PASIR PENGARAIAN (RP)- Hingga hari ketiga, Selasa (21/2), 12 ekor gajah liar, masih berada di areal perkebunan milik masyarakat Desa Mahato Sakti Kecamatan Tambusai Utara. Sejauh ini, belum ada Tim BKSDA Riau maupun Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rohul turun ke lokasi untuk melakukan penangkapan atau pengusiran gajah liar yang masih bolak balik di antara Desa Rantau Sakti dan Mahato.
Kades Mahato Sakti, Sumali, kepada Riau Pos, mengatakan, ia bersama-sama dengan Upika Tambusai Utara, Selasa (21/2) pukul 11.00 WIB, meninjau ke lapangan. Sumali mengatakan, selaku pemerintah desa, pihaknya telah membuat surat secara resmi kepada Bupati Rokan Hulu dan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rohul terkait keresahan dan ketakutan warga Mahato.
‘’Kita harapkan pemerintah dalam hal dinas terkait serius menanggapi keluhan dan ketidaknyamanan warga Mahato Sakti. Sekarang warga tidak berani pergi ke kebun sawit, karena merasa takut diamuk gajah,’’ ujarnya.
Dikatakannya, warga Mahato Sakti sampai saat ini, masih terus berjaga dan mengusir belasan ekor kawanan gajah liar, secara tradisional bersama masyarakat yang jumlahnya banyak. ‘’Kita minta BKSDA Riau untuk menangkap 12 ekor gajah liar dan memindahkan ke Taman Tesso Nilo. Masyarakat tidak mau tau, apakah ada atau tidaknya anggaran pemerintah untuk biaya penangkapan itu,’’ ujarnya.
Sementara itu, anggota DPRD Rohul Dapil Tambusai-Tambusai Utara, Jasminto, kepada Riau Pos, Selasa (21/2) mengatakan, upaya masyarakat Mahato Sakti maupun Rantau Sakti melakukan pengusiran gajah liar secara tradisional tidak maksimal. Gajah liar itu hanya berputar di situ-situ saja, tepatnya di sekitar kebun sawit masyarakat. Bahkan kebun masyarakat yang dirusak, dijadikan tempat tidur kawanan gajah liar tersebut.
‘’Saya menilai pengusiran gajah liar tidak maksimal. Hewan itu berpindah tempat dan bolak-balik di tiga desa. Dishutbun Rohul dan BKSDA Riau harus melakukan penangkapan dan memindahkan gajah liar yang ada di Tambusai Utara itu, ke Taman Tesso Nilo, karena dikhawatirkan, gajah liar itu mengamuk dan dapat mengancam keselamatan nyawa masyarakat,’’ katanya.
Tidak Ada Anggaran
Sementara itu, Kadishutbun Rohul, Sugiarno SP MSi, yang dikonfirmasi Riau Pos, Selasa (21/2) membenarkan, pihaknya bersama BKSDA Riau belum turun ke lokasi tempat kawanan gajah liar di Desa Mahato Sakti.
Karena setelah selesai mengusir gajah liar di Desa Mahato, Tim BKSDA Riau sudah pulang ke Pekanbaru. Saat ini, salah satu dari gajah jinak yang terlatih dalam keadaan sakit. Menurutnya, upaya pengusiran gajah liar yang dilakukan Tim BKSDA Riau dinilai tidak maksimal. Gajah liar itu, harus dipindahkan dengan cara ditangkap. Gajah ditembak terlebih dahulu dengan suntik bius. Tapi itu belum dilakukan karena Dishutbun Rohul tidak memiliki anggaran untuk penangkapan gajah tersebut. Untuk menangkap satu ekor gajah liar itu, diperlukan dana Rp25 juta perekor. Dana tersebut untuk membeli obat bius.
‘’Kami sudah serahkan penangkapan gajah liar ini ke BKSDA Riau. Karena Dishutbun Rohul tidak memiliki anggaran untuk penangkapan gajah liar itu. Secara tupoksi, Dishut hanya menjaga kawasan dan melindungi hewan satwa liar. Yang melakukan penangkapan, kewenangan BKSDA,’’ jelasnya.(epp)