PEKANBARU (RIAU POS.CO)—Beberapa warga Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayan Raya, yang khawatir dampak polusi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kelurahan Sail. Kecamatan Tenayan Raya, masih bisa bernafas lega. Pasalnya, PLTU itu molor beroperasi akhir tahun ini.
Semula direncanakan PLTU itu akan beroperasi awal Desember 2015. Namun karena beberapa kendala teknis, pengoperasian PLTU yang digarap PT Power Engineering Co Ltd ini tertunda hingga Maret 2016 mendatang.
Molornya pengoperasian 1 dari 2 unit pembangkit PLTU berkapasitas masing-masing 1x110 Mega Watt (MW) itu diungkapkan Asisten II Pemerintah Kota Pekanbaru, Ir Dedi Gusriadi MT.
Belum lama ini kepada wartawan Dedi menjelaskan, pengoperasian 1 unit pembangkit 1x110 MW semula direncanakan awal Desember 2015, namun ternyata molor hingga Maret 2016.
"Untuk tahap awal pengoperasian 1 pembangkit 1x110 MW akan dimulai Maret 2016. Sementara 1 pembangkit lainnya dari total 2x110 MW akan digesa penyelesaian pembangunannya," kata Dedi, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan ini.
Pembangunan PLTU 2x110 MW di Tenayan Raya ini membawa dampak domino bagi Kota Pekanbaru dan Riau, khususnya Tenayan Raya. Kalau dua pembangkit listrik itu sudah beroperasi penuh, Riau akan surplus energi listrik. Namun dampak lain dari pembangunan mega proyek bernilai Rp2,8 Triliun ini juga mengancam lingkungan.
"Kami warga Tenayan Raya khawatir, dampak asap dan debu dari cerobong PLTU hasil pembakaran batu bara akan mencemari udara di Tenayan Raya," kata Herwan.
"Kami senang jika PLTU itu jadi beroperasi. Berarti pasokan listrik di Riau akan aman. Tidak aka ada lagi pemadaman bergilir dari PLN. Namun kami juga khawatir, jika pengelola PLTU tidak ekstra hati-hati dalam mengamankan penyaring debu dan asap di PLTU, udara akan tercemar. Padahal tak jauh dari PLTU banyak pemukiman warga, dan tak lama lagi akan dibangun pusat perkantoran Pemko Pekanbaru," kata Dedi.
Laporan: Nofra Saputra
Editor: Yudi Waldi
