RUDI SAMUEL ARITONANG, KORBAN SELAMAT DARI AMUKAN GAJAH

Diinjak, Dilambung, dan Ditendang seperti Bola

Riau | Rabu, 22 Mei 2013 - 09:51 WIB

Diinjak, Dilambung, dan Ditendang seperti Bola
ilustrasi: Iwe/Riau Pos

KAMPAR (RP) - Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Mungkin inilah pepatah yang tepat untuk menggambarkan keadaan Rudi samuael Aritonag (42), warga Dusun 4, Desa Krikilan, Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar.

Pria ini tergeletak tak berdaya dan dipasang alat bantu pernapasan. Petani sawit ini berhasil selamat dari amukan kawanan gajah yang mengamuk saat diusir dari perkebunan sawit miliknya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Rudi terpaksa dirawat secara intensif di ruang ICU Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru karena mengalami luka yang cukup serius. Tulang bahu sebelah kanannya patah. Tidak itu saja, empat tulang rusuknya ikut patah ditambah lagi paru-parunya bocor akibat injakan hewan jenis mamalia berukuran raksasa ini.

Peristiwa naas tersebut terjadi ketika pada Sabtu (18/5), sekitar pukul 17.30 WIB, kawanan hewan tertubuh besar ini datang ke perkebunan sawit miliknya dan temannya Muhammad Irfanus Situmorang (37). Kala itu gajah diusir dengan mudah ke arah hutan. Untuk berjaga-jaga agar gajah tidak kembali datang merusak kebun sawit mereka, Rudi bersama Irfan sepakat untuk menjaga lahan sawit mereka. Sekitar pukul 23.30 WIB, kawanan gajah yang terdiri dari satu ekor induk, satu ekor gajah berukuran sedang, dan satu ekor anak kembali datang keperkebunan sawit untuk mencari makan.

Rudi dan Irfan mencoba kembali untuk mengusir hewan yang dilindungi ini. Namun siapa sangka, kawanan hewan bertubuh besar itu bukannya pergi seperti sore harinya, akan tetapi malah berbalik menyerang dan mengejar mereka berdua.

‘’Karena gajah melawan,  tentu kami ketakutan dan berusaha menyelamatkan diri,” ungkap Irfan, Senin (20/5) yang menjadi saksi mata ketika temannya Rudi diinjak kawan mamalia bertubuh bongsor itu.

Rudi dan Irfan sekuat tenaga berusaha menyelamatkan diri dari amukan gajah. Sambil ketakutan kedua terus berlari, tanpa memperhatikan kondisi jalan yang mereka lalui. Sampai-sampai handphone   Irfan yang berada disakunya terjatuh entah di mana.

“Malangnya, kami terjatuh. Namun saya berada di depan Rudi, sementara itu Rudi jatuh lebih dekat dengan gajah, sehingga Rudi yang menjadi sasaran induk gajah yang mengamuk tak tentu arah. Jarak saya dengan Rudi hanya berjarak 15 meter. Di kegelapan malam, saya sedikit melihat, induk gajah itu mulai menginjak bahu Rudi beberapa kali. Kemudian baru diangkat ke atas dengan belalai, dilempar ke atas, kemudian dijatuhkan lagi, baru ditendang-tendang layaknya sebuah bola. Setelah beberap menit menendang-nendang, bahu rudi dipijak, kemudian diangkat dengan belalai, dilempar ke atas, kemudian dijatuhkan dan baru ditendang-tendang seperti menendang bola. Selang beberapa menit gajah pun pergi meninggalkan Rudi,” ujar Irfan menceritakan kronologis kejadian naas menimpa temannya Rudi.

Setelah gajah pergi, barulah Irfan memberanikan diri untuk menolong Rudi, sambil meraba-raba karena gelapnya malam. Irfan mencoba mencari dan membantu Rudi yang telah terkapar. Beruntung tak jauh dari tempat kejadian, Irfan melihat senter. Senter itulah yang menjadi penerang untuk mencari keberadaan Rudi.

“Akhirnya sayapun bisa menemukan Rudi, dan mencoba untuk menenangkan Rudi, kemudian memapah keluar dari perkebunan sawit. Namum baru berjarak 300 meter setelah tempat kejadian, Rudi mengeluh, sambil berkata “berhenti dulu bang, sakit sekali dadaku”. Karena melihat Rudi benar-benar kesakitan, saya baringkan Rudi di tepi, untuk kembali mencari pertolongan,” ujarnya lebih lanjut.

Sambil berlari Irfan berusaha untuk cepat padahal dirinya telah terlalu capek untuk berlari. Namun karena temannya telah terkapar tak berdaya, Irfan tetap berusaha mencari pertolongan. Sesampai di mobil yang mereka jadikan kendaaraan untuk patroli di perkebunan sawit mereka.

“Sampai di mobil saya temukan HP milik Rudi, tanpa pikir panjang langsung menelpon teman bernama Mulyono. Dengan bantuan Mulyono akhirnya dibawa ke bidan terdekat dan dapat pertolongan alat bantu pernapasan. Namun karena lukanya cukup parah, terpaksa langsung dibawa ke Pekanbaru untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif,” cerita Irfan.

Sementara itu istri Korban, Nurjente Sidabutar (43) merasa sedih dengan kejadian yang dialaminya suaminya. “Saya terkejut mendengar kejadian yang dialami suami saya. Gajah ini sudah lama berkeliaran di daerah kami, sekarang saja abang masih terbaring lemas, bicara saja juga susah,”ucapnya sambil mengelap air mata.(*3/yls)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook