PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Setiap kali hujan deras mengguyur kampungnya, sudah pasti Marno dan keluarga tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Pasalnya, rumah yang ia tinggali memiliki atap yang hampir roboh, serta dinding rumah penuh dengan tambalan seadanya, sehingga menyebabkan air mudah masuk.
"Kebetulan tadi malam hujan deras sampai pagi dan saya pegang kasur yang si bapak duduki itu, betul saja kasurnya basah," tutur Kepala Cabang Rumah Yatim Riau, Ramdan.
Rumah tua yang lebih terlihat seperti gubuk itu berlokasi di Jalan Tenggiri No 29 RT 003 RW 007, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau. Rumah itu menjadi satu-satunya tempat berteduh Marno beserta istri dan kedua anaknya.
Marno, pria berusia 70 tahun itu miliki seorang istri yang sakit, kedua kakinya lumpuh sehingga menyebabkan sang istri tidak mampu berjalan. Nahas, anak pertamanya, Rahmat Haryono (25) juga mengalami sakit gangguan jiwa. Sehingga di usia yang sudah dewasa sama sekali tidak bisa membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Nasib tak menguntungkan rupanya setia berkawan dengan Marno, sudah setahun ini kedua matanya sakit sehingga menyebabkan penglihatannya menjadi buram. Karena kondisi itulah, dalam setahun terakhir ia terpaksa berhenti bekerja menjadi pengepul sampah.
"Saya tidak mau berhenti kerja walaupun kondisi mata saya kurang jelas karena kalau saya tidak kerja siapa yang menafkahi keluarga. Tapi akhirnya saya terpaksa harus berhenti karena banyak warga yang protes dengan pekerjaan yang saya kerjakan ternyata tidak bersih dan masih berserak sampah," akunya kepada Rumah Yatim, pilu.
Belum lama ini, anak kedua Marno juga sudah tidak lagi bekerja menjadi buruh serabutan. Pasalnya di tengah pandemi Covid-19, jarang sekali orang yang membutuhkan tenaganya. Akibatnya, kondisi Marno dan keluarga semakin terpuruk. Kini untuk memenuhi makan sehari-hari, Marno hanya mengandalkan pemasukan 4 pohon sukun yang ia miliki.
"Buah sukunya bisa mereka jual, 1 buah sukun di hargai Rp.6.000 satu kali panen menghasilkan 100 rb sampai 200 rb. Tapi dalam 1 tahun hanya 3 kali panen," tambah Ramdan.
Namun beruntung, Marno mempunyai tetangga yang mengasihi ia dan keluarganya. Pada saat pohon sukunnya belum panen, mereka kerap kali mendapat bantuan berupa sembako dari para tetangga.
Melihat kondisinya tersebut, Rumah Yatim Cabang Riau memberikan sejumlah sembako berupa kebutuhan pokok, akhir pekan kemarin. Meski tak seberapa, namun diharapkan bisa sedikit membantu dan bisa memenuhi kebutuhan Marno dan keluarga.
"Raut wajah Pak Marno dan keluarga begitu bahagia saat menerima bantuan, mereka mengaku begitu senang dan bersyukur," imbuh Ramdan.
Laporan: *1/Eka Gusmadi Putra (Pekanbaru)
Editor: Hary B Koriun