PEKANBARU (RP) - Pemerintah pusat mengambil alih penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau yang menyebabkan kabut asap di Sumatera hingga berimbas ke negara tetangga. Implikasinya, Riau ditetapkan daerah tanggap darurat penanggulangan bencana asap yang ditangani lima kementerian dan lembaga, ditambah kepala daerah, sesuai Inpres No: 11/2011 tentang Karhutla. Langkah awal penanggulangan, modifikasi cuaca melalui hujan buatan dimulai hari ini, Sabtu (22/6).
Untuk pemadaman dari udara, diturunkan tiga helikopter jenis Bolco dan satu pesawat Hercules milik TNI AU yang akan melakukan pengemboman air di titik api. Selain itu, satu unit pesawat Cassa 212 milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibantu Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) juga akan menabur garam dapur (NaCl) pada awan yang pergerakannya di sekitar titik apiu ntuk membuat hujan buatan. Bahkan nantinya pesawat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diturunkan untuk memodifikasi cuaca ini. Tiga daerah terbanyak titik api yaitu Kabupaten Bengkalis, Dumai dan Rokan Hilir.
‘’Operasi pemadaman sudah mulai dilakukan besok (hari ini, red), karena statusnya sesuai SK Gubri adalah tanggap darurat bencana asap yang sudah menimbulkan gangguan ke berbagai negara tetangga. Jadi Indonesia dalam hal ini harus membuktikan bahwa mampu mengantisipasi permasalahan ini,’’ kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung usai melakukan rapat koordinasi di Markas Operasi Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Jumat (21/6) siang. Selain Menko Kesra, rapat tersebut juga dihadiri Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Muarif serta beberapa pejabat eselon I di kementerian terkait.
Kunjungan tiga menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II tersebut disambut Wakil Gubernur Riau (Wagubri) HR Mambang Mit, Kapolda Riau Brigjen Pol Condro Kirono, Danrem 031/WB Brigjen TNI Teguh Raharjo, Komandan Lanud Kol Pnb Andyawan, Kejati Riau Eddy Rakamto, Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT, Bupati Pelalawan HM Harris, Bupati Kampar Jefry Noer dan seluruh asisten dan kepala dinas, kepala badan di lingkungan Pemprov Riau.
Menko Kesra menambahkan, berdasarkan laporan dari daerah, tiga kabupaten/kota yang paling banyak titik api di Riau tersebut harus mendapat penanganan segera. Karena rata-rata poin batas Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah pada angka 350 atau berbahaya.
‘’Dengan segenap tenaga, peralatan, dan personel dalam tempo dua pekan ke depan mudah-mudahan semuanya dapat teratasi. Tergantung nantinya kondisi keadaan yang dinyatakan BMKG bersama BPPT dan BNPB,’’ sambungnya. Kepala BNPB Syamsul Muarif didampingi Direktur Tanggap Darurat BNPB Tri Budiarto mengatakan, penanganan yang dilakukan sudah dimulai sejak awal pekan lalu. ‘’Besok pagi (pagi ini, red) semua proses akan dimulai,’’ ujarnya.
Diceritakannya, tiga helikopter jenis Bolco sudah diberangkatkan kemarin dari Jakarta sekitar pukul 09.00 WIB dan tiba sekitar lima jam kemudian. Sementara Cassa 212 dan Hercules baru bertolak hari ini. Pesawat Hercules langsung membawa 10 ton garam untuk disemai ke awan secara bertahap bersama-sama dengan pesawat Cassa 212 nantinya.
Total garam yang disiapkan sejumlah 15 ton. Adapun 5 ton lagi sudah dibawa dari Jakarta ke Pekanbaru sejak Kamis (20/6) melalui jalur darat dan diperkirakan tiba siang atau malam ini. ‘’Jika diperlukan satu bulan pelaksanaan, akan kita upayakan. Karena kalau asap, awan bagus untuk menyemai garam untuk membuat hujan buatan cukup sulit. Apabila tidak bagus maka tidak akan jadi hujan,’’ bebernya.
Sementara tiga helikopter sendiri akan bersifat sebagai Bambi Bucket guna mematikan titik api yang terlihat dari udara. Satu unit Bolco mampu melakukan pengeboman 2 ribu liter air. Skenario inilah yang akan digunakan BNPB, BPPT dan BMKG yang berkolaborasi menciptakan hujan buatan untuk meminimalisir hingga menghilangkan asap dan memadamkan titik api.
‘’Hasilnya akan dievaluasi satu bulan ke depan, kalau sempurna prosesnya akan hilang sepenuhnya,’’ ujarnya.
Kepala Pusat Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, lembaga yang mengurusi bencana itu sudah menyiapkan dana Rp25 miliar untuk menanggulagi kebakaran hutan dan lahan di Riau. ‘’BNPB menyiapkan Rp25 miliar untuk hujan buatan yang diambilkan dari dana siap pakai BNPB. Jika kurang akan ditambah sesuai keperluan,’’ kata Sutopo di kantor BNPB Jakarta, Jumat (21/6).
BNPB optimistis kebakaran lahan bakal berakhir dalam waktu dekat. ‘’Presiden memerintahkan Kepala BNPB untuk memegang kendali penanganan bencana asap tersebut,’’ terang Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, kemarin.
BNPB menyiapkan beberapa langkah. Salah satunya membuat hujan buatan menggunakan garam dapur (NaCl). Sayang, pesawat yang akan digunakan untuk mengangkut bahan untuk membuat hujan buatan tersebut belum 100 persen ready. ‘’Kami akan kirim bertahap sesuai dengan keperluan. Karena memang belum semua siap untuk digunakan,’’ lanjut Sutopo.
Sebanyak tujuh pesawat dan tiga helikopter digunakan untuk proses membuat hujan buatan. Tidak semua pesawat langsung siap saat dibutuhkan. Perlu dilakukan modifikasi pesawat untuk pemasangan alat. Selain itu pesawat harus dibuatkan sekat di dalam agar garam yang nantinya dimasukkan tidak akan merusak mesin. Proses modifikasi memakan waktu kurang lebih selama lima hari. Alat-alat untuk menabur garam di awan harus dipasang seimbang, agar saat masuk ke dalam gumpalan awan tidak akan berbahaya bagi keselamatan. Proses modifikasi ini dilakukan di Bandung.
Kendala yang dihadapi saat upaya pemadaman ada pada lokasi hot spot. Sebagian besar hot spot ada di lahan gambut pada kedalaman enam sampai 12 meter. Api tidak tampak di permukaan, tapi gambut mengeluarkan asap. Pemadaman dari darat kurang efektif mengingat jalur menuju hot spot cukup sulit dilewati kendaraan.
Sutopo mengatakan, potensi kabut asap masih akan terjadi pada Agustus sampai dengan Oktober. Pada bulan-bulan tersebut sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan memasuki puncak kemarau sehingga potensial menimbulkan kebakaran. Kondisi itu terjadi hampir tiap tahun.
Dipaparkannya juga, pantauan satelit NASA pada 19 Juni, asap dari Riau menuju timur negara tetangga tidak bisa dikendalikan. Yang bisa dikendalikan hanyalah sebaran titik hot spot yang ada di Riau dengan melakukan upaya pemadaman api baik lewat darat maupun udara. ‘’Ini bisa kita lihat satelit Modis/Aqua, sebaran asap menutupi wilayah Singapura dan Malaysia. Potensinya masih tinggi, diperkirakan sampai November. Karena adanya faktor alam, masalah angin. Tapi kita upayakan penanganan darat semaksimal mungkin,’’ tegas Sutopo.
Sementara itu, Mendagri Gamawan Fauzi menyebutkan daerah mempunyai wewenang Hak Pengelolaan Lahan (HPL) sehingga diharapkan bisa menindak. ‘’Antisipasi mulai pengelolaan lahan harus benar-benar diperhatikan Pemda setempat,’’ pintanya.
Mentan Suswono mengaku akan melakukan investigasi apakah harus dibawa proses hukum. Karena prioritas utama yang penting katanya sekarang ini adalah penyelesaian. ‘’Setelah investigasi baru nanti diketahui bagaimana-bagaimananya, sanksinya baru dibicarakan nanti. Yang pasti kami akan melakukan evaluasi secara mendalam, apakah perlu dilakukan pendalaman untuk dialihkan kepada pendalaman pendukung tanaman lain,’’ sahutnya.
Wagubri HR Mambang Mit dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa berdasarkan data yang dimiliki, Karhutla saat ini terjadi di 3.700 hektare lahan. ‘’Koordinasi dan efektifitas pencegahan akan dilakukan. Demikian pula posko-posko bencana di Bandara dan pada titik-titik kabupaten/kota harus dimaksimalkan dalam pencegahan dan penanganan,’’ ungkapnya. (egp/rio/fat/gus/fad)