PEKANBARU (RP) - Titik panas (hotspot) hasil pantauan satelit NOAA 18 di wilayah Provisi Riau mengalami penurunan drastis sepanjang Kamis (21/6).
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, hotspot yang mencapai 227 titik pada Rabu lalu turun menjadi 60 titik kemarin.
Kepala stasiun BMKG Pekanbaru, melalui staf analisa Yudistira menjelaskan, penurunan hotspot karena turunnya hujan di wilayah seperti Riau bagian utara dan selatan.
‘’Artinya jumlah titik panas yang sebelumnya banyak terpantau berangsur padam. Namun bukan berarti padam total, bisa saja kembali tersulut jika kondisi panas dan juga pembakaran masih dilakukan,’’ jelasnya saat dikonfirmasi Riau Pos, Kamis (21/6).
Dijelaskan Yudistira lagi, secara keseluruhan di Sumatera pun jumlah titik panas berkurang yang menyisakan 226 titik kemarin.
Sebanyak 60 titik panas yang terpantau di Riau terdapat satu titik di Rohul, Bengkalis dua, Siak satu, Kampar tiga, Kuansing enam, Pelalawan 14, Indragiri Hulu 18, Indragiri Hilir 15.
Untuk daerah Sumatera lainnya, Aceh terpantau lima titik, Sumut empat, Sumbar 14, Jambi 45, Sumsel 75, Bengkulu delapan, dan Lampung delapan. ‘’Saat ini penyumbang titik panas terbanyak itu Sumsel, sementara temperatur suhu normal, 33,6 derajat celsius,’’singkatnya.
Akibat dari kebakaran hutan dan lahan ini otomatis menganggu jarak pandang, namun masih normal yakni 4.000 meter saat pagi hari, siang naik 6.000 meter dan kembali turun jadi 5.000 meter pada sore hari.
Pantau Hotspot dari Udara
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau, turun melakukan pemantauan titik api di sejumlah daerah di Riau. Pantauan dilakukan melalui udara dengan menggunakan helikopter milik PT RAPP.
‘’Kita melakukan pemantauan titik panas dari ketinggian 1.000 kaki dengan menggunakan helikopter,’’ ungkap Kasubid Pengendalian Ekosistem Darat, Manipol Ginting, dikonfirmasi Riau Pos, Kamis (21/6) usai melakukan pemantauan.
Pukul 10.00 WIB, BLH melakukan pemantauan dari udara di wilayah Libo, Kabupaten Rohul. Dari pantauan udara, tim BLH Riau melihat banyak titik api (fire hotspot). Semula tim akan melanjutkan peninjauan ke Kabupaten Rohil dan Dumai.
Namun karena kabut asap yang cukup tebal, membuat niat itu dibatalkan. ‘’Pilot helikopter yang kami tumpangi tak berani menembus kabut asap yang terlalu tebal. Karena terlalu berisiko dan bisa membuat helikopter terjebak,’’ ujarnya.
Pemantauan, dilanjutkan sore harinya ke Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Inhu. Hasilnya, bukan lagi temuan hotspot (titik panas), tapi Riau sudah dipenuhi fire hotspot (titik api).
Hasil pantauan udara ini, menjadi bahan rekomendasi bagi BLH Riau untuk mengambil langkah selanjutnya. Melihat kondisi asap yang semakin tebal di Riau, BLH dalam waktu dekat ini segera melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya.
Rapat koordinasi ini, akan melibatkan aparat kepolisian untuk merumuskan kebijakan yang akan diambil. ‘’Kemungkinan akan ada sanksi di lapangan yang akan kita lakukan pada pelaku pembakaran hutan dan lahan,’’ ujarnya.
Sementara itu di Pelalawan sampai saat ini, sudah 146 ada titik panas atau hotspot yang terdeteksi oleh Satelit NOAA-18. Rekapitulasi data ini merupakan hotspot yang terdeteksi di daerah ini mulai dari tanggal 13 sampai 19 Juni.
Sementara data hotspot yang terdeteksi pada 20 Juni kemarin, tercatat sebanyak 45 titik api yang tersebar di empat kecamatan.
‘’Untuk tanggal 20 Juni, data hotspot yang terdeteksi satelit NOAA-18 tercatat 45 titik,’’ terang Plt Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pelalawan Drs Edi Suriandi, melalui Sekretaris BLH Pelalawan, Emir Effendi S.Sos kepada Riau Pos, Kamis (21/6), di Pangkalan Kerinci.
Hujan Turun, Kabut Asap Hilang
Hujan yang turun kemarin, juga menyapu kabut asap yang melanda Kota Dumai sepekan terakhir. Hujan turun pukul 13.15 WIB dengan cukup lebat dan merata di sebagian besar wilayah Kota Dumai. Curah hujan yang disertai angin kencang itu berlangsung dua jam lebih.
‘’Lama tidak hujan, sepertinya hujan siang ini memberikan berkah yang besar sekali. Kabut asap menjadi hilang dan air pun tersedia di penampungan,’’ ujar Aseng, salah seorang warga yang tinggal di Jalan Sudirman.
Sepeakan belakangan, kabut asap menyelimuti Kota Dumai. Sumber api yang menyebabkan kabut asap itu berada di lahan kosong yang berada di Kecamatan Teluk Makmur, Dumai Barat, Kedang Kampai dan Sungai Sembilan.
Hujan yang turun kemarin disambut gembira warga. Dua bulan belakangan nyaris tidak turun hujan yang lebat di kota ini.
Hujan tidak saja menghilangkan balutan kabut asap dan memadamkan titik api, tetapi sekaligus juga bisa memberikan persediaan air bagi warga. Air hujan merupakan sumber air bersih bagi kebutuhan seharian. Nyaris tiap rumah mempunyai bak penampung air hujan yang besar.
Sebaliknya, air hujan juga seringkali menjadi bencana. Yakni ketika curahan hujan sangat besar atau turun cukup lama. Sebab, yang terjadi kemudian adalah pemukiman yang akan terendam. Genangan air hujan berubah menjadi masalah.(gus/dac/afr/*2)