Karhutla Meluas, 147 Hot Spot Terpantau

Riau | Rabu, 20 Juni 2012 - 08:01 WIB

PEKANBARU (RP)- Sebanyak 145 titik panas (hot spot) masih terpantau di Provinsi Riau, dan menyebar di 11 kabupaten dan kota. Beberapa di antaranya terus meluas.

Untuk Kota Pekanbaru masih zero hot spot. Efek dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) jelas kepada gangguan kabut asap tebal, kendati sampai saat ini belum mengganggu aktivitas warga maupun penerbangan di Bandara SSK II Pekanbaru. Soalnya minimum jarak pandang (visibility) 2000 meter.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru merilis bahwa untuk jumlah titik api yang terpantau Selasa (19/6) jika dibanding dengan hari sebelumnya mengalami penurunan dari 174 menjadi 145 titik.

Kabupaten yang paling banyak ditemukan titik panas masih Pelalawan, sebanyak 52 titik panas, dan yang paling sedikit Kabupaten Meranti, tiga titik.

Untuk Kabupaten Meranti sebelumnya justru sebelumnya zero hot spot. ‘’Pelalawan masih menjadi kabupaten yang paling banyak terpantau titik panas, ada 52 titik. Dan kebakaran hutan dan lahan kini sudah merambah ke Kabupaten Meranti yang sebelumnya nol kini sudah terpantau tiga titik,’’ ujar kepala BMKG, melalui staf analisa Warih Budi Lestari kepada Riau Pos, Selasa (19/6).

Dijelaskan Warih, secara keseluruhan di wilayah Sumatera jumlah titik panas pada dasarnya mengalami penurunan dari sebelumnya, 310 menjadi 267 titik. Memang dalam hal ini berdasarkan pantauan satelit NOAA 18, Riau masih menjadi yang terbanyak, 145 titik, yang terdapat di Rokan Hilir 21, Rokan Hulu tujuh titik, Dumai satu titik, Bengkalis 10, Siak delapan, Kampar enam titik, Pelalawan 52, Inhu 21, Inhil lima titik, Kuansing 11, dan Meranti tiga titik.

Sedangkan untuk wilayah Sumatera lainnya, Aceh 19 titik, Sumut 25, Sumbar 13, Jambi 34, Sumsel 21, Bengkulu dua titik, Lampung tiga titik, dan Bangka Belitung satu titik.

‘’Jadi, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau ini sampai menimbulkan bencana asap tebal, mulai mengkhawatirkan. Untuk itu kami dari BMKG menghimbau, oleh karena tanah lahan di Riau ini merupakan tanah gambut dan mudah terbakar, disarankan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran. Karena dengan kondisi musim kering ini dan panas tinggi api cepat menjalar, sementara hujan minim dan hanya bersifat lokal,’’ jelas Warih.

Dishut Klaim Mayoritas Karhutla Lahan Masyarakat

Dinas Kehutanan Provinsi Riau mengaku telah menurunkan tim di beberapa daerah rawan kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Dari hasil pantauan, mayoritas karhutla berasal dari lahan masyarakat tempatan.

Penegasan itu disampaikan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Zulkifli Yusuf kepada Riau Pos, Selasa (19/6) di Kantor Gubernur Riau. ‘’Memang mayoritas karhutla itu dari lahan masyarakat. Ini yang akan terus kita pantau,’’ ulas Zulkifli.

Saat ditanyakan mengenai jumlah titik api yang terpantau, dia mengatakan dari informasi yang diperolehnya saat ini terdata 147 titik api yang tersebar di beberapa daerah di Provinsi Riau. Untuk mengantisipasi perkembangan yang lebih besar, Dinas Kehutanan bersama pihak terkait sudah turun ke lapangan.

‘’Yang terbesar itu di Kabupaten Rokan Hilir dan Pelalawan. Namun, kita sudah berkoordinasi dengan Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan pemerintah kabupaten/kota untuk mengambil langkah penanganan bersama,’’ imbuh Zulkifli.

Menurutnya, hasil pemantauan kondisi karhutla yang terjadi terus mengalami penurunan. Kendati demikian, dia mengharapkan seluruh pihak terkait untuk tetap melakukan pemantauan di titik-titik rawan.

‘’Yang perlu kita pikirkan ke depan adalah regulasi tentang pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Kalau untuk masyarakat tidak ada larang, hanya saja harus ada mekanisme yang membatasi dan mengaturnya,’’ paparnya.

Saat ditanyakan mengenai kasus kebakaran hutan yang dilakukan oleh pihak perusahaan, dia mengaku belum mendapatkan laporan secara detail. Namun, dia berjanji untuk tidak mentolerir perusahaan yang berani merusak lingkungan.

‘’Jika ditemukan, maka akan kita tuntut bahkan dapat kita cabut izin hingga dipidanakan,’’ tegas Zulkifli.

70 Titik Panas Terpantau di Pelalawan

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Pelalawan semakin mengkhawatirkan. Setidaknya 70 titik panas (hot spot) terpantau Satelit NOAA-18 di sejumlah kecamatan di daerah ini.

Titik panas tidak saja ditemukan di areal perkebunan masyarakat, tapi juga terdeteksi di HTI, HPH juga perkebunan milik perusahaan. Akibat kebakaran tersebut, sejak beberapa hari terakhir, Pangkalan Kerinci diselimuti kabut tipis.

“Memang belum begitu terasa mengganggu, karena jarak pandang masih normal. Tapi kabut tipis tetap jelas,” kata Ahmadi (29) warga Pangkalan Kerinci, Selasa (19/6) kemarin.

Sementara itu data satelit yang dikeluarkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pelalawan menunjukkan sejak 1-17 Juni 2012 di Kabupaten Pelalawan ditemukan 70 titik panas yang tersebar di sejumlah kecamatan. Setidaknya ada 4 kecamatan yang menyumbang titik api, di antaranya Pangkalan Kuras, Bunut dan Langgam.

Hot spot terbanyak ditemukan di Kecamatan Langgam dengan jumlah 30. Di antaranya berada di Desa Segati HPH milik PT Siak Raya Timber, PT Hutani Sola Lestari. Selain itu ada juga di areal HTI CV Riau Jambi Sejahtera, PT RAPP serta perkebunan masyarakat.

Titik panas kedua terbanyak yang juga menjadi sumber asap terpantau di Kecamatan Pangkalan Kuras, masing-masing di HTI PT Rimba Lazuardi, PT Sinar Deli Pratama di Desa Lubuk Kembang Bunga, PT RAPP, CV Radita dan lainnya.  

Menyusul di Kecamatan Kuala Kampar dengan 15 titik panas yang ditemukan di PT Panca Surya Agrindo Sejahtera, PT Guntung Hasrat Makmur, PT Selaras Abadi Utama dan lainnya. Sedangkan di Kecamatan Bunut ada 6 hot spot masing-masing di perkebunan PT Mekarsari Alam Lestari (PT MAL) dan beberapa perusahaan lainnya.

“Sebenarnya hot spot ini tak hanya tersebar di 4 kecamatan tersebut, tapi memang ada beberapa kecamatan dan kecamatan yang sudah dilakukan pemekaran, namun masih dicantumkan pada kecamatan induknya,” terang Sekretaris BLH Pelalawan Emir Effendi SSos.

Lebih rinci disebutkannya, dari 70 titik panas yang terpantau satelit masing-masing 28 titik di areal perkebunan masyarakat (APL), 10 titik di perkebunan perusahaan, 18 titik di areal HTI dan 15 HPH perusahaan..(gus/rio/*2/sah/fad/muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook