EKONOMIKA

Mengaitkan Skenario AS dan Kejatuhan Mata Uang Lira

Riau | Kamis, 23 Agustus 2018 - 10:34 WIB

Mengaitkan Skenario AS dan Kejatuhan Mata Uang Lira

Oleh: Dr H Irvandi Gustari, Dirut Bank Riaukepri

MEMANG dinamika politik ekonomi dunia ini sukar ditebak. Mata uang lira punya Turki kok tiba-tiba nilai tukarnya bisa terjun bebas. Sulit dipercaya karena kondisi ekonomi Turki sedang tumbuh.

Apakah ini pertanda awal kejatuhan dari negara Turki yang merupakan satu-satunya negara Islam rasa Eropa. Ya, memang Turki ini unik. Yaitu berada sebagian di Eropa dan sebagian lagi di belahan Asia. Dipisahkan oleh selat yang tidak begitu besar, Selat Bosporus. Lalu mengapa Amerika Serikat (AS) kok sepertinya dendam banget dengan Turki. Padahal Turki negara yang menjadi sekutunya di  NATO. Ada apa Donald Trump dengan Recep Tayyip Erdogan? Kok saling hatam.

Baca Juga :BRK Syariah Serahkan Bantuan Bencana Banjir di Rokan Hulu

Secara karakter personal, memang Trump dan Endorgan (Presiden Turki) termasuk sedikitnya  dari pemimpin negara di dunia yang banyak melakukan langkah kontroversial. Kedua tokoh ini sama- sama memiliki karakter yang keras. Tidak senang ada yang mendiktenya. Ibaratnya adalah batu ketemu batu, atau dalam bahasa gaulnya, kedua tokoh ini sebelas duabelaslah.

Ya, memang kejatuhan lira ini adalah langkah pertaruhan harga diri bagi Trump sebagai Presiden AS yang diakui sebagai negara adidaya di dunia. Kalau boleh dibilang, kejatuhan lira ini adalah suatu bentuk skenario yang direkayasa AS dengan manuver-manuver tindakan ekonomi untuk menghantam Turki yang diawali dengan ketersinggungan. Walaupun itu baru dugaan, namun rasanya dugaan ini tidak meleset dari fakta yang ada.

Pertanyaannya mengapa Trump dendam dengan Endorgan? Singkat katanya, awalnya di saat Trump secara  resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Gedung Putih, Washington, Rabu (6/12/2017) waktu setempat. Lebih lanjut Trump juga mengumumkan rencana pemindahan kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Sikap Trump itu langsung dibalas secara kontan oleh Erdogan, Ahad (17/12/2017), berniat membuka kedutaan besarnya di Yerusalem Timur. Satu-satunya pemimpin negara yang langsung merespon sikap Trump itu ya memang si Endorgan itu.

Lalu Trump yang masih penasaran dengan kenekatan dari si Endorgan ini, mencoba melakukan gertak lagi yaitu pada saat Turki dan AS mengalami ketegangan buntut penahanan salah seorang pendeta Gereja Presbyterian Andrew Brunson (warga AS)  yang sudah tinggal di Turki selama 23 tahun. Ia ditangkap dengan tuduhan terlibat dalam upaya kudeta di 2016. Washington mendesak Turki agar bersedia membebaskan Brunson seraya mengancam bakal memberlakukan sanksi jika tak melakukannya. Ancaman itu menjadi kenyataan  melakui hantaman penggandaan bea masuk dan sanksi membuat mata uang Turki, lira, merosot hingga 15 persen. Jadi AS memang  lagi cari-cari pasal untuk menghantam Turki. Kenyataannya, ketemu pula momen yang bisa mereka jadikan alasan untuk menghantam Turki.

Ya, memang Turki patut ditakuti, walaupun pernah kena krisis seperti di Indonesia tahun 1998, namun kepulihannya sangat cepat sekali, dan patut AS takut dengan kekuatan Turki ini. Baik dari segi ekonomi maupun dari segi kemajuan  lainnya. Defisit anggaran yang mencapai 47 miliar dolar AS berhasil diselesaikan Erdogan.

Sebelumnya Turki punya cicilan utang terakhir ke IMF sebesar 300 juta dolar. Kini justru Turki yang meminjami IMF sebesar 5 miliar dolar AS. Selain itu, Erdogan juga menambah cadangan devisa negara hingga 100 miliar dolar AS. Masih ada hal hal lain yang menjadikan Turki diperhitungkan oleh Amerika antara lain:

Data  membuktikan bahwa; 1) Endorgan mendongkrak Turki  dari rangking 111 dunia ke peringkat 16. Prestasi Erdogan membawa negerinya dalam bidang ekonomi, dengan peningkatan rata-rata 10 persen per tahun. Itu membuat Turki ke dalam 20 negara besar terkuat (G-20) di dunia. 2) Turki bisa memproduksi sendiri tank baja, pesawat terbang dan pesawat tempur tanpa awak, serta satelit militer modern pertama yang multifungsi. 3) Dalam kurun waku 10 tahun pemerintahan Erdogan telah berdiri 125 universitas baru, 189 sekolah baru, 510 rumah sakit baru dan 169.000 kelas baru yang modern. Kini rasio siswa perkelas tidak lebih dari 21 orang. Ya, faktanya Turki memang hebat.

Ya begitulah AS, tidak bisa senang melihat kemajuan negara lain, kecuali bersinergi dengannya. Bisa dikatakan kolonialisme yang masif dan terstruktur.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook