Sastrawan Nusantara ke LAM Riau

Riau | Minggu, 22 Desember 2013 - 07:53 WIB

PEKANBARU (RP) - Agenda Sastrawan Nusantara yang tergabung dari sastrawan Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Sabtu (21/12) adalah berkunjung ke Lembaga Adat Melayu Riau. Kunjungan tersebut juga sekaligus terkemas dalam majelis pertemuan memartabatkan tamadun Melayu serumpun VI.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua Umum LAM, Tennas Effendi menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan kondisi kebudayaan saat ini. Dikatakannya budaya, adat dan tradisi yang keberadaannya melemah saat ini pada dasarnya diakibatkan proses pemerintahan dari kerajaan menuju ke negara kesatuan Republik Indonesia. ‘’Tapi kemudian menyikapi hal itu, ketika tahun 1970 Gubernur Riau membentuk Lembaga Adat yang tentu saja berfungsi mengawal, menggali, mengembangkan hak-hak dan nilai-nilai masyarakat adat yang ada. Di sinilah awal mula peletakan batu pertama untuk kembali mentamadunkan Melayu itu,’’ jelasnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Diakui Tennas, kerisauannya di Riau apabila menengok anak-anak muda yang hari ini bagaikan tercerabut dari nilai-nilai kebudayaqannya yang diakibatkan kemajuan sain dan tekhnologi. “Bahkan peluang untuk memberi nasehat itu hampir tidak ada. Anak-anak asyik berkurung diri di kamar dengan HP, Tab, Ipad dan lain sebagainya. Di sinilah bermula nilai-nilai budaya itu mulai pupus,” katanya lagi.

Sementara itu, menurut Tennas, sampai hari ini kita hanya sebatas melakukan seminar, pertemuan dan lainnya tetapi menurutnya langkah-langkah yang nyata belum banyak dilakukan. ‘’Kita berusaha untuk melakukan realisasi-realisasi yang nyata dalam bentuk kerjasama dengan sekolah dan universitas yang ada, misalnya LAM terjun langsung ke sekolah-sekolah dan universitas tersebut menerbitkan buku juga adalah salah satu solusinya,’’ kata Tennas.

Ditambahkan Tennas, generasi tua hari ini memiliki  tugas dan tanggung jawab yang  besar untuk menurunkan nilai-nilai budaya yang dimiliki. ‘’Jangan sampai kita menyeseal nantinya. Bagaimana upaya kita mengarahkan generasi penyair-penyair rumpun Melayu hari ini untuk berkarya dengan tidak menghilangkan roh-roh tamadun Melayu yang merupakan jatidiri mereka sendiri,’’ katanya mengingatkan.

Pertemuan memartabatkan tamadun Melayu serumpun VI itu kemudian berlanjut dengan seminar. Berbagai persoalan kemudian dibincangkan terkait dengan keberadaan icon yang amat monumental bahwa tamadun Melayu memiliki naskah-naskah kuno.

Setelah pertemuan itu, kemudian para sastrawan menuju ke beberapa titik, yakni UNRI, UIR dan Unilak. Mereka membacakan karya mereka dihadapan para mahasiswa. Dekan Unilak, Junaidi menyampaikan terima kasih kepada sastrawan yang hadir di Fakultas Ilmu Budaya Unilak karena menurutnya, kehadiran para sastrawan ke kampus dapat pula menambah apresiasi mahasiswa terhadap karya sastra. ‘’Ini menurut saya menjadi penting karena inilah saatnya para mahasiswa lebih dapat mengenal karya sastra dan penulisnya,’’ ujar Junaidi.(*6)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook