PEKANBARU (RP)- Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) sangat mendukung penerapan kurikulum budaya Melayu dalam Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP) oleh Pemprov Riau mulai 2013 ini.
‘’Kita sambut baik. Ini adalah penerapan nyata dari Visi Riau 2020,’’ kata Direktur STSR, Susi Vivin Astuti SPd MSn menjawab Riau Pos di sela-sela rapat evaluasi penerimaan mahasiswa baru STSR program S1 gelombang II yang berakhir 22 Juli ini.
Dikatakan Susi, kurikulum budaya Melayu ini juga benteng dari imbas budaya luar yang sangat kencang di era globalisasi ini.
‘’Penguatan budaya lokal memang sudah menjadi keharusan. Makanya penguatan SDM generasi penerus bangsa harus menjadi perhatian serius,’’ kata Vivin.
Meski agak terlambat, namun lulusan S2 ISI Surakarta ini menilai harus ada instrumen mempercepat penerapan di lapangan hingga ke sekolah-sekolah.
‘’Yang lebih utama sekarang adalah Pemerintah Provinsi Riau menggesa sekaligus mempersiapkan instrumen detail, sehingga program ini berjalan dengan baik untuk mengejar ketertinggalan,’’ kata Vivin lagi yang didampingi Pembantu Direktur III, Menrizal Nurdin.
Vivin juga berharap, semua stakeholders yang terlibat dalam pencapaian Visi Riau 2020 di bidang kebudayaan ini mendukung program ini.
‘’Perubahan status Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) program D3 menjadi Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) program SI adalah wujud kepedulian kami terhadap Visi Riau 2020 itu,’’ kata Vivin lagi.
Dikatakannya, STSR yang dilelola Yayasan Sagang Riau Pos Grup ini dapat memberikan kontribusi nyata, terutama dalam penyiapan sumberdaya manusia yang tangguh di bidang seni dan budaya di Bumi Lancang Kuning ini.
‘’Kita berharap, apa yang kita azamkan untuk mengubah status dari AKMR menjadi STSR ini tercapai dan mendapat dukungan semua pihak,’’ kata Vivin.(wws)