HARAPAN PARA PEJUANG KEMERDEKAAN BERUSIA HAMPIR 90 TAHUN

’’Generasi Muda, Teruskan Perjuangan Kami’’

Riau | Rabu, 21 Agustus 2013 - 09:51 WIB

Laporan EKA G PUTRA, Pekanbaru ekagusmadi@riaupos.co

Dari ratusan yang ada, sisanya hanya beberapa. Terbunuh karena perang atau mati karena sakit meradang.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun perjuangan mereka tak pernah pudar, agar Merah Putih terus berkibar dan generasi penerus mampu menerbangkan tinggi asa lewat perjuangan yang tak perlu lagi angkat senjata.

Di Riau, kini tinggal empat tokoh perjuangan yang turut berperang demi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), 68 tahun silam.

Adalah Abbas Djamil (88), Raja Rusli (88), Himron Saheman (86) dan Wasmat Rat yang diketahui saat ini tengah sakit sehingga Riau Pos tak berhasil menemui keberadaannya. Sementara tiga lainnya, masih sehat walafiat serta selalu menghadiri berbagai kegiatan di Pekanbaru khususnya.

Bermacam-macam pula profesi yang digeluti saat ini. Mulai menjadi tokoh yang kerap menghadiri berbagai kegiatan seremoni peringatan hari kemerdekaan, menjaga Gedung Juang 45 di Jalan Sudirman, Pekanbaru atau sekadar duduk-duduk di rumah dan bermain bersama cucu-cicit mereka.

Taraf ekonomi, tentu mereka bukanlah orang yang hidup mewah bergelimang harta. Lebih kepada sederhana dan berkecukupan. Karena usaha hidup sudah dilanjutkan anak cucu. Jika ditilik ke belakang, masa-masa 68 tahun silam, mereka sama sekali tidak akan pernah membayangkan Indonesia, terutama Riau dan Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi akan seperti sekarang ini.

‘’Kami sekarang tinggal berempat di Riau yang seperjuangan dulu. Tapi Wasmat Rat memang jarang terlihat karena beliau dikabarkan sakit. Sementara tiga lainnya berikut saya masih sering bersilaturahmi,’’ ujar Abbas Djamil kepada Riau Pos, satu hari jelang detik-detik Proklamasi di gedung daerah Provinsi Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Jumat (16/8).

Mengaku dalam keadaan sehat dalam pertemuan ketika itu, pria yang masih aktif sebagai pimpinan organisasi pejuang di Riau tersebut mengaku masa sekarang, hampir tujuh dekade kemerdekaan dirasakan, sudah enak. Karena semua sudah ada. Anak-anak jika ingin sesuatu tinggal minta saja.

Namun itulah yang mereka perjuangkan hingga tetes darah penghabisan saat memikul senjata dan bertaruh nyawa dengan musuh. Bahkan Abbas mengaku bangga masih diberikan kesempatan untuk bisa melihat Riau jauh lebih besar hingga kini. Semua diakuinya tak lepas dari pimpinan negeri ini.

‘’Untuk munculnya pemimpin yang benar-benar memahami kehidupan masyarakatnya dan bangsanya. Harus diawali dengan generasi muda yang mau berjuang. Mau memperjuangkan semua hak-hak sebagai anak bangsa, karena tanpa itu semua, adalah nihil semata,’’ paparnya berapi-api saat mengenakan baju veteran lengkap dengan medali dan simbol-simbol di bajunya.

Di sela wawancara, Abbas Djamil mengaku kakinya memang terasa sakit kalau berdiri lama. ‘’Maklum sudah tua,’’ candanya sambil berangsur mengambil posisi duduk. Ya, sudah berusia 88 tahun, dua tahun lagi 90 tahun pula usianya. Hampir seabad, kurang satu dekade lagi.

Namun bukan berumur panjang yang dikehendakinya, karena jika masih menemui banyaknya anak bangsa yang tidak harga menghargai kepada orang lebih tua, atau tidak adanya pemimpin yang menjadi tauladan. Tentu menjadi sesuatu yang amat menyakitkan bagi Ketua Dewan Pertimbangan Veteran Provinsi Riau itu.

Senada seperti yang disampaikan pejuang kemerdekaan dan pelaku pengibaran bendera merah putih pada kemerdekaan, pemilik nama berikut gelar Kol Inf (Purn) H Himron Saheman ini lahir di tanah Jawa pada 1927. Menjadi pejuang di Riau saat berusia belasan, Himron tak ingin semangat yang sudah mereka tanamkan memudar seiring perkembangan zaman.

Laiknya Abbas Djamil, pria yang sehari-hari beraktifitas di gedung juang tersebut memang sudah tidak kuat lagi berdiri lama. Bahkan jalannya pun sudah tertatih-tatih. Renta memang, tapi semangat sama seperti usianya dulu saat melawan penjajah.

‘’Generasi sekarang, sudah tinggal melanjutkan. Tak ada lagi yang dilawan untuk berperang selain diri sendiri dan ketamakan. Maka jadilah penerang dalam gelap dan terus berjuang demi Riau yang jauh lebih hebat lagi,’’ tuturnya.

Memiliki badan cukup gempal dan berisi, Himron memiliki daya ingat sangat kuat. Di sela perbincangan, ia kerap menyelipkan tragedi yang dialami pada usia muda. Baik lari usai menembaki Belanda dengan senapan rampasan, atau tidak makan di tengah hutan berhari-hari karena pendudukan Belanda ketika itu.

Tak jauh beda dengan Raja Rusli. Meski kulit tinggal pembalut tulang. Namun kegagahannya masih terbias dari seragam pejuang yang dikenakan.

Ia juga tampak semangat berbagi kisah tentang peperangan di kawasan Siak ketika itu.

Saat ditemui Riau Pos, beliau lengkap dengan topi pejuangnya. Lelaki 88 tahun tersebut memiliki tinggi diperkirakan sekitar 165 centimeter.

Badan sedikit kecil dari dua pejuang lainnya, namun pemikiran dan pandangannya besar. Laiknya seorang pemimpin di zamannya.

Menurut Raja Rusli, kepenatan dan keletihan fisik yang dialami dalam berjuang untuk suatu apapun.

Belumlah berarti apa-apa jika dibandingkan dengan keletihan psikis yang dialami pejuang dengan berjudi bersama kematian dan pembunuhan. Karenanya, apapun aktivitas yang dijalani, haruslah terus optimis berjuang.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook