PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Hingga Kamis (21/6), enam warga Riau yang menjadi korban tenggelamnya kapal motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut), belum juga ditemukan jasadnya. Tiga dari enam korban itu adalah satu keluarga. Mereka berasal dari Dusun Suka Damai, Kabupaten Kampar. Mereka terdiri dari pasangan suami istri dan seorang Identitas mereka adalah Yudi Samsudin (30), dan istrinya Sri Wahyuni (23), serta anak laki-laki bernama Adli Pratama (2,5).
Turiah, ibu kandung dari korban Sri Wahyuni mengaku hingga saat ini pihaknya masih menunggu kabar dari para tim pencari korban di Danau Toba. Menurutnya, sudah tiga hari ini tak ada kabar pasti di mana keberadaan anak, menantu dan cucunya tersebut.
“Ya kami masih menunggu kabar dari tim di sana,” katanya, Kamis (21/6).
Turiah menyebut kalau anaknya itu berangkat ke Sumut untuk merayakan Idulfitri di kampung halaman suaminya. Kemudian pergi ke Danau Toba untuk bertamasya. Namun nahas, nasib malang menimpa keluarga ini. Kapal yang mereka tumpangi pun terbalik. “Dengar kabar itu kaget. Karena mereka pergi ke Danau Toba nggak ada bilang-bilang,” ujarnya.
Saat ini Turiah yang sedang berada di Kandis, Kabupaten Siak, hanya dapat berharap agar keluarga kecil itu segera ditemukan. “Kami sudah pasrah,” sebutnya.
Terpisah, Humas Basarnas Pekanbaru, Kukuh Widodo mengaku belum mendapatkan konfirmasi terkait korban asal Riau.
“Belum ada konfirmasi dari kantor Medan. Nanti kalau ada saya kasih tahu,” ucapnya.
Begitu juga dengan Kabid Humas Polda Riau, AKBP Sunarto. Dia menyebut pihaknya masih menunggu informasi dari Polda Sumut. “Kami koordinasi dengan Polda Sumut dulu,” tuturnya.
Adapun korban lain dari adalah dua warga Pekanbaru, Tanara Oktavia Napitupulu (15) dan Lamtama Br Napitupulu (15). Sedangkan seorang lainnya bernama Nurwanto yang belum teridentifikasi alamat pastinya.
Nakhoda Dijerat Pasal Kelalaian
Nakhoda KM Sinar Bangun menjadi calon tersangka pertama dalam peristiwa tenggelamnya kapal penumpang tersebut di perairan Danau Toba, Senin (18/6) sore lalu. Nakhoda yang diketahui sekaligus juga pemilik kapal nahas itu, terancam dijerat dengan pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Kematian. Hasil penyelidikan polisi, membawa penumpang melebihi kapasitas kapal bukan kali pertama dilakukan sang nakhoda.
“Penyelidikan awal, kami melihat adanya kelalaian. Pasal 359 KUHP: Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. Kalau dilakukan dengan sengaja, pasal 338 KUHP bisa juga. Tapi dalam peristiwa ini, kita lihat lebih banyak karena lalai, karena ada faktor cuaca yang menentukan saat itu,” kata Kapolri Jendral Tito Karnavian, kepada para awak media, usai rapat koordinasi di Posko SAR Gabungan Tigaras, Simalungun, Kamis (21/6).
Menurut Kapolri, dari informasi yang dikumpulkan pihak kepolisian, diperoleh data bahwa Nakhoda beriinisial TS itu, sudah sering membawa penumpang yang melebihi muatan. “Kapal ini kalau tidak salah grossnya 17 Ton. Idealnya menampung lebih kurang 60-an orang penumpang saja. Tapi kadang kadang dia bisa mengangkat sampai 150 orang. Biasanya tidak ada masalah. Namun ketika ada angin timbul, jadi masalah,” kata Tito.
Tito memastikan, pihaknya akan terus melakukan penyelidikan. Jika karena lalai mengakibatkan orang lain meninggal dunia, maka yang pertama menjadi tersangka adalah nahkoda. “Apalagi manifest penumpang tidak ada, life jacket tidak ada. Kebetulan nakhodanya adalah pemiliknya,” tambahnya.
Sementara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, untuk mempercepat evakuasi korban tenggelamnya KM Sinar Bangun akan ada beberapa unit yang akan bekerja. Pertama, kepolisian akan memastikan jumlah korban. Kedua, Basarnas yang akan melakukan pencarian sesuai dengan SOP.(dal/jpg)
“Dengan data yang jelas akan membantu pencarian korban,” ujarnya.
Kedalaman Danau Toba Jadi Kendala
Hingga hari keempat proses pencarian, Tim SAR Gabungan belum berhasil menemukan tambahan korban hilang KM Sinar Bangun. “Sampai hari ini, masih 21 orang yang ditemukan. Yakni 18 selamat dan 3 meninggal dunia,” kata Kabid Humas Polda Sumut, AKBP Tatan Dirsan Atmaja.
Pengamat Geologi di Sumut, Gagarin Sembiring mengungkapkan, jalur pelayaran dari Pelabuhan Simanindo menuju Pelabuhan Tigaras, termasuk bagian terdalam Danau Toba. Kedalamannya 300-500 meter. Setiap benda tenggelam seperti masuk spon raksasa, yang mustahil timbul ke permukaan.
“Ya, titik dimaksud memang bersentuhan dengan wilayah sekitar Silalahi dan Tongging-Harangaol. Ada konektivitasnya ke situ,” katanya.
Dari aspek kedalaman hingga 500 meter, menurutnya, untuk sesuatu yang jatuh ke dalam air akan sulit timbul lagi ke permukaan. “Tapi itu pun kita belum bisa perkirakan persis, karena tidak punya peta permukaan dasarnya langsung. Termasuk kondisi lumpur dan laut di dasar Danau Toba. Untuk kedalaman, sudah pernah ada pakar geologis yang melakukannya. Detil informasi kedalaman bisa ditanyakan ke BMK (Bagian Meteorologi dan Klimatologi),” sebutnya.(dal/jpg/esa/mag-01/prn/ain/mea)