Laporan ENGKY PRIMA PUTRA Pasirpangaraian engkyprimaputra@riaupos.com
Hingga saat ini elpiji masih langka di Rohul. Bukan saja langka tetapi juga harga melonjak.
Kondisi tersebut membuat masyarakat dan sebagian pemilik rumah makan beralih menggunakan kayu bakar untuk meminimalisir pemakaian minyak tanah yang harganya mahal dan langka di Rokan Hulu.
Selain dihadapkan dengan langkanya elpiji 12 kilogram yang kini seharga Rp120 ribu serta mahalnya harga jual ecer minyak tanah yang dijual oleh pedagang, salah seorang pemilik rumah makan ampera bernama Meri, mengaku terpaksa memakai kayu bakar untuk memasak.
Menurutnya, selama ini ia memasak dengan menggunakan elpiji tabung 12 kilogram, dan masih ragu untuk menggunakan elpiji 3 kilogram yang disubsidi pemerintah. Sehingga terpaksa menggunakan minyak tanah.
‘’Dua bulan kita tidak lagi memakai elpiji 12 kilogram karena harga minyak tanah mahal dan sulit untuk didapat, terpaksa menggantinya dengan kayu bakar. Kalaupun tersedia harga elpiji 12 kilogram, harganya melejit Rp120 ribu per tabung yang biasanya dijual Rp95 ribu per tabung. Dengan harga sekarang tidak sanggup untuk membelinya,’’ ungkapnya.
Meri mengaku, untuk mendapatkan elpiji tersebut dirinya harus antre dikarenakan tingginya permintaan. Meski harga elpiji 12 kilogram mahal, ia tetap beralih memakai minyak tanah dengan melakukan pembatasan pemakaian.
Dampak kenaikan elpiji 12 kilogram dan minyak tanah di Pasirpengaraian, ia terpaksa menaikan harga dagangannya untuk menutupi biaya operasional yang dikeluarkanya.
Dia berharap pihak Pertamina segera memecahkan permasalahan kelangkaan elpiji 12 kilogram yang terjadi saat ini di Pasirpengaraian. Dikarenakan dirinya telah menggantungkan keperluan memasaknya kepada elpiji 12 kilogram.
Bila kondisi ini terus berlanjut, jelas akan mengganggu kelancaran usahanya.
Pendapat yang sama disampaikan Ayut (20), warga Pasir Putih Kecamatan Rambah, kepada Riau Pos mengaku, dirinya memasak di rumah, terpaksa menggunakan kayu bakar, untuk membatasi pemakaian minyak tanah yang harganya mencapai Rp10 ribu hingga Rp11 ribu per liternya.
Di mana minyak tanah yang dijual, selain sulit didapatkan, bahan bakar minyak itu cepat habis dijual oleh pedagang eceran.
‘’Dengan kondisi ekonomi yang sulit sekarang, lebih beruntung menggunakan kayu bakar, ketimbang minyak tanah yang harganya mahal dan sulit didapatkan,” ujarnya.(mng)