INTERUPSI

Setiap Zaman Akan Menemukan Pemimpinnya

Riau | Senin, 21 Januari 2019 - 15:35 WIB

Setiap Zaman Akan Menemukan Pemimpinnya

Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau

SESAAT setelah dua capres mengumumkan cawapresnya, ramai orang  yang bertanya-tanya dan sedikit galau karena kedua capres memilih pasangan (cawapres) yang boleh dikatakan kurang memenuhi ekspektasi publik. Ibarat memilih “baju pasangan” kedua cawapres kurang pas terutama dari sudut usia.
Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sebagai petahana Jokowi memilih Cawapres Kiai Ma’ruf Amin yang secara umur dianggap oleh sebagian pemerhati bangsa sudah sepuh untuk bisa melaksanakan tugas berat sebagai wakil presiden (ukuran bajunya sempit), sehingga akan mempengaruhi pergerakannya di lapangan.

Sementara sang penantang Capres Prabowo memilih Cawapres Sandiaga Uno yang dari segi umur oleh sebagian pemerhati kepemimpinan dianggap masih terlalu muda dan kurang pengalaman untuk mengemban tugas berat sebagai wakil presiden (ukuran bajunya kelonggaran), sehingga memungkinkan melakukan manuver atau pergerakan di lapangan yang bisa menjadi bomerang bagi Prabowo.

Tetapi itulah fakta “baju longgar atau sempit” sudah menjadi ketetapan pilihan yang cocok bagi kedua pasangan.  Proses telah berjalan dan rakyat dipaksa memilih dua hidangan hasil keputusan elite politik Senayan. Sekarang rakyat tidak lagi membahas apalagi meminta merubah soal ukuran baju cawapres, tapi sudah melompat pada tahap untuk fokus melihat dan menilai secara jujur acara debat pertama capres yang baru saja digelar Kamis malam, 17 Januari 2019.

Betapa sangat terasa suasana kebatinan rakyat Indonesia sehari sebelum debat capres digelar. Seperti menunggu detik-detik terakhir jelang pertandingan tinju legendaris Muhammad Ali atau final laga sepakbola antara Indonesia versus Malaysia. Antusiasme rakyat sebagai penonton sangat tinggi, beberapa komunitas menggelar nobar (nonton bareng) dengan layar besar.  Ibu-ibu yang kali ini lebih populer disebut emak- emak tidak kalah antusiasmenya, mereka rela meninggalkan kegemarannya menonton sinetron karena lebih memilih menunggu dan menyaksikan debat calon pemimpin negaranya.

Semangat dan antusiasme menonton debat ternyata berlanjut di media sosial esok harinya. Beragam komentar pun bermunculan menanggapi suasana dan penampilan keempat calon pemimpin negara besar bernama Indonesia ini.

Kalau harus disimpulkan, nampak pada umumnya komentar warganet menganggap debat pertama capres kurang berkualitas, kurang menarik, kurang berbobot, dan lain sebagainya. Ajang debat pertama riuh rendah seakan pemantik api menjadi fanatisme pembelaan fanatik antara  kedua kelompok pendukung.

Dari penampilan debat pertama, walau nilai-nilai perdebatan itu belum terpenuhi terlebih waktu yang disiapkan KPU sangat singkat untuk ukuran debat, namun sudah cukup untuk menilai kerakter dan kemampuan nalar yang dimiliki keempatnya.

Catatan atau pelajaran penting yang bisa dipetik dari perdebatan itu adalah “kematangan berpikir dan berturur, serta kedewasaan bersikap seseorang tidak ditentukan oleh umurnya”. Dari keempatnya Sandiaga Uno menurut pandangan penulis memang paling muda secara umur, tetapi memiliki aura kepemimpinan yang paling dewasa, paling memiliki kematangan berpikir dan kesantunan bertutur, serta memiliki tingkat pemahaman dan solusi persoalan yang dihadapi lebih baik.

Sandi tampil tenang, lugas, dan cerdas dalam menjawab setiap pertanyaan. Nampak sudah terbiasa dalam suasana debat sehingga tidak grogi dan tidak terpancing secara emosional dalam mengemukakan argumentasinya. Ibarat pemain sepakbola, Sandi sangat paham kapan kapten memberi umpan bola kepadanya yang dengan lihai diolah untuk kemudian ditendang langsung ke gawang lawan dan goool.

Jadi harus memilih siapa bintang di antara bintang di atas panggung debat Capres gelombang pertama, mungkin di antara kita sepakat memilih Sandiaga Uno. Saya jadi teringat pesan Bung Hatta, “Setiap zaman akan menemukan pemimpinnya”.

Lalu apakah zaman now telah menemukan pemimpinnya? Mari kita menunggu dan berikhtiar sampai tanggal 17 April 2019. Pascadebat pertama, setidaknya memberikan jawaban makna “baju longgar dan baju sempit” ternyata umur tidak menentukan keberhasilan bertutur dan bertempur.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook