HOTSPOT MENINGKAT

Warga Pertanyakan Alat Pemantau Hotspot BMKG

Riau | Selasa, 20 Oktober 2015 - 16:15 WIB

Warga Pertanyakan Alat Pemantau Hotspot BMKG

PEKANBARU (RIAU POS.CO) - Perubahan drastis titik hotspot terus terjadi. Berdasarkan  data dari Badan Meteologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG), dari hotspot update tanggal 19 Oktober pukul 16.00 WIB sampai tanggal 20 untuk Sumatera terdapat 124 hotspot diantaranya Sumetara Selatan 99 hotspot, Bangka Balitung 2 hotspot, Jambi 3 hotspot dan Riau nol hotspot.

Namun tanggal 20 Oktober pukul 05.00 WIB, Sumatera terpantau 825 hotspot diantaranya Jambi 110  hotspot, Lampung 2 hotspot, Sumsel 654 hotspot, kepri 1 hotspot, Babel 28 hotspot, Riau 30 hotspot diantaranya Bengkalis 1, Meranti 10, Pelalawan 4, Siak 6, Inhu 3 dan Inhil 6. Naiknya titik hotspot disebabkan oleh tiupan angin dan lahan gambut yang terbakar kembali sehingga menimbulkan titik api.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Kasi Data dan Informasi BMKG Slamet Riyadi hotspot atau titik panas merupakan informasi yang diperoleh dari satelit cuaca yang mengindikasikan adanya suhu yang tinggi. Pendeteksian hotspot berbeda-beda antar stasiun pengolah data. Jumlah hotspot berbeda-beda karena Perbedaan satelit yang digunakan. Namanya alat memiliki batas dan kemampuan yang berbeda. Bahkan alatnya tidak  menutup kemungkinan alami kerusakan.

Kepala BPBD Riau Edwar Sanger terus mengatakan asap dari Riau adalah kiriman dari Provinsi tetangga. "Kalau di Riau,  begitu kita temukan titik hotspot maka langsung kita padamkan, pagi ada hotspot sorenya nol hotspot. Dan titik hotspot kita berdasarkan data dari BMKG," ujar Edwar Sanger.

Menurut pengakuan salah seorang warga yang berinisial AN warga Marpoyan Damai, mengatakan dalam pemberitaan kabut asap di Riau katanya  kiriman dari provinsi tetangga. Namun apakah di Riau tidak ada titik api, dan titik hotspot di Riau selalu dikatan nol.

"Yang namanya alat tentu ada batas kemampuan dan ke akuratannya, menurut saya mengapa lokasi hotspot sering tidak akurat di lapangan karena dari citra resolusi yang rendah, titik hotspot mewakili areal luasan tertentu," katanya.

Jika terjadi kebakaran kecil, sebut AN,  maka sulit untuk mencari dalam radius tertentu. Kesalahan registrasi citra bisa mencapai 3 pixel atau sama dengan 3 km2. Waktu pengecekan yang salah, sehingga api kemungkinan sudah padam. " Tiap satelit memiliki waktu lintasan yang berbeda-beda sehingga jumlah dan penyebaran hotspot kemungkinan berbeda. Jika suhu ambangnya lebih rendah, maka jumlah hotspot terdeteksi menjadi lebih banyak," ujarnya.

 

Semenatara itu, Komandan Satgas Nasional Dwi Suharjo mengatakan Riau masih terdapat titik api dan pihaknya akan terus berusaha memadamkan. Cuma yang menjadi kendala dilapangan adalah belum adanya sinkronisasi dalam penanganan Karhutla ini antaranya pemerintah daerah dan pemrintah kabupaten/kota.

"Memadamkan api ini sebenarnya tidak sulit,  ada alat dan bahan semua selesai. Untuk itu mohon kami dibantu terkait apa yang menjadi kebutuhan personil dilapangan. Saya juga mengharapkan kerjasama semua pihak," tukasnya.

Laporan: Dofi Iskandar

Editor: Yudi Waldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook