PEKANBARU (RP) - Sementara itu berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, musim kemarau alias musim kering di Provinsi Riau bakal berlangsung hingga Agustus. Temperatur suhu yang terjadi pun tergolong tinggi, sehingga tingkat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tinggi dan ekstrim.
Sejak awal bulan lalu, jumlah titik panas (hot spot) di Riau naik turun. Kondisi Rabu (20/6) mencapai angka tertinggi yakni 227 titik. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil monitoring citra satelit, analisa streamline dan kondisi fisik dinamis atmosfer, pada umumnya cuaca di Riau cerah dan berawan. Dan berdasarkan pantauan melalui satelite NOAA 18, pantauan jumlah titik panas semakin bertambah terdapat di 11 kabupetan/kota, Pekanbaru nol.
‘’Secara keseluruhan, jumlah titik panas di Sumatera mencapai 341 titik dan untuk Riau itu sebanyak 227 titik. Jumlah ini paling banyak sepanjang bulan ini,’’ jelas Kepala Stasiun BMKG, melalui staf analisa, Aristya Ardhitama kepada Riau Pos, kemarin.
Dijelaskan secara rinci, Rokan Hilir terpantau 44 titik, Rokan Hulu 11, Dumai 6, Bengkalis 27, Meranti 1, Siak 23, Kampar 13, Pelalawan 52, Indragiri Hulu 21, Indragiri Hilir 19, Kuantan Singingi 10. Sementara untuk daerah lainnya di Sumatera yakni Aceh 5 titik, Sumut 21, Sumbar 12, Jambi 39, Sumsel 21, Bengkulu 7, Lampung 4, dan Bangka Belitung 5.
‘’Untuk Pelalawan tingkat kebakaranya bisa dikatakan ekstrim, karena jumlah titik yang terpantau paling banyak, sejak tiga hari belakangan ini,’’ sebut Ardhi.
Untuk tiupan arah angin yang juga menjadi salah satu faktor pendukung penyulitan titik panas, umumnya bertiup dari arah tenggara sampai dengan barat daya dengan kecepatan berkisar antara 8-28 kilometer per jam.
Namun hingga kemarin, kabut asap belum mengganggu aktivitas bandara. ‘’Semua aktifitas penerbangan lancar, belum ada gangguan meski ada terlihat kabut asap. Jarak pandang di bandara 3.000 meter,’’ sebut Airport Duty Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Ibnu Hasan.
Sementara Dinas Kehutanan Provinsi Riau mengaku belum mengetahui tentang status siaga I Karhutla tersebut. ‘’Saya belum terima informasi dari pusat tersebut. Namun, kita di daerah belum menerapkan status siaga untuk Karhutla yang terjadi di Riau,’’ tutur Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau Zulkifli Yusuf kepada Riau Pos, Rabu (20/6).
Menurutnya, siaga satu bermakna antisipasi dini. Dengan kondisi itu, diperlukan beberapa langkah antisipasi dan penanganan. Kendati demikian, ia menilai langkah pusat merupakan progres positif dalam merespon kondisi yang terjadi di daerah.
‘’Jika sudah berstatus siaga satu. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yakni meningkatkan peran antisipasi oleh seluruh pihak terkait, melakukan sosialisasi hingga melakukan tindakan hukum untuk pihak yang melanggar aturan. Ini berlaku untuk seluruh perusahaan di Riau,’’ terang Zulkifli.
Dia menegaskan, Dinas Kehutanan bersama Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) sudah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan pihak terkait. Ini dilakukan, agar seluruh stakeholder berkomitmen untuk mengantisipasi angka Karhuta di Riau.
Di Kota Dumai, cuaca panas dan tidak adanya hujan, menyebabkan kawasan lahan dan hutan yang terbakar pun terus bertambah. Terbaru, terpantau sedikitnya tujuh titik panas di wilayah Dumai.
Berdasarkan pantauan satelit NOAA-18 sebanyak enam titik panas terpantau di lahan kosong yang berada di Kecaatan Teluk Makmur, Dumai Barat, Kedang Kampai dan Sungai Sembilan. Sementara satu titik lainnya terlihat di kawasan hutan di bawah pengelolaan HPH PT Suntara Gaja Pati (SGP) di Kecamatan Sungai Sembilan.
Upaya pemadaman Karhutla hanya menggunakan 1 unit colt diesel, 2 unit mobil pick up dan 1 mobil tangki air dan 6 unit mesin pompa. ‘’Luasnya lahan yang terbakar memang menyulitkan kita melakukan pemadaman dengan cepat. Meski begitu, petugas yang ada di lapangan tetap berupaya semaksimal mungkin,’’ tutur Kepala Seksi Pengamanan Kehutanan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kota Dumai, Tengku Izmet, Rabu (20/6).
Petugas kehutanan menduga terbakarnya lahan kosong tersebut dilakukan dengan sengaja dengan tujuan pembersihan lahan untuk kemudian ditanami. ’’Kawasan yang terbakar semuanya pada lahan kosong. Kita tidak menemukan ada orang di sekitar lahan terbakar. Makanya, kuat dugaan kebakaran ini disengaja untuk kepentingan perluasan lahan perkebunan milik masyarakat,’’ ujar Ismet.(yud/guh/ari/rio/afr/dac/fad/sah/fia)