BAGANSIAPI-API (RIAUPOS.CO) - Pesantren merupakan miniatur dari kehidupan bermasyarakat. Hal ini mengingat, hampir semua tatanan kehidupan yang ada di pondok pesantren akan dijumpai saat terjun di masyarakat.
‘’Namun bedanya adalah bahwa kehidupan di pondok pesantren lebih mengedepankan pada aspek pembekalan para santri guna menyongsong kehidupannya di masyarakat. Dengan segala program yang diterapkan, diharapkan mampu membentuk etika serta moral para santri untuk menjadi manusia yang berdisiplin, mandiri, ihklas, sederhana dan selalu menjaga ukhuwah islamiyah sebagaimana yang termaktub dalam panca jiwa pondok pesantren melalui sebuah organisasi yang berpatok pada aturan disiplin yang harus dipatuhi warga pondok pesantren,’’ ujar Pendiri Pondok Pesantren Modern (PPM) Al Majidiyah Bagan Batu HM Bachid Madjid dalam rangka menyambut Milad XXII PPM Al Majidiyah dan MTQ II yang melibatkan 15 pondok pesantren pada Februari 2014 didampingi Humas Kominfo Kepesantrenan Al Majidiyah sekaligus panitia Milad, Arianto, Ahad (19/1).
Selain itu, lanjut Bachid Madjid, pondok pesantren mengajarkan para santrinya untuk memiliki akhlak yang mulia, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas dalam hal berkarya.
PPM Al-Majidiyah, terangnya, merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang bergerak pada pembinaan akhlak generasi muda selalu berupaya meningkatkan pelayanannya melalui peningkatan kualitas diberbagai aspek. Bukan hanya bidang pengajaran tapi juga pendidikan ekstrakurikuler dan aspek-aspek lainnya.
Seperti disampaikan Direktur Pendidikan dan Pengajaran PPM Al-Majidiyah Ustadz M Syarief Hidayatullah SPd I di hadapan para santrinya bahwa di PPM Al Majidiyah, apa yang dilihat, apa yang didengar dan apa yang dirasakan adalah pendidikan.
PPM Al-Majidiyah juga mempunyai disiplin yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi oleh seluruh santri dan majelis guru. Hal inilah yang akan mengontrol jalannya roda kehidupan di pesantren, pengontrolan dilakukan terkait aktifitas santri dari bangun tidur hingga tidur kembali. Para santri dan santriwati harus bangun pagi tepat pada waktu untuk melaksanakan shalat subuh secara berjamaah di Masjid Jami’ dilanjutkan dengan membaca Al-Quran, dilanjutkan dengan pemberian kosakata Bahasa Arab atau Inggris kemudian melanjutkan kegiatannya pada persiapan untuk menuju ke sekolah.
Selain proses belajar mengajar di kelas para santri juga di tuntut untuk mampu membaca Alquran dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dan hukum tajwid yang berlaku.
Santri akhir diwajibkan untuk bisa menjadi imam dan khotib Salat Jumat. Selain itu sistem berorganisasi juga diajarkan di Pondok Pesantren Al-Majidiyah melalui sebuah organisasi, kesemuanya dimaksudkan agar pada saat terjun kemasyarakat tidak merasa asing lagi dengan kehidupan yang akan mereka dapati.
PPM Al-Majidiyah juga mengajarkan para santrinya untuk berkurban pada setiap tahunnya melalui iuran sebesar Rp10ribu yang dikoordinir sebuah badan disebut dengan Club Infaq Al-Majidiyah atau CIA. Hal ini dimaksudkan agar para santrinya terbiasa untuk menolong orang yang kurang mampu dan telah berjalan dengan baik.(fad)