RENGAT (RIAUPOS.CO) – Petani tanaman padi belum menentukan masa tanam ulang pasca banjir beberapa waktu lalu. Karena sedikitnya 22 hektare lahan pertanian padi di Kecamatan Peranap hancur akibat banjir. Begitujuga, dengan bibit yang disemai warga di Desa Kepayang Sari Kecamatan Kuala Cenaku, juga hancur akibat banjir.
“Banjir yang terjadi sempar berulang. Sehingga padi yang baru ditanam, tidak bisa bertahan akibat terendam dan akhirnya fuso masa tanam,” ujar Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Padangan dan Holtikultura (Distan TPH) Kabupaten Inhu, H Rahmat SP MSi, Senin (22/2).
Dijelaskannya, untuk lahan tanaman padi seluas 22 hektare, di Kecamatan Peranap sudah sempat berusia sekitar tiga pekan. Bahkan, banjir pertama pada lahan tersebut, belum berpengaruh serius terhadap tanaman padi tersebut.
Namun ketika banjir datang kembali, mengakibatkan tanama padi tidak dapat bertahan lagi. “Petani yang tergabung dalam kelompok tani tidak bisa berbuat banyak atas musibah banjir tersebut,” ungkapnya.
Sementara petani di Desa Kepayang Sari Kecamatan Kuala Cenaku yang baru menyemai bibit padi, juga terendam banjir. Sehingga petani di daerah itu, tidak dapat melaksanakan penanaman untuk lahan seluas 403 hektare.
Untuk itu katanya, semai bibit padi baru belum dilakukan petani dan masih menunggu cuaca normal. “Setidaknya pada bulan Maret 2016 mendatang sudah kembali melakukan semai ulang,” sebutnya.
Pihaknya belum dapat memberikan bantuan bibit cadangan kepada petani, walapun belum ada pengusulan permintaan. Sebab, sesuai program pengadaan bibit tersebut dianggarkan melalui APBD 2016 yang saat ini masih belum bisa digunakan.
Selain itu juga, petani yang ada juga sudah mandiri dan memiliki bibit jenis sendiri. “Petani setiap panen sudah menyisihkan untuk bibit. Karena, sudah menjadi kebiasaan bagi petani, bibit yang ada sulit ganti dengan jenis bibit lainnya,” teragnya.(kas)