DATUK SETIA AMANAH LANTIK PENGURUS LAMR

Mengawal Marwah Mengangkat Martabat Riau

Riau | Kamis, 22 Maret 2012 - 09:20 WIB

Laporan MARRIO KISAZ dan DESRIANDI CHANDRA, Pekanbaru redaksi@riaupos.co

Datuk Setia Amanah HM Rusli Zainal SE MP melantik pengurus Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) periode 2012-2017.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Organisasi yang telah berdiri sejak tahun 1971 itu memiliki amanah dan tanggung jawab mengawal marwah serta mengangkat martabat di Bumi Lancang Kuning.

‘’Tuah sakti hamba negeri, esa hilang dua terbilang, patang tumbuh hilang berganti, takkan Melayu hilang di bumi’’.

Kutipan kalimat tersebut menjadi salah satu motivasi dan pemacu semangat para anak Melayu untuk terus eksis dan mengabdi di Bumi Lancang Kuning.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membuat luntur nilai-nilai historis dan kultural budaya Melayu. Bahkan perkembangan zaman, kian menjadi dasar untuk perekat semangat dalam menjalankan nilai-nilai budaya yang menggambarkan pesan-pesan moral dalam kehidupan.

Ketua Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau, Al azhar menilai lembaga adat memiliki peran besar dalam mengawal marwah dan martabat Melayu Riau. Untuk itu pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan Melayu idealnya dapat menjadi benteng untuk melestarikan budaya Melayu di Riau.

Bahkan, menurut pria yang konsen dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan itu, LAM Riau juga memiliki peran dalam merubah citra negeri ini dari padang perburuan menjadi padang peradaban.

‘’Dalam merealisasikan hal itu, perlu pemahaman kembali tentang nilai-nilai kebudayaan Melayu untuk diarak pada kehidupan masa depan,’’ ujar pria yang selalu mengenakan kacamata itu.

LAM berdiri tahun 1971 di bawah pemerintahan Gubernur Arifin Achmad. Pada saat itu, berbagai upaya dilakukan untuk menelisik nilai-nilai kemelayuan serta membangkitkan batang terendam yang merupakan gambaran dari pencitraan budaya Melayu saat itu.

‘’41 tahun lalu, sangat jauh berbeda dengan keadaan sesudahnya. Pada masa itu, politik baru saja masuk dalam masa Orde Baru. Pada saat itu, pusat menjadi pengendali daerah. Begitu juga untuk kondisi budaya, Namun hal itu tidak dapat dilupakan, karena

masa lampau meninggalkan artefak sejarah,’’ ungkap Al azhar dengan terlihat mengenakan baju seragam adat berwarna hitam.

Untuk itu, dia mengharapkan, pengurus LAM Riau dapat fokus dalam menjalankan tugas dan amanah yang diberikan. ‘’Saya percaya semua pengurus dapat merubah ratap pilu hari ini menjadi tawa renyah.

Merubah negeri ini dari padang perburuan menjadi padang peradaban. Kita memiliki azam yang sama untuk itu,’’ ulas pria yang tiada henti mengucapkan kata-kata kiasan dalam sambutannya.

Keadaan 41 tahun yang lalu, ketika Lembaga Adat Melayu Riau ini ditubuhkan, jelas sangat jauh berbeda dengan keadaan sesudahnya, lebih-lebih bila dibandingkan dengan keadaan hari ini.

Lalu bagaimana dengan ruang kehidupan sekarang ini? Dari data mutakhir lebih kurang 65 persen dari 8,6 juta hektare luas daratan Provinsi Riau, sekarang telah berubah menjadi kawasan eksklusif. Dikuasai perusahaan swasta, perusahaan negara, dan masyarakat untuk fungsi tunggal, yaitu ekonomi berbasis lahan.

Di atas sekitar 5,5 juta hektare lahan tersebut kini sudah dan sedang menjadi perkebunan (terutama sawit), kawasan operasi pertambangan (minyak bumi, gas, dan batubara), dan hutan tanaman industri.

Jumlah luasan itu diperkirakan akan terus bertambah pada tahun-tahun mendatang. ‘’Dan di sinilah peran kebudayaan Melayu membantu menyelesaikannya,’’ ucapnya.

Ungkapan itu pun disambung Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau Dr (HC) H Tenas Effendy. Tokoh budayawan Riau ini mengatakan, bukan pekerjaan mudah memegang amanah sebagai pengurus LAM Riau lima tahun ke depan. Karena memiliki tanggung jawab pada orang yang memberikan amanah dan Tuhan Yang Maha Esa.

Ketua Umum MKA Riau, Tenas Effendy mengungkapkan, dalam memikul amanah memerlukan keteguhan iman, serta dilandasi keikhlasan. Sehingga setiap tugas yang dilaksanakan memberikan hasil yang positif.

‘’Amanah jangan disia-siakan. Dalam Tunjuk Ajar Melayu disebutkan, kalau amanah sudah dijunjung, hidup mati harus ditanggung. Kalau sudah menerima amanah, berpikiran jernih berbadan lapang. Kalau amanah sudah diterima, ikhlaskan hati jagalah nama,’’ ungkap pria yang juga dikenal sebagai budayawan dan tokoh masyarakat Riau itu.

Menurutnya, hasrat perpaduan dan kebersamaan penting, karena Riau merupakan masyarakat yang majemuk. ‘’Kami menyadari banyak kekurangan dan kelemahan. Mudah-mudahan semua tunjuk ajar dan nasihat dapat kami jadikan acuan untuk melaksanakan amanah yang diberikan,’’ pesan Tenas.

Dalam mewujudkan mimpi itu, dia menilai perlu kesadaran seluruh pihak untuk membangun daerah. Perlu diwujudkan dengan bertimbang rasa, bertenggang rasa, arif dan bijak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

‘’Adat Melayu memiliki banyak persamaan dengan adat lainnya.

Kunci untuk mencapai keberhasilan adalah adat musyawarah untuk mufakat,’’ tambah Tenas.

Pengukuhan Pengurus

Ratusan pasang mata menjadi saksi pengukuhan pengurus Majelis Kerapatan Adat dan Pengurus Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau. Gedung Balai Adat Melayu Riau, terlihat dipadati tokoh-tokoh adat, budayawan, cerdik pandai, alim ulama dan tamu yang mengikuti rangkaian kegiatan dengan khidmat.

Prosesi pengukuhan sekitar 306 lebih pengurus dimulai dengan pembacaan naskah pelantikan oleh Datuk Setia Amanah. Kemudian dilanjutkan dengan menyematkan selempang, keris dan tanjak pada Ketua DPH LAM Riau dan Ketua Umum MKA LAM Riau.

Hanya saja, terjadi sedikit peristiwa yang mengganggu khikmatnya pengukuhan. Listrik PLN tiba-tiba padam di sela-sela kegiatan. Untungnya hal itu tidak berlangsung lama sehingga kegiatan yang sakral tersebbut dapat dilanjutkan.

Prosesi terlihat khidmat ketika tabuh mengiringi posisi pengukuhan dan sesekali Tunjuk Ajar Melayu dilantunkan dalam ruangan kehormatan itu. Suasana sakral dan historis didukung desain ruangan yang kental budaya Melayu semakin membakar semangat anak Melayu untuk melestarikan sejarah turun-temurun itu.

Pengukuhan pengurus LAM Riau 2012-2017 mengacu pada keputusan Mubes Nomor: 10/Mubes-VI LAMR/II/2012-1433 tentang Pengukuhan/Pengangkatan/Penetapan Susunan Dewan Kehormatan Adat (DKA), Dewan Pimpinan Harian (DPH) Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau dan Majelis Kerapatan Adat (MKA) Melayu Riau.

DKA dipimpin oleh H Rivaie Rachman sebagai ketua. Nama-nama seperti H Saleh Djasit SH, H Mambang Mit, H Raja Rusli, H Azaly Johan, H Wan Abu Bakar, H Syamsurizal MM, Prof Dr Tengku Dahril, Mukhtar Rahman, H Rida K Liamsi, H Herman Abdullah MM, Wan Syamsir Yus, H Soemardi Thaher, H UU Hamidy MA, H Yuherman Yusuf, Syamsudin Syarif, drh Chaidir MM, Prof Irwan Effendi serta sejumlah tokoh budayawan Melayu Riau lainnya masuk dalam kepenggurusan DKA LAM Riau.

Sementara di Majelis Kerapatan Adat (MKA), H Tenas Effendy selaku ketua umum. Ia pun didampingi sejumlah tokoh adat Melayu Riau lainnya, di antaranya H Ok Nizami Jamil, H Ruspan Aman, Kazzaini Ks. Posisi Sekretaris Umum MKA ditempati Ir H Burhanuddin MSi.

Di posisi DPH hasil pemilihan Mubes beberapa waktu lalu, dinakhodai Drs Al azhar selaku ketua umum dan Drs HM Wardan MP selaku sekretaris umum. Sedangkan bendahara umum ditempati Drs H Isharudin serta Drs Syahril Abu Bakar MSi, Drs HT Lukman Jaafar, Zulkarnain Kadir SH MH dan pengurus lainnya.

Pengurus dilantik Datuk Setia Amanah HM Rusli Zainal SE MP. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit, Ketua DPRD Riau Johar Firdaus dan anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Riau.

Selain itu terlihat hadir, Wali Kota Pekanbaru Firdaus ST MT, mantan Wali Kota Pekanbaru Drs H Herman Badullah MM, pengurus LAM se-Sumatera, Konsul Malaysia, Konsul Singapura dan ratusan pemangku adat dan pengurus yang terlihat mengikuti rangkaian kegiatan dengan khidmat.  

Gubernur Riau Datuk Sri HM Rusli Zainal SE MP menilai eksistensi Lembaga Adat Melayu Riau merupakan manifestasi dan aktualisasi peraturan daerah dalam melestarikan budaya daerah. Upaya itu, menurutnya memberikan suatu warna baru, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

‘’Oleh karena itu perkenankan saya atas nama Gubenrnur Riau mengucapkan selamat dan tahniah kepada pengurus yang sudah dikukuhkan. Laksanakanlah tugas sebaik-baiknya dengan terus mengangkat harkat, marwah dan martabat kita,’’ ungkap Datuk Setia Amanah.

Gubri yang juga terlihat mengenakan pakaian adat Melayu itu menilai nilai-nilai adat Melayu yang hakiki tidak boleh terkikis oleh sikap dan tingkah lalu serta perkembangan zaman. Seperti yang disebutkan Hang Tuah: Takkan Melayu hilang di bumi.

‘’Melestarikan budaya Melayu memfilter budaya asing harus dilaksanakan secara simultan. Maka eksistensi kepengurusan lembaga adat Melayu sangat penting untuk melaksanakan tugas tersebut,’’ tambah Gubri.

Dia juga mengajak seluruh pemerintah kabupaten kota untuk dapat mendukung program pengembangan budaya Melayu di daerah. Seperti yang dituangkan dalam peraturan daerah. Begitu juga memberikan dukungan moril dan materil dalam mendukung upaya pelestarian historis kebudayaan di Bumi Lancang Kuning.

Wakil Gubernur Riau, HR Mambang Mit menilai pelestarian budaya melayu memiliki peran substansi dalam mendukung pengembangan daerah. Pasalnya adat istiadat dapat menjadi dasar pemersatu dan mempererat semangat persaudaraan dan kebersamaan.

‘’Kebudayaan Melayu memegang teguh jati diri dan kebersamaan. Ini yang harus terus dipupuk untuk menciptakan lingkung masyarakat yang kental dengan nuansa-nuansa budaya kemelayuan,’’ ungkap Mambang Mit.(ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook