DURI (RIAUPOS.CO) - Indonesia saat ini telah menjadi surga bagi peredaran dan pemasaran narkotika terutama jenis sabu-sabu. Meski statusnya sudah darurat, upaya pemberantasan yang dilakukan aparat negara ini seakan belum mampu membendung masuk dan beredarnya barang haram tersebut di negeri ini.
“Berkilo-kilo atau bahkan berton-ton sabu-sabu yang hendak dimasukkan ke negeri kita memang berhasil digagalkan aparat. Namun kita khawatir, jangan-jangan yang lolos masuk ke negara ini jauh lebih banyak lagi. Ini jelas ancaman besar bagi generasi dan masa depan negara ini,” ujar Budi Irwan, seorang warga Duri baru-baru ini.
Meski sudah banyak pengedar maupun pengguna yang ditangkap polisi, menurut Budi, pengedar dan pengguna baru terus saja bertambah jumlahnya. “Ibarat kata pepatah, patah satu tumbuh seribu. Kalau terus-menerus begitu, alamat negara ini bisa gulung tikar. Sebab generasi penerusnya sudah rusak semua,” ucapnya.
Kalau benar-benar serius ingin memberantas narkoba terutama sabu-sabu, Budi berharap negara ini bisa bertindak lebih ekstrem. “Situasi sudah sangat gawat. Kalau tidak dengan cara keras, saya yakin Indonesia akan gagal memberantas masuknya sabu-sabu,” tuturnya pula.
Ia juga berharap Indonesia tidak malu-malu untuk mengadopsi cara Filipina dalam memerangi sabu-sabu. Menurutnya, Presiden Filipina Duterte memiliki daftar pejabatnya yang diindikasi terlibat dalam jaringan narkotika. Dua wali kota yang diduga terlibat jaringan narkotika baru-baru ini tewas ditembak di negara itu.
“Apakah penembaknya aparat pemerintah yang ditugaskan khusus atau tidak, saya yakin peristiwa itu jelas membuat gembong narkotika di sana ketakutan. Kalau mau, saya yakin Indonesia juga bisa seperti itu. Kalau akan merusak jaringan yang sehat, apakah sel-sel kanker akan tetap dipelihara. Menurut saya, amputasi saja, libas saja. Atau kita ingin melihat bangsa ini tutup buku,” pungkas Budi.(sda)