PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan mitra kerja samanya Pertamina Power Indonesia (PPI) atau dikenal dengan Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), akan memulai serangkaian proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) guna mendukung pengurangan emisi karbon dan mendukung target pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari energi baru terbarukan (EBT).
PLTS ini secara keseluruhan akan menempati lahan seluas 28,16 hektare yang berada di tiga lokasi yaitu Rumbai, Duri dan Dumai Camp dan diharapkan mampu menghasilkan 25 Mega Watt untuk mendukung kegiatan operasi di WK Rokan.
Pembangunan PLTS ini ditandai dengan acara groundbreaking yang dihadiri oleh Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina (Persero) Mulyono, Komisaris PNRE David Bingei, CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro, Direktur Utama PT PHR Jaffee A Suardin, Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis PNRE Fadli Rahman, Direktur Proyek dan Operasi PNRE Norman Ginting dan Perwakilan SKK Migas Sumbagut.
"Tenaga surya sebagai salah satu energi baru terbarukan bukan sekadar tren global yang diadopsi di Indonesia. Transisi energi hijau yang berkelanjutan merupakan prioritas negara," kata Jaffee saat membuka acara.
PHR dalam hal ini turut berpartisipasi dalam mendukung target pemerintah melalui Grand Strategi Energi Nasional untuk mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 serta mencapai net-zero emissions di 2060 dengan jangka menengah 29-41 persen di tahun 2030.
"Kerja sama strategis ini merupakan bentuk komitmen Pertamina Group untuk memulai transisi energi dari halaman sendiri dan berkontribusi terhadap program pemerintah," ujar CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro.
PLTS WK Rokan ini akan menjadi salah satu showcase energi bersih Pertamina di gelaran G20. Pertamina NRE akan terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan.
Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Pertamina NRE (PNRE) menandatangani nota kesepahaman pada 15 November 2021 lalu untuk rencana penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya wilayah kerja Rokan Pertamina, di mana PNRE dan PHR telah berkolaborasi bersama untuk melaksanakan studi kelayakan proyek tahap pertama yang terbukti tidak mengganggu keandalan sistem kelistrikan PHR. Proyek ini juga akan mengoptimalkan penggunaan komponen dalam negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah terkait TKDN.
Indonesia memiliki keunggulan berupa lokasi geografis yang sangat berpotensi untuk energi surya. Panel surya dengan teknologi fotovoltaik akan dipasang menggunakan dua metode yaitu yang terpasang di tanah (ground-mounted) dan yang berada di atap bangunan (rooftop). Energi surya yang ditangkap kemudian dikonversikan melalui inverter sehingga energi listrik tersebut selanjutnya digunakan di WK Rokan.
Melalui PLTS ini, dampak yang diharapkan tidak hanya mengurangi emisi karbon sebanyak 23.000 ton per tahun, namun juga adanya pengurangan pemakaian fuel gas sebesar 352 MMSCF per tahun serta penghematan biaya operasi sebesar 4.3 juta US$ per tahun. Selain itu, PLTS juga membantu mengurangi pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim.
Sebagai anak perusahaan Pertamina, PHR terus berpegang teguh pada komitmen untuk mengimplementasikan aspek environment, social and governance (ESG) dalam pengelolaan bisnisnya. Pertamina mengambil peran besar di presidensi G20 Indonesia di mana Direktur Utama Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menduduki jabatan sebagai Chair of Task Force Energy, Sustainability, and Climate (ESC) dari Business 20 (B20), yaitu ruang dialog bisnis internasional yang menjadi bagian dari agenda penting G20.
Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)
Editor: Rinaldi