebih jauh disampaikannya, pemakaman keempat kakak beradik itu baru dilaksanakan, Selasa (23/7) kemarin. Karena harus menunggu opung-nya dari Sumatera Utara yang ingin bertemu untuk kali terakhir. Meskipun kondisi cucu-cucunya tersebut tak utuh lagi.    

Karena sebelumnya, lanjutnya, Dame juga sempat menelpon neneknya minta dibelikan peralatan sekolah. Memang, Dame tahun ini rencananya akan masuk sekolah.

Tepatnya di SDN 004 Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida. Bahkan Dame sempat meminta opung-nya datang ke Seberida, sebelum ia masuk ke sekolah.

Saat itu neneknya beralasan belum punya ongkos. Tapi opung-nya malah dimintanya datang dari Sumatera Utara (Sumut) ke Seberida dengan berjalan kaki. Ia menjanjikan, jika neneknya sampai di rumahnya akan dipotongkan ayam, lalu diajak makan bersama-sama.

Tidak ada yang menyangka kepergiannya begitu cepat. Dame di mata keluarga dipandang sebagai gadis cilik yang cerdas. Selama ini, Dame pula yang selalu membantu orangtuanya, baik menjaga tiga orang adik-adiknya maupun membantu memasak dan mencuci.    

Begitu juga Dame di mata para tetangganya, dipandang sebagai seorang gadis yang bijak. Ketua pemuda RW 6, Remon didampingi warga lainnya mengatakan, kejadian itu tidak ada yang secara pasti mengetahuinya kapan pertama kali api mulai membakar.

Karena warga daerah itu baru mengetahui sekitar pukul 04.00 WIB, setelah api sudah membesar.

Bahkan ada di antara warga menyerukan untuk dapat menyelamatkan anak-anak tersebut. Namun apa boleh buat, api sudah mulai membesar dan sulit didekati.

Warga hanya bisa menonton dan terperangah dengan kondisi itu. Namun sebagian warga juga berupaya menghubungi orangtua mereka di Pasar Belilas yang tengah jualan sayur. Sementara sebagian warga lagi ada yang menghubungi kepolisian.

‘’Kami tidak bisa berbuat banyak. Kejadiannya dini hari ketika warga terlelap tidur. Sedangkan orangtuanya baru mengetahui setelah salah seorang warga, yakni Heri memberi tahukan kejadian itu,’’ ujarnya.

Warga yang mengetahui Dame masih di dalam rumah, terus dipantau dari kejauhan. Sementara warga yang ada tidak ada mendengar suara minta tolong.

‘’Setelah api padam, saya ikut mengangkatnya. Posisinya sudah berada di dekat pintu keluar. Kondisinya sudah tidak utuh lagi, kaki dan tangannya hangus terbakar,’’ terangnya.

Sementara itu Kapolres Inhu, AKBP Aris Prasetyo Indaryanto SIK MSi melalui Kapolsek Seberida Kompol Yakop Silo didampingi Kanit Reskrim Iptu Elfis Remon kepada Riau Pos, Senin (23/7) mengatakan, hingga saat ini belum dilakukan pemeriksaan terhadap orangtua korban.

‘’Karena baru hari ini dikebumikan dan masih dalam suasana duka, makanya belum dilakukan pemeriksaan dan pemanggilan,’’ ujarnya singkat.

Di tempat terpisah, Lurah Pangkalan Kasai, M Teguh SSos ketika dikonfirmasi mengaku kasus kebakaran merupakan suatu kendala yang dihadapi di daerah itu.

‘’Karena jarak tempat pemadam kebakaran dengan Pangkalan Kasai cukup jauh. Sehingga setiap terjadi kebakaran selalu lambat pertolongannya,’’ ujarnya.

Untuk itu sebutnya, pada Musrenbang di tingkat kecamatan sudah pernah diusulkan untuk pengadaan mobil pemadaman kebakaran. Bahkan berdasarkan informasi pada tahun ini sudah dapat direalisasikan.

‘’Atas kejadian ini, Pemkab Inhu juga akan menyalurkan bantuan dan proses pencairannya sudah saya lengkapi,’’ terangnya.(esi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook