TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) - Sudah hampir empat tahun harga karet tak menentu. Kadang naik kadang turun. Naik tak seberapa, hanya sekitar Rp500 per kilogramnya. Namun turunnya begitu drastis, bahkan mencapai Rp1.000 hingga Rp1.500 per kilogramnya setiap pekan.
Dan sekarang harga karet di kalangan petani itu harganya bervariasi, ada yang Rp4.200 dan ada yang Rp4.500 per kilogram. Kondisi ini dikeluhkan oleh para petani, karena harga karet tak sesuai harapan.
“Tak berimbang dengan pengeluaran. Harga karet hanya Rp4200 sekilo, untuk satu kilo beras aja tak cukup apalagi pengeluaran banyak, dan terus terang tidak cukup,” ujar Isur (36), warga Situgal, Kecamatan Logas Tanah Darat, Sabtu (20/2) kemarin.
Disadarinya, besar pasak daripada tiang. Harga karet per kilogram bukannya naik setiap pekan, melainkan terus turun. Pekan ketiga Februari ini, harga karet hanya Rp4.200 di tingkat tauke, padahal pekan lalu harganya mencapai Rp4.500 sekilo.
“Kalau turun cepat dan drastis, tapi kalau naik, naiknya merangkak. Heran juga kita kenapa harga karet ini tak kunjung naik. Ya, semoga cepat naiklah,” ujarnya berharap.
Kondisi yang sama dialami Yusman, warga Koto Sentajo Raya. Ia hanya pasrah dengan harga karet sekarang ini. Menderes karet adalah satu-satunya mata pencahariannya sekarang ini. Harganya diharapkan naik di atas Rp10.000 per kilogramnya.
“Harus diatas sepuluh ribu sekilo. Itu baru bisa disesuaikan dengan pengeluaran di tengah mahalnya kebutuhan pokok,’’ ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kuansing, H Wariman DW SP MM juga mengaku prihatin dengan terus anjloknya harga karet ini. “Sekarang harga dasar di pabrik saja hanya Rp9.000 sekilo, apalagi di petani. Paling tidak di petani harganya sekitar Rp4.000-an lah,” katanya.(izl)