SELAT PANJANG (RIAUPOS.CO) - Akibat ditariknya kewenangan pengelolaan material pasir dan batu dari Pemerintah kabupaten/kota ke Pemerintah Provinsi, membuat pasokan pasir di Kepulauan Meranti terganggu. Sehingga membuat material dasar untuk membangun itu menjadi terbatas.
Bahkan jika sebelumnya kebutuhan pasir dan batu di Kepulauan Meranti berasal dari Tanjung Balai Karimun, kini berasal dari sejumlah wilayah lainnya. Kondisi itu membuat harga pasir dan batu menjadi mahal.
Kepala Dinas perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM), Syamsuar Ramli membenarkan kondisi itu. Dia mengatakan saat ini masyarakat cukup sulit untuk mendapatkan material pasir dan batu.
“Keperluan kita sekitar 420 ribu kubik pertahun. Sebelumnya keperluan pasir kita dipenuhi dari Tanjung Balai Karimun,” terangnya, kamis (19/11).
Namun sejak kepengurusan izin membeli pasir dan batu ditangani Pemerintah Provinsi Kepri di Tanjung Pinang, membuat sejumlah pengusaha pasir banting stir dengan memenuhi keperluan pasir dan batu ke Kabupaten Siak, Sei Pakning dan Pekanbaru.
“Makanya kita akan coba berkoordinasi dengan Pemkab Tanjung Balai Karimun dan Pemprov Kepri.
Sehingga kita mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasir dan batu. Karena jika mengambil ke daerah lain akan lebih mahal,” ucapnya.
Salah seorang pengusaha pasir dan batu di Selatpanjang, Ican mengaku, saat ini harga pasir dan batu kerikil semakin mahal. Hal itu dikarenakan terbatasnya pengambilan pasir di Tanjung Balai.
“Kepengurusan pembelian pasir dan batu kini ke Ibukota Kepri, Tanjung Pinang,” ujarnya.
Dikatakannya harga pasir saat ini satu koyan atau dua kubik lebih kurang Rp500 ribu. Sementara batu perkoyannya mencapai Rp1 juta.(amy/mal)