Lebih Suka Disebut Suku Laut Dibanding Duanu

Riau | Kamis, 19 Desember 2013 - 08:42 WIB

PEKANBARU (RP)- Masyarakat adat di Inhil kini lebih suka disebut orang Suku Laut dibanding sebutan yang selama ini dikenal luas, Duanu.

Menurut Ketua Suku Laut Riau, Suhaimi ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka ingin disebut sebagai orang Suku Laut.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Suku Laut ini memiliki akar sejarah yang lebih panjang dibanding Duanu,’’ ujar Suhaimi kepada Riau Pos, beberapa waktu yang lalu.

Disebutkannya, bahwa dalam rapat masyarakat adat 28 November 2013 lalu, telah diputuskan untuk mengembalikan istilah Suku Laut ini.

Dasar paling penting adalah, bahwa hal ini sesuai dengan surat dari Sultan Indragiri no 224 tanggal 30 Oktober 1936, yang mengangkat panglima raja di wilayah onderdistrict Anak Serka di Concong Laut, bernama Maakim. Dalam surat itu disebutkan tentang Maakim dari Suku Laut.

‘’Jadi, istilah Suku Laut lebih mengakar sejak masa lalu dibanding Duanu,’’ ujar Suhaimi yang juga dosen Universitas Islam Indragiri (Unisi) ini.

Hal ini dikuatkan Panglima Raja Haryono Sribijawangsa Panglima Raja, yang juga dosen FKIP Unri. Haryono menuturkan, istilah Duanu baru muncul tahun 1992, karena ada isu bahwa Orang Laut yang dinisbahkan pada Orang Mantang di Kepri itu tak beragama.

Padahal Orang Laut di sekitar Inhil berbeda, karena mereka semua muslim. Makanya kemudian mereka lebih suka disebut orang Duanu dan sepakat ketika itu disebut sebagai orang Duanu.

Padahal akar sejarah tentang Duanu tidak begitu kuat. Duanu sendiri berasal bahasa Belanda, duane yang berarti pajak, karena orang Duanu di masa lalu sering diminta oleh Sultan untuk mengutip pajak (duane) kepada pemilik kapal yang singgah.

‘’Kita ingin kembali ke sejarah bahwa Suku Laut ini sudah ada sejak abad pertama di masa awal Kesultanan Sulu di Filipina dengan rajanya Raja Perahu,’’ ujar Haryono.(muh)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook