Laporan Syahri Ramlan, Bagansiapi-api syahriramlan@riaupos.com
Di atas lahan yang semula luasnya hanya mencapai sekitar setengah hektare, Abdul Jaidi bersama isterinya Wagini mencoba mengembangkan usaha tanaman salak pondoh.
Berkat kegigihan dan keuletan serta ketekunannya, kini Abdul Jaidi bergaji jutaan rupiah dari hasil panen salak pondohnya.
‘’Waktu pertama kali mau menanam salak pondoh ini, cemooh tetap selalu ada. Daripada nanam salak pondoh, lebih baik sawit. Hasil dari sawit ini, besar. Mendapatkan cemooh seperti itu, saya diam saja. Tetap saja menggarap lahan untuk menanam salak pondoh itu,’’ kata Abdul Jaidi.
Sosok Abdul Jaidi yang lahir di Dolok Salaga, 12 Desember 1965 silam di Kepenghuluan Serembanjaya, Kecamatan Rimbamelintang, Kabupaten Rohil, nampaknya bisa memberikan motivasi bagi para petani lainnya. Dimana, dengan keterbatasan yang dimilikinya yakni tangan sebelah kiri Abdul Jaidi tidak berfungsi lantaran cacat dari lahir, justru tetap tekun menjaga dan merawat salak pondoh.
Pada tahun 2003 lalu, Abdul Jaidi baru menanam salak pondok seluas 0,5 hektare. Sekarang salak pondoh yang ditanam tahun 2003, telah berproduksi mencapai sekitar 800 Kg per bulan dengan harga sekitar Rp10.000 per Kg.
‘’Rata-rata sebulan, penghasilan kita mencapai dari Rp5 juta bahkan ada yang sempat Rp8 juta. Alhamdulillah ini yang menjadikan saya lebih giat lagi mengolah tanaman salak pondoh ini,’’ kata Abdul Jaidi.
Sementara, biaya produksi salak pondoh ternyata sangat rendah dibanding tanaman lain. Budidaya salak yang ditekuni Abdul Jaidi ini tanpa menggunakan pestisida. Varietasnya berupa salak pondoh, salak bali dan hybrida.
‘’Berbicara masalah pemasaran, kita tidak menemukan kesulitan. Begitu panen, pedagang langsung datang membeli. Malahan, bisa ikut panen sendiri,’’ kata Abdul Jaidi.
Setelah berhasil mengembangkan salak pondoh, Abdul Jaidi yang sudah memiliki tiga anak dan dua cucu ini terus memperluas areal lahannya yang kini menjadi sekitar 10 hektare.
Lahan seluas itu, kini dijadikan berbagai kegiatan di sektor pertanian dan tanaman maupun holtikultura.
Malahan, Abdu Jaidi terus mensosialisasikan budidaya salak ke para petani lain dengan tujuan agar petani lain bisa ikut berbudidaya dan dapat meningkatkan hasil pendapatan tambahannya.***