PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau Dr Husni Thamrin berdamai dan saling bermaafan dengan mahasiswanya Salmi Abdullah Sipahutar, Sabtu (23/11).
Keduanya berharap permasalahan yang terjadi tidak membesar dan pihak-pihak yang disinggung dapat berbesar hati memberi maaf.
Sebelumnya, beredar rekaman suara yang berisi perdebatan antara Husmi Thamrin dan Salmi Abdullah. Pangkal masalahnya tentang pelarangan memakai cadar di kampus itu. Salmi mewakili rekan-rekannya mempertanyakan hal ini pada Husni. Masalah menjadi runyam ketika Wakil Dekan I itu malah menyinggung etnis Batak dan bahkan cuek ketika diingatkan dampak dari ucapannya yang rasis jika diberitakan media massa dengan merendahkan media.
Sudah saling memaafkannya Husni dan Salmi dimuat dalam video yang juga sudah beredar. Salmi yang lahir dari dua orang tua etnis Batak, yakni ayah bermarga Sipahutar dan ibu Nasution menjelaskan rekaman suara yang beredar.
’’Terkait video dan rekaman yang tersebar luas, itu adalah perbincangan saya dengan guru saya Bapak Husni Thamrin. Terkait hal-hal yang ada pada rekaman itu salah satunya yaitu, upaya kami untuk menyampaikan aspirasi sebagai mahasiswa terhadap kawan-kawan kami. Tetapi keadaan tidak seperti biasanya. Saya pribadi termasuk bersikap tidak sewajarnya. Dari awal saya datang pada beliau, dan beliau sedang seperti itu dalam keadaan yang membuatnya terpancing akhirnya terjadi perdebatan antara kami hingga membawa istilah ras atau rasis,’’ jelas dia.
Dia melanjutkan, antara dirinya dan sang dosen sudah saling memafkan. Dia memahami dirinyapun memiliki salah dalam hal ini. ’’Beliau sendiri dan saya pribadi sudah saling memaafkan. Saya terima apa yang disampaikan beliau pada saya. Beliaupun meminta maaf atas apa yang sudah beliau ucapkan.
"Dengan ini saya khususnya menyampaikan kepada siapapun di luar sana kawan-kawan dan saudara sekalian terkait isu ini, kita buktikan kita tidak seperti itu dengan menerimanya dengan baik. Artinya kalau sempat ada tindakan yang tidak kita inginkan, arogansi, anarkis apapun itu sampai terjadi itu menandakan apa yang disampaikan beliau benar. Saya pribadi sebagai orang Batak saya menyampaikan pada kawan-kawan agar tidak seperti apa yang beliau sampaikan,’’ paparnya.
Salmi memastikan dirinya menyatakan hal ini dalam keadaan sadar dan tanpa intervensi dari pihak manapun.’’Saya di sini tidak ada unsur intervensi menyatakan ini. Saya sebagai mahasiswa siap dididk oleh dosen saya. Apapun yang terjadi mungkin ini kesalahpahaman antara mahasiswa dan dosennya. Jadi kawan-kawan saya harap bisa memakluminya.. Kita dapat menyelesaikan di kita saja,’’ imbuhnya.
Sementara itu, Husni Thamrin mengaku dirinya khilaf hingga mengucapkan kata-kata yang menyinggung etnis batak. ’’Saya bersama ananda saya Salmi Sipahutar, kami sehari-harinya akrab. Cuma pada hari itu terjadi perdebatan. Sehingga dalam perdebatan itu diluar kesadaran saya, diluar kemampuan saya, keluarlah kata-kata yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan terhadap salah salah satu etnis, yaitu etnis batak,’’ ucapnya.
Dia kemudian dengan kerendahan hati memohon maaf atas apa yang sudah diperbuatnya.’’Untuk itu saya mengangkat sepuluh jari kaki, tangan dan kepala memohon maaf yang sebesa-besarnya, khususnya kepada ananda saya Salmi Sipahutar dan kepada warga etnis Batak, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Janganlah ini diperbesar lagi. Marilah kita hidup rukun damai, dan ini sudah tersebar ke mana-mana. Jangan ini dijadikan alat untuk kita berkonflik,’’ tuturnya.
Dia berterimakasih pada Salmi yang sudah memaafkannya dan juga meminta maaf pada dirinya. ’’Saya juga mengucapkan terima kasih pada ananda saya yang sudah mau minta maaf pada saya dan memaafkan saya dalam hal ini, marilah kita ciptakan kampus kita yang madani, kampus kita yang beradat dan tidak dipolitisir orang-orang tertentu,’’ tutupnya.
Laporan: M Ali Nurman
Editor: Firman Agus