SIAK

Bupati Coba Mesin Combine Harvester

Riau | Senin, 21 Maret 2016 - 11:42 WIB

Bupati Coba Mesin Combine Harvester
COBA MESIN: Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi bersama Kepala BPTP Riau Masganti mencoba mesin panen padi pada panen raya di Kecamatan Sungai Mandau, Sabtu (19/3/2016).

SIAK (RIAUPOS.CO) - Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi panen raya padi bersama petani di areal persawahan Kampung Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau, Sabtu (19/3).

Turut dalam panen raya Camat Sungai Mandau Irwan Kurniawan, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau (BPTP) Masganti, Dandim 0303 Bengkalis Letkol Inf Sukirman Sulaemandan Kadis TPH Siak Rubiati.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Juga dilaksanakan serah terima dua unit combine harvester, mesin panen canggih yang dihibahkan BPTP Riau kepada kelompok tani.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Siak mencoba mesin baru combine harvester bersama Kepala BPTP Riau.

Para petani juga dilatih menggunakan mesin combine harvester, agar proses panen jadi makin cepat dan efisien.

Hasil panen lahan pertanian di Sungai Mandau ini, merupakan hasil pembenihan yang akan dibawa ke seluruh pelosok Provinsi Riau, untuk dibagikan ke daerah-daerah yang cocok sesuai spesifikasi lahan. Sebab lahan sawah yang dipanen ini merupakan percontohan penangkaran BPTP.

Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi mendukung penuh semangat masyarakat Sungai Mandau yang lagi gencar-gencarnya menanam padi. Dikatakan bupati, tren ini tentu selaras dengan program pemerintah pusat di bidang kedaulatan pangan.

Pemkab bersama BPTP senantiasa mendukung masyarakat agar memiliki pengetahuan pertanian modern, sehingga mampu menggunakan alat pertanian canggih.

‘’Nantinya, hasil pertanian dengan benih unggul dan didukung teknologi pertanian modern ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani,’’ ujar Syamsuar.

Kepala BPTP Masganti mengatakan, upaya mekanisasi pertanian itu adalah solusi konkret atas permasalahan umum yang dialami di bidang pertanian, yaitu keterbatasan tenaga kerja dan panjangnya rentang waktu yang diperlukan saat masa tanam dan panen.

‘’Alat ini jadi solusi, kita tahu ada tiga fase krisis tenaga kerja dalam usaha tanam padi, yaitu saat mengolah tanah, menanam, dan panen, lebih-lebih kalau panen dilakukan bersamaan.

Untuk satu bidang lahan saja bisa makan waktu 28 hari dengan cara manual. Dengan alat ini tuntas dalam 6 jam saja,’’ jelasnya.

Tidak hanya itu tambahnya lagi, gabah hasil panen juga lebih bersih, langsung di karung, tak perlu pilah-pilih lagi, kata petani harganya jadi naik sekitar Rp50.

Jenis padi yang dipanen lanjut Masganti, tergolong vaerietas logawa dan inpari 30 yang ditanam pada aksi cetak sawah baru tahun 2010 silam.(adv/b)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook