KOTA (RIAUPOS.CO)- Belasan pria berbaju merah dengan berdiri tegap di pertigaan Jalan Cut Nyak Dien, tepatnya di antara Gedung Pustaka wilayah dan Kantor Gubernur. Wajah mereka ditutupi oleh masker. Tangan mereka memegang sebuah spanduk berlatar putih dengan tulisan berwarna merah. Mereka hanya diam dan berdiri sembari memperlihatkan spanduk ke pengendara yang lalu lalang.
Mereka adalah anggota dari Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) Riau. Spanduk bertuliskan Masyarakat Penikmat Asap merupakan media mereka menyampaikan kekecewaan. Kali ini, kekecewaan mereka berangkat dari status siaga satu yang ditetapkan saat final piala dunia berlangsung di Jakarta.
Status siaga satu juga diiringi dengan diturunkannya sebanyak 30 ribu personel yang terdiri polisi, TNI dan petugas keamanan lainnya untuk mengamankan pesta bola tersebut. Hal tersebut dinilai kontras dengan pengamanan dan jumlah personel yang diturunkan ke Riau sebagai tempat terjadinya bencana asap yang sangat membahayakan kesehatan.
“Kami kecewa dengan hal tersebut yang terjadi di bawah pimpinan Jokowi JK. Dengan kata lain, pesta final piala presiden lebih penting dari penanganan asap di Sumatra dan Kalimantan. Lebih membuat kami kecewa, final piala presiden yang siaga satu tersebut disponsori oleh perusahaan pembakar hutan,”papar Pebri Siswandi selaku Koordinator Lapangan aksi diam tersebut.
Mereka meminta perusahaan pembakar lahan dan perusahaan lain dipidana dan ditutup izinnya karena sudah mengakibatkan bencana asap yang sangat meresahkan. Pebri mengatakan, pemerintah seolah terlena dan menutup mata dengan alasan kemajuan ekonomi dan tawaran membuka lapangan kerja yang diungkapkan perusahaan pembakar tersebut.(cr3)