PEKANBARU (RP) - Kelestarian lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Tapi menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat di Riau termasuk kalangan pendidik dan sekolah.
Adiwiyata merupakan program dari Kementerian Lingkungan RI yang digulirkan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Program ini, tahun 2005 baru dituangkan dalam kesepakatan bersama. Namun di Riau sendiri, program Adiwiyata baru dicanangkan tahun 2007.
Namun dalam pelaksanaannya, baru tahun 2008 berjalan. Program Adiwiyata, merupakan program tentang perlunya dilakukan pembelajaran modul lingkungan pada anak didik, tentang lingkungan. Baik anak didik di tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP, maupun SMA sederajat.
Kemudian, langkah yang dilakukan bagaimana sekolah itu hijau. Begitu juga di sekitar lingkungan sekitar sekolah. Kementerian Lingkungan Hidup sudah meluncurkan buku panduan tentang pelaksanaan program Adiwiyata yang diberikan ke sekolah. Dari buku panduan ini, sekolah menindaklanjutinya. Maka sekolah dibentuk tim Adiwiyata yang di-SK-kan Gubernur Riau.
Tim ini melibatkan, Kementerian Agama, Universitas Riau, Dinas Pendidikan, LSM, kalangan Media Massa.Adiwiyata ada tahap pembinaan setiap tahun yang dilakukan BLH Provinsi Riau. Adiwiyata adalah penghargaan terhadap sekolah yang dinilai peduli dalam melestarikan lingkungan. Mereka yang dinilai peduli, akan diberikan penghargaan saat peringatan hari Lingkungan Hidup se-Dunia.
Setidaknya inilah yang diungkapkan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau, Akmal JS didampingi Hermanto anggota Tim Penilaian Adiwiyata BLH Provinsi Riau yang ditemui Riau Pos.
Sekolah-sekolah yang dinilai pantas untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata, adalah berdasarkan usulan dari Kabupaten/kota. Dari SD, SMP hingga SMA sederajat.
Sekolah yang diusulkan diminta menyiapkan dokumen sesuai dengan buku panduan. Kemudian tim melakukan penyeleksiannya. Dokumen yang disampaikan sekolah yang memenuhi persyaratan akan di nilai kabupaten dan diusulkan ke provinsi.
Dengan ketentuan, sekolah yang diusulkan untuk penghargaan Adiwiyata ke tingkat Provinsi minimal mencapai nilai 66 ditingkat kabupaten. Sementara sekolah yang mendapatkan nilai dibawah 66, tidak lagi diusulkan ke provinsi. Tahun 2012 ini, setidaknya ada 44 sekolah yang diusulkan.
Ada empat komponen yang di nilai untuk mendapatkan prediket Adiwiyata. Yakni, terkait dengan kebijakan sekolah, kurikulum, anggaran, sarana dan prasarana sekolah yang bersangkutan. “Tapi dari empat komponen itu, ada 33 item yang dilakukan penilaian,” ujarnya.
Sekolah yang mendapatkan nilai diatas 66, diusulkan ke tingkat nasional. Penilaian Adiwiyata tingkat nasional maksimal hanya diberikan nilai maksimal 80. “Jadi tingkatannya, diusulkan kabupaten/kota, disulkan ke provinsi dan nanti akan dilakukan verifikasi. Bisa melibatkan tim provinsi dan tim independepend,” paparnya.
Sekolah yang mendapatkan predikat Adiwiayata tingkat nasional dua tahun berturut akan diusulakan Adiwiyata Mandiri. di tahun 2012 ini, di Riau ada tiga sekolah yang mendapatkan prediket Adiwiyata Mandiri. Masing-masing SMAN 8 Pekanbaru. SMAN 8 Pekanbaru sudah melakukan pembinaan sebanyak 23 sekolah. Selanjutnya, SDN 016 Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru yang sekarang SDN 20 Kota Pekanbaru sudah melakukan pembinaan terhadap 13 sekolah. Dan SDN 007 Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru yang sudah melakukan pembinaan sebanyak 10 sekolah.
Sementara untuk Adiwiyata Tingkat Nasional tahun 2012 ini ada sebanyak 7 sekolah. Masing-masing, SMK Pertanian Terpadu Provinsi Riau, SMAN 1 Bangkinang kabupaten Kampar, SMAN 1 Pangkalan Kerinci, SMKN 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, SMPN 1 Siberida Kabupaten Indragiri Hulu, SMKN 2 Teluk Kuantan Kabupaten Kuansing, dan SMKN 1 Dumai.
“Sedangkan prediket sekolah Adiwiyata Provinsi Riau ada sebanyak tujuh sekolah. Pemberian ini diberikan pada saat peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia yang diperingati tanggal 6 Juni,” paparnya.
Mereka yang memperoleh penghargaan ini, mendapatkan dana insentif sekolah, sertifikat, undangan Kementerian Lingkungan Hidup Pusat. BLH Riau berharap, sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan prediket ini melakukan pembinaan minimal sepuluh sekolah.
BLH Provinsi Riau menilai, antusiasnya sekolah-sekolah di Riau saat ini untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya dalam menjalankan program Kementerian Lingkungan Hidup RI.
Selain itu, kalangan anak didik di sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan prediket itu bisa menularkan ke lingkungan masyarakatnya, menanamkan jiwa pada anak didik tentang pentingnya lingkungan. Program ini juga membuat kalangan anak didik bisa membedakan sampah anorganik dan organik, mengumpulknan barang bekas menjadi bernilai tambah, menciptakan bank sampah.
BLH Riau juga berharap kalau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Riau harus betul-betul menjalin komunikasi bagaimana menjalankan programnya. Alokasi yang disediakan di sekolah untuk lingkungan minimal 10 persen. Karena bagaimana pun juga, keberadaan sekolah adalah tanggung jawab dari Dinas Pendidikan setempat.
Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Riau, Ir Mardianto Manan MT pun menilai dampak positif dari program Adiwiyata yang dijalankan Kementerian Lingkungan Hidup ditingkat sekolah. Dan itu menurutnya, merupakan sebuah investasi masa depan.
“Ini adalah investasi masa depan. Mengajarkan anak didik sedini mungkin peduli dengan lingkungan yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsung hidup. Tidak hanya manusia tapi juga mahluk hidup lainnya,” ujarnya.
Berinvestasi seperti ini, tentu tidak bisa dilihat hasilnya dengan cepat. Karena butuh proses realita di lapangan. Karena mengajarkan anak didik bagaimana peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Pemberian penghargaan Adiwiyata bagi sekolah-sekolah yang dinilai peduli dan berhasil menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya, akan memberikan dorongan dan motivasi pada sekolah lain, pada kalangan lain dan pada masyarakat lainnya.
Dengan begitu, suatu saat Kota Pekanbaru dan Riau ini bisa hijau kembali, lingkungan yang asri dan terjaga untuk keberlangsung hidup manusia dan lingkungan sekitarnya.(dac)